Riko Periko
Bambang Irwanto
Riko kurcaci duduk di sebuah batu besar. Ia asyik memperhatikan para peri yang terbang di sekitar bunga-bunga berwarna-warni. Ada peri Ledi, Peri Asmira , Peri Keli dan Peri-peri lainnya. Peri-peri itu sedang sibuk mengumpulkan nektar untuk dibuat sirup madu.
Riko selalu berkhayal, ingin seperti peri-peri itu. Pasti menyenangkan sekali mempunyai sepasang sayap dan bisa terbang kesana-kemari, gumam Riko.
“Hahaha,,,” Kodi kurcaci tertawa mendengar keinginan Riko itu.
“Kenapa kamu tertawa?” tanya Riko kesal.
“Kamu tidak akan pernah bisa menjadi Peri,” jawab Kodi.
“Memangnya kenapa?” tanya Riko heran.
“Peri itu harus baik hati dan suka menolong.”
“Aku suka menolong,” tukas Riko.
“Tetapi kamu tidak mempunyai sepasang sayap,” tambah Kodi.
“Aku bisa minta tolong pada Meti burung elang mengantarku kemana saja,” kata Riko tak mau kalah.
“Tetapi Peri itu harus perempuan dan berwajah cantik. Kamu kan, kurcaci laki-laki,” kata Kodi sambil tertawa terbahak. Kodi lalu pergi meninggalkan Riko.
Riko termenung. Benar juga kata Kodi, Peri itu memang harus perempuan. Kalau dia jadi peri namanya apa ya..? Pera, Pari atau Piri? Hihihi…Riko geli sendiri.
Pagi ini Riko lewat di depan rumah Peri Ledi. Riko heran, karena rumah peri Ledi terlihat sepi. Ia segera mengintip melalui jendela. Tampak peri Ledi terbaring lemah di tempat tidur. Olala…ternyata Peri Ledi sakit. Riko segera masuk menjenguk Peri Ledi.
Dengan sigap, Riko menjerang air. Setelah air mendidih, Riko membuatkan sup jamur instant dan segelas susu cokelat.
“Terima kasih, Riko! Saya merasa baikan Riko,” ucap peri ledi setelah menghabiskan semangkuk sup jamur.
“Tapi kenapa Peri Ledi gelisah?” tanya Riko.
“Iya, Riko, saya tidak bisa mengantar sirup madu untuk pelanggan. Saya khawatir mereka mencariku,” keluh Peri Ledi.
“Bolehkah saya mengantikan Peri Ledi mengantarkan sirup madu?” tanya Riko.
Peri Ledi mengangguk sambil tersenyum. Ia senang Riko mau membantunya.
Riko segera mengambil botol-botol sirup madu di lemari Peri Ledi. Tidak lupa Riko mencatat nama-nama pelanggan.
Syalala…syalili… sepanjang jalan Riko bernyanyi riang. Keranjang berisi sirup madu ikut bergoyang-goyang.
“Lo, kenapa kamu yang mengantar madu, Riko? Mana Peri Ledi?” tanya Bu Rania.
“Peri Ledi sedang sakit,” jawab Riko sambil memberi sebotol sirup madu kepada Bu Rania.
“Oh, syukurlah. Anak saya tidak kekurangan madu. Terima kasih Riko. Sampaikan salam saya untuk Peri Ledi. Semoga dia cepat sembuh,” kata Bu Rania.
Riko tersenyum lalu bergegas mengantar sirup madu ke seluruh rumah pelanggan.
Menjelang siang, Riko sudah selesai mengantar sirup madu. Riko segera menemui Peri Ledi. Riko senang sekali bisa membantu Peri Ledi.
“Riko, kamu darimana?” tanya Kobi yang tak sengaja bertemu Riko.
“Saya baru saja mengantar sirup madu,” jawab Riko.
Hahahaha… Kobi tertawa terbahak. “Itu kan, pekerjaan peri Ledi.”
“Memangnya kenapa?” tanya Riko bingung.
“Kamu itu kurcaci laki-laki. Kamu ini memang aneh,” kata Kobi lalu pergi.
Riko bergegas menuju rumah peri Ledi.
“Wah, terima kasih Riko, karena bantuanmu, semua kurcaci bisa menikmati sirop madu hari ini. Aku juga sudah sembuh, karena tadi beristirahat dan minum obat. Kamu baik hati seperti seorang peri,” puji Peri Ledi.
“Tapi aku bukan seorang peri,” jawab Riko teripu malu.
Ia lalu bercerita kepada Peri Ledi.
“Riko menolong sesame itu tidak membedakan laki-laki atau perempuan. Yang penting mempunyai ikhlas berbagi,” Nasehat peri ledi. “Tetaplah menjadi diri sendiri, Riko,” kata Peri Ledi lagi.
Kini Riko tahu, untuk membantu orang lain, ia tidak perlu menjadi seorang peri dulu.
“Tapi mulai sekarang, aku akan memanggilmu Riko periko. Apa kamu suka?” tanya Peri Ledi.
“Ah, Riko suka dengan panggilan itu. Ya kini ia adalah Riko periko, kurcaci yang suka menolong.
Dimuat di Kumpulan dongeng Bobo edisi 82 (November 2013)
Riko selalu berkhayal, ingin seperti peri-peri itu. Pasti menyenangkan sekali mempunyai sepasang sayap dan bisa terbang kesana-kemari, gumam Riko.
“Hahaha,,,” Kodi kurcaci tertawa mendengar keinginan Riko itu.
“Kenapa kamu tertawa?” tanya Riko kesal.
“Kamu tidak akan pernah bisa menjadi Peri,” jawab Kodi.
“Memangnya kenapa?” tanya Riko heran.
“Peri itu harus baik hati dan suka menolong.”
“Aku suka menolong,” tukas Riko.
“Tetapi kamu tidak mempunyai sepasang sayap,” tambah Kodi.
“Aku bisa minta tolong pada Meti burung elang mengantarku kemana saja,” kata Riko tak mau kalah.
“Tetapi Peri itu harus perempuan dan berwajah cantik. Kamu kan, kurcaci laki-laki,” kata Kodi sambil tertawa terbahak. Kodi lalu pergi meninggalkan Riko.
Riko termenung. Benar juga kata Kodi, Peri itu memang harus perempuan. Kalau dia jadi peri namanya apa ya..? Pera, Pari atau Piri? Hihihi…Riko geli sendiri.
Pagi ini Riko lewat di depan rumah Peri Ledi. Riko heran, karena rumah peri Ledi terlihat sepi. Ia segera mengintip melalui jendela. Tampak peri Ledi terbaring lemah di tempat tidur. Olala…ternyata Peri Ledi sakit. Riko segera masuk menjenguk Peri Ledi.
Dengan sigap, Riko menjerang air. Setelah air mendidih, Riko membuatkan sup jamur instant dan segelas susu cokelat.
“Terima kasih, Riko! Saya merasa baikan Riko,” ucap peri ledi setelah menghabiskan semangkuk sup jamur.
“Tapi kenapa Peri Ledi gelisah?” tanya Riko.
“Iya, Riko, saya tidak bisa mengantar sirup madu untuk pelanggan. Saya khawatir mereka mencariku,” keluh Peri Ledi.
“Bolehkah saya mengantikan Peri Ledi mengantarkan sirup madu?” tanya Riko.
Peri Ledi mengangguk sambil tersenyum. Ia senang Riko mau membantunya.
Riko segera mengambil botol-botol sirup madu di lemari Peri Ledi. Tidak lupa Riko mencatat nama-nama pelanggan.
Syalala…syalili… sepanjang jalan Riko bernyanyi riang. Keranjang berisi sirup madu ikut bergoyang-goyang.
“Lo, kenapa kamu yang mengantar madu, Riko? Mana Peri Ledi?” tanya Bu Rania.
“Peri Ledi sedang sakit,” jawab Riko sambil memberi sebotol sirup madu kepada Bu Rania.
“Oh, syukurlah. Anak saya tidak kekurangan madu. Terima kasih Riko. Sampaikan salam saya untuk Peri Ledi. Semoga dia cepat sembuh,” kata Bu Rania.
Riko tersenyum lalu bergegas mengantar sirup madu ke seluruh rumah pelanggan.
Menjelang siang, Riko sudah selesai mengantar sirup madu. Riko segera menemui Peri Ledi. Riko senang sekali bisa membantu Peri Ledi.
“Riko, kamu darimana?” tanya Kobi yang tak sengaja bertemu Riko.
“Saya baru saja mengantar sirup madu,” jawab Riko.
Hahahaha… Kobi tertawa terbahak. “Itu kan, pekerjaan peri Ledi.”
“Memangnya kenapa?” tanya Riko bingung.
“Kamu itu kurcaci laki-laki. Kamu ini memang aneh,” kata Kobi lalu pergi.
Riko bergegas menuju rumah peri Ledi.
“Wah, terima kasih Riko, karena bantuanmu, semua kurcaci bisa menikmati sirop madu hari ini. Aku juga sudah sembuh, karena tadi beristirahat dan minum obat. Kamu baik hati seperti seorang peri,” puji Peri Ledi.
“Tapi aku bukan seorang peri,” jawab Riko teripu malu.
Ia lalu bercerita kepada Peri Ledi.
“Riko menolong sesame itu tidak membedakan laki-laki atau perempuan. Yang penting mempunyai ikhlas berbagi,” Nasehat peri ledi. “Tetaplah menjadi diri sendiri, Riko,” kata Peri Ledi lagi.
Kini Riko tahu, untuk membantu orang lain, ia tidak perlu menjadi seorang peri dulu.
“Tapi mulai sekarang, aku akan memanggilmu Riko periko. Apa kamu suka?” tanya Peri Ledi.
“Ah, Riko suka dengan panggilan itu. Ya kini ia adalah Riko periko, kurcaci yang suka menolong.
Dimuat di Kumpulan dongeng Bobo edisi 82 (November 2013)
0 Response to "Dongeng Riko Periko"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.