Halo, teman-teman...Masih semangat tidak, mengikuti jalan-jalan saya menyusuri wisata di kota tua?Nah, sebelumnya kan, saya sudah cerita, serunya saya menyusuri museum Bank Mandiri dan museum Bank Indonesia. Kali ini, saya akan melanjutkan perjalanan.
Yuk, ikuti saya terus.
Setelah keluar dari museum
Bank Indonesia, saya berbelok ke kanan jalan, lalu berjalan menyusuri trotoar.
Matahari semakin terik, tetapi saya tetap bersemangat melangkah. Tujuan saya
adalah ke kawasan museum Fatahillah.
Museum
Fatahillah jaraknya sangat dekat kok, dari museum Bank Indonesia. Hanya
sayangnya, pas mau menuju pintu masuk kawasan museum, saya kesulitan
menyeberang jalan. Soalnya kendaraan mobil dan motor ramai sekali. Untung ada
seorang petugas yang membantu saya dan orang lainnya yang ingin menyeberangkan
jalan Kayaknya sih, di sini harus dibuat jembatan penyebrangan. Keren juga ya,
kalau di bawah tanah kayak yang di halte kota tua itu.
Setelah menyeberang,
saya memasuki wilayah museum Fatahillah. Eh, di sepanjang jalan, banyak
orang-orang yang menjadi patung. Ada yang jadi pejuang, tentara Belanda,
Noni-noni Belanda atau tokoh-tokoh terkenal di Indonesia. Jadi pengunjung yang
boleh berfoto bersama. Nanti memberi uang serelanya. Apa ya, namanya? Hehehe.
Di saya juga melihat banyak bola-bola besar di sekitar situ.
Wah..
ternyata kawasan ini sangat ramai. Pengunjung sangat banyak. Termasuk banyak
juga turis mancanegara, lho. Malah tampak banyak anak sekolah asyik ngobrol dan
berfoto dengan turis. Banyak juga orang yang naik sepeda ontel. Saat ke sana,
ternyata di sisi kanan bagian depan museum Fatahillah sedang diperbaiki. Maka
saya memutuskan ke museum Seni Rupa dan keramik dulu.
Museum Seni Rupa dan Keramik
Di pintu gerbang, saya membeli tiket
dulu. Harganya sama dengan tiket museum Bank Mandiri dan museum Bank Indonesia.
Untuk umum 5 ribu rupiah. Setelah membeli tiket, saya pun segera masuk.
Pintu masuknya keren. saya sempat
selfie-selfie di sini.
Setelah itu, saya melangkah masuk ke ruangan
selanjutnya. Ternyata ruangn pra sejarah. Banyak sekali benda-benda zaman
kerajaan yang dipamerkan. Misalnya kerajaan Majapahit. Benda yang dipamerkan
seperti guci, kendi, patung, dan lainnya.
Puas melihat benda yang dipamerkan di
lantai bawah, saya tertarik naik ke ruang atas. Wah, tangganya keren sekali.
Saya terpesona hehehhe. Hanya karena tangganya kecil, maka pengunjung naik atau
turun saling gantian.
Ternyata di ruang atas ini ruang pamer
lukisan. Salah satunya Bapak Raden Saleh. Banyak lukisan keren dipamerkan. Cuma
sayangnya di ruangan ini sangat panas, walau sudah dipasang kipas angin.
Mungkin karena tidak ada jendelanya. Sebentar saja, saya sudah keringatan. Saya
juga deg-degan. Soalnya di pengumuman maksimal hanya 25 orang. Dan kayaknya
sudah lebih . Makanya Saya pun buru-buru turun.
Saya lalu keluar dari ruangan itu.
Saya mendapati sebuah taman. Lalu di pinggiran banyak dipajang karya seni.
Sayangnya, bagian bawahnya sudah ada yang rusak. Padahal seni mahakarya ini.
Saya lalu masuk ke
sebuah ruangan. Begitu masuk, Saya melihat keramik-keramik yang dipamerkan
dalam sebuah lemari kaca besar. Lanjut melangkah, ruangn pamer lukisan. Di sini
pun banyak dipamerkan lukisan dari pelukis terkenal Indonesia. Salah satunya
Bapak Popo Iskandar. Ada lho, lukisan beliau tahun 1975. Jadi sudah sekitar 41
tahun.
Hanya sayangnya,
banyak lukisan yang tidak diberi pelindung kaca. Jadi pengunjung bisa bebas
menyentuh lukisan. Kalau ada orang yang usil, kan lukisan bisa rusak.
Puas melihat lukisan, saya keluar ke area taman tadi. Saya duduk bersantai sejenak. Eh, ada fasilitas wifi.id. Jadi yang mau internetan, bisa sambi duduk melepas lelah di sini.
Puas melihat lukisan, saya keluar ke area taman tadi. Saya duduk bersantai sejenak. Eh, ada fasilitas wifi.id. Jadi yang mau internetan, bisa sambi duduk melepas lelah di sini.
Puas
istirahat, Kurcaci Pos melangkah keluar. Eh.. ternyata masih ada satu ruangan
lagi. Namanya Jati Diri di sisi kiri pintu masuk, ada miniatur gedung museum
seni rupa dan keramik. Setelah foto, saya pun melangkah masuk.
Saya melihat banyak lukisan dipamerkan
di ruangan ini. Yang menarik perhatian saya adalah aneka bunga yang ditaruh di
atas beberapa petapi atau tampah. Wangi semerbak bunga.
Setelah puas melihat-lihat, saya pun keluar. Eh, di sudut kiri gedung ada bangunan
berkaca. Di dalamnya ada dua kereta kencana kerajaan. Tentu saja saya mendekat,
lalu jepret-jepret untuk kenang-kenangan hehehe…
Pas keluar dari pintu gerbang museum
seni rupa dan keramik, ternyata halaman kawasan museum kota tua semakin ramai.
Saya tercenung sejenak. Ehm… kira-kira saya akan ke mana dulu ya? Jangan lupa mengikuti terus pejalanan saya menyusuri wisata di kota tua, ya...
Bambang Irwanto
0 Response to "Serunya Wisata ke Kota Tua (Museum Seni Rupa dan Keramik)"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.