Sebelum menulis cerita anak, saya menulis cerpen remaja dulu. Saya belajar secara otodidak, dengan membaca cerita-cerita dari majalah remaja. Dan ROY adalah salah satu cerpen remaja yang berhasil lolos di media (tapi lebih banyak yang tidak lolos... hehehe)
Selamat membaca, teman-teman.
Semoga semua suka ^_^
Roy
juga nggak pelit, kok! Kamu bakal dimanjakan bak seorang putri, kalo berhasil
jadi pacarnya. Hari-harimu bakal indah dengan hadiah-hadiah yang akan kamu
terima dari Roy .
Mercy biru metaliknya yang keren itu,
siap mengantarkan kamu kemana aja yang kamu mau. Roy
itu kan ,
emang tajir banget. Ya iya lah, anak tunggal pak Candra winata, pengusaha
minyak dan batubara itu.
Roy
tertawa lebar, memamerkan dereten gigi rapinya. “Emang kenapa, kamu nanya kayak
gitu?” Roy
malah balik nanya.
Roy
tertawa ngakak. “Itulah enaknya jadi orang ganteng! Cewek tuh datang sendiri.
Aku nggak perlu susah-susah ngejar mereka! Emangnya kamu! Hari gini belum dapat-dapat
pacar juga.”
Roy
baru aja hendak menyeruput kapucinonya, ketika tiba-tiba seorang cewek terlihat
memasuki kafe. Kosentrasi Roy langsung buyar. Cappucinonya langsung diletakkan
kembali diatas meja dan dibiarkan aja nganggur untuk sementara waktu.
Roy
langsung menatap tajam pada cewek itu. Harus diakui sih, cewek itu emang
cantik, putih, rambutnya panjang, bodinya oke. Pas banget dengan kriteria cewek
Roy selama ini.
Roy langsung pasang gaya
andalannya. Ia mengusap rambutnya sambil menurunkan kacamata hitamnya. Biar tuh
cewek bisa ngeliat ketampanan Roy .
Kancing kemeja atasnya sengaja dibuka. Biar cewek itu juga tahu, Roy punya sedikit bulu
dada dan kalung emas putih yang melingkar dilehernya, yang harganya jelas nggak
murah. Udah jelas Roy
pengin pamer, biar ketahuan anak orang kaya.
Roy
memamerkan senyumnya yang paling menawan. “Emang nggak boleh?”
Roy
hanya bisa angkat bahu.
Roy
mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu menopang dagu. “Tau nih,
aku lagi pusing banget.”
Roy
langsung bercerita. Lancar dan mengalir seperti anak sungai. Ternyata Arzeti
nggak seperti pacar-pacar Roy
yang terdahulu. Arzeti nggak mau diajak dugem. Kalo keluar juga, paling telat
jam sembilan harus pulang. Keluarnya pun hanya boleh malam minggu. Soalnya kalo
hari biasa Arzeti banyak alasan. Ulangan lah, banyak pr lah, nemenin mama lah. Yang
lebih parah lagi, Arzeti belum boleh kiss dibibir.
Roy
dengan tenang mengemudikan mobil mercynya. Disampingnya duduk Arzeti yang hari
itu memakai baju pink dan jins biru.
Roy
menoleh sekilas, lalu kosentrasi lagi menatap ke depan. “Kamu suka dengan
kalung itu?”
Roy
memarkir mercynya disebuah villa. Ia keluar, lalu membukakan pintu untuk
Arzeti. Arzeti melompat turun dengan senang.
Roy
tersenyum. “Kamu disini dulu, ya! Aku ambilin minum dulu!”
Roy
segera menuju mobilnya, lalu kembali lagi kedalam setelah mengambil tas Arzeti.
Roy langsung
melongo. Dilihatnya Arzeti udah tertidur pulas disofa. Minumannya udah habis
tanpa tersisa. Roy
tersenyum senang.
Roy
diam aja, baru kali ini dia mati kutu.
Roy
diam saja. Dia maki kutu. Keringat mengucur deras membasahi wajahny yang pucat
pasi. Roy sama
sekali nggak menduga, rencananya bakal gagal total. Semuanya terjadi diluar
dugaannya.
Selamat membaca, teman-teman.
Semoga semua suka ^_^
R O
Y
Bambang Irwanto
Namanya lengkapnya Armed Roy Winata. Panggilan
aja dia Roy . Dia
pasti akan menoleh sambil melemparkan senyum menawannya padamu. Umurnya baru
aja genap 19 tahun, sebulan yang lalu. Roy itu mahasiswa
semester tiga, jurusan teknik industri disebuah universitas swasta terkenal di Jakarta .
Hatimu
pasti langsung kebat-kebit begitu melihat wajah Roy yang ganteng dan nggak kalah dengan
aktor-aktor sinetron itu. Matamu akan memandangin Roy tanpa berkedip, dari ujung rambut sampe
ujung kakinya. Tatapan matanya yang tajam, Bodynya yang oke, perutnya yang sixpeck,
akan membuatmu semakin lupa diri. Dijamin, semalaman kamu pasti nggak bisa
tidur.
Kamu naksir Roy , ya? ngaku aja deh, nggak usah malu!.
Soalnya, bukan kamu aja yang naksir Roy .
Dengan semua apa yang dimilikinya, nggak salah dong, kalo Roy digilai banyak cewek. Mereka berlomba-lomba
pengin jadi pacar Roy .
Bahkan saking banyaknya, Roy
lupa berapa jumlah cewek-cewek yang pernah jadi pacarnya.
Kamu masih ngebet pengin jadi pacar Roy ? Eit, tunggu dulu! Kamu
udah termasuk kriteria cewek yang dicari Roy
nggak? Simak baik-baik, ya! Kamu tuh harus cantik, itu wajib hukumnya. Body
harus seksi. Rambut panjang, kulit mulus. Minimal lulusan gadis sampul dan
bakal calon Puteri Indonesia .
Yang mengherankan nih, diantara pacar-pacar
Roy yang
seabrek-abrek itu, nggak satu pun yang bertahan lama. Paling lama Cuma sebulan,
lalu putus. Bahkan pernah Roy
pacaran Cuma seminggu. Sebabnya, upie, pacarnya waktu itu ketahuan ngupil pas
jalan bareng Roy disebuah Mall elit di daerah senayan. Roy
kan keki
berat. Masa cowok kelas atas kayak Roy ,
punya pacar doyan ngupil.
“Roy ,
emang cewek seperti apa sih, yang kamu cari selama ini?” tanya Trian. Trian itu
temannya Roy
sejak masih SMU. Jadi sedikitnya Trian tau tentang cerita percintaan Roy .
“Aku cuma heran aja, Roy ! Soalnya mantan pacar-pacarmu itu, nggak
ada yang bertahan lama.”
“Itu tandanya, belum ada cewek yang cocok
denganku!” alasan Roy .
“Masa sih? Mereka kan cakep-cakep, pintar-pintar, seksi-seksi
lagi! Masa nggak satupun yang sreg dihati kamu? Apa kamu sengaja ya,
mempermainkan mereka?”
“Maksudmu, aku ini playboy?”
“Apa ada kata-kata yang tepat selain itu?”
sindir Trian balik sambil tersenyum simpul.
Trian nggak marah dengan ejekan Roy itu. Trian hanya
melirik tajam pada Roy .
Dia memang sempurna, gumam Trian dan dia harus mengakuinya. Dibandingkan dengan
Roy , dia nggak
ada apa-apanya. Hanya Trian masih bersyukur, Roy masih mau menganggap dia sebagai teman.
Setidaknya sebagai teman, Trian juga sedikit ikut menikmati fasilitas yang
dimiliki Roy .
“Apa kamu nggak takut dengan karma, Roy ?” Trian kembali mengajukan
pertanyaan berikutnya.
“Maksudmu?”
“Suatu saat nanti cewek-cewek itu akan
ninggalin dan nggak pedul lagi pada kamu?”
“Nggak! Selama aku masih seperti Roy yang sekarang ini!” jawab Roy mantap.
Ah, kamu, Roy ! Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti
akan jatuh juga, gumam Trian.
***
Sore ini, Roy sedang nonkrong di kafe Fantastik, salah kafe
favoritnya dibilangan daerah Cilandak. Menjelang malam minggu gini, emang paling
asyik ngeceng, ngopi-ngopi sambil ngecengan cewek-cewek cakep. Apalagi status Roy yang udah jomblo. Baru
dua hari yang lalu, Roy
putus dengan Riani. Mereka pacaran hampir dua bulan. Ini adalah rekor pacaran Roy yang paling lama.
Sebenanya Roy dari sebulan yang lalu udah pengin mutusin Riani. Tapi tuh cewek
ngancem mau bunuh diri. Akhirnya Roy yang ngalah.
Tumben, jantung Roy jadi berdebar-debar kencang. Apalagi tuh
cewek duduk pas banget di depan mejanya. Roy
jadi bisa melihat cewek itu lebih dekat lagi. Eh, tanpa disuruh, naluri lelaki Roy langsung muncul.
Cewek ini harus aku miliki, bisik Roy .
Tiba-tiba cewek itu berdiri dan
menghampiri Roy
yang masih aja bengong.
“Eh, kamu ngapain liat-liat aku terus?”
tanya cewek itu jutek.
“Ya iya lah!” jawab cewek tu. “Kamu tau
nggak, selera makanku jadi hilang gara-gara perbuatanmu itu. Pokoknya, jangan
liat-liatin aku lagi!”
“Siapa suruh kamu cantik.!” Jawab Roy
seenaknya. “Bukankah cewek berdandan cantik agar diperhatiin oleh cowok?”
Cewek itu langsung mati kutu. Dia nggak
tau harus berkata apa.
“Kenalan dong, aku Roy ! Dengan pedenya Roy mengulurkan tangan.
Cewek itu langsung meninggalkan kafe itu. Roy hanya tersenyum sambil
melambaikan tangan pada pelayan kafe.
***
“Non Arzeti, ada kiriman bunga buat Non!”
kata bik Ijah sambil menyerahkan seikat mawar pada cewek cantik itu
“Dari siapa, Bik?” tanya Arzeti heran.
Hari ini dia nggak ulang tahun. Lalu siapa yang rela mengeluarkan uang untuk
seikat mawar yang harganya nggak murah ini?
“Bibik nggak tahu, Non! Tadi yang ngantar
sudah pulang!”
“Ya udah! Makasih ya, Bik!”
Arzeti langusung mencium seikat mawar
merah itu, setelah Bik Ijah menghilang dari hadapannya. Harum….! Tapi siapa
yang mengiriminya ya? gumam Arzeti. Tiba-tiba hpnya berbunyi.
“Halo?’
“Halo, dengan Arzeti?”
“Iya, aku sendiri! Ini siapa, ya?”
“Masa kamu lupa? Baru kemarin sore, kita
ketemuan di kafe Fantastik. Ingat nggak?”
Ingatan Arzeti langsung melayang pada
cowok reseh itu. “Ngapain kamu telpon aku?”
Terdengar suara tawa dari seberang sana . “Jangan galak-galak,
dong! Aku Cuma mau tanya, kamu udah terima bunga dari aku nggak?”
Arzeti kaget banget, sampe bunga yang dipegangnya jatuh
ke lantai. “Jadi bunga ini dari kamu?”
“Kamu suka nggak dengan mawarnya?”
“Kamu tau darimana alamat rumah dan nomer
hpku?”
Terdengar lagi suara tawa dari seberang sana . “Nggak susah untuk
mendapatkannya. Cukup keluar duit dikit, pelayan kafe itu akan buka mulut.”
“Jadi itu kebiasaan kamu?”
“Demi cewek seperti kamu, apapun akan aku
lakukan.”
“Mau kamu apa, sih?”
“Aku Cuma pengin kenalan ama kamu! Itu
doang!” jawabnyaa. “Jadi kapan aku bisa main ke rumah kamu?”
Arzeti buru-buru mematikan hpnya, lalu
membantingnya keatas tempat tidur dengan gusar.
***
Bukan namanya Roy dong, kalo nggak bisa mendapatkan apa
yang ia mau. Apa sih, yang nggak bisa
dilakukan Roy ?
Buktinya, hanya dalam waktu dua minggu, Roy udah berhasil
meruntuhkan dinding hati Arzeti yang kayak baja itu.
Lihat aja, sekarang mereka sedang asyik
berduaan di kafe fantastik. Duduknya udah rapat banget. Tangan Roy udah
menggengam erat tangan Arzeti. Sesekali tangan Roy mengelus rambut halus Arzeti. Mesra
banget.
Cewek mana sih, yang mampu menolak pesona Roy ? Begitu juga Arzeti.
Cewek itu harus mengakui, walaupun hanya pada dirinya sendiri, kalo ia kalah
dan nggak bisa membohongi perasaannya sendiri.
Cewek mana sih, yang nggak luluh, kalo
tiap hari dikirimi bunga mawar dan di smsin puluhan kali dengan kata-kata indah.
Pagi sebelum Arzeti berangkat sekolah, Roy
udah datang menjemputnya. Begitupun siangnya, Roy selalu nungguin Arzeti. Belum lagi
hadiah-hadiah kecil yang membuat hati Arzeti berbunga-bunga.
Arzeti hanya mengangguk lalu tertunduk
malu, saat Roy
menyatakan cintanya dihari ketujuh. Dan Arzeti nggak nolak waktu Roy ngajak dia keluar.
“Roy, antar aku pulang, yuk!” Arzeti
melirik jam tangannya. “Udah hampir jam sembilan, nih!”
“Masih sore, Ar! Lagian ini malem minggu.”
Arzeti mulai gelisah. “Aduh Roy, aku nggak
boleh pulang larut malam. Orangtuaku bisa marah besar.”
“Bentar lagi, dong!” bujuk Roy .
“Roy ,
anterian aku pulang atau aku pulang sendiri naik taksi?”
***
Pagi itu, Roy ke kampus dengan penampilan berbeda.
Rambutnya nggak rapi dan mengkilap seperti biasanya. Baju dan jinsnya kusut dan
sama sekali nggk meching. Wajahnya kuyu dan ada lingkaran biru disekitar
matanyaa. Kayaknya dia kurang tidur dan sedang ada masalah.
“Kamu kenapa, Roy ?” tanya Trian. “Tumben kusut amat.
Trian menertawakan temannya itu. “Baru
kali ini aku dengar kamu pusing. Lagi mkirin apa, sih?”
“Arzeti,”
“Cewek terbarumu itu?” Roy mengangguk. “Ada apa dengan tuh anak.”
Lama-lama, Roy
kan bosan
juga. Roy emang
punya prinsip, hidup ini indah dan harus dinikmati.
“Lalu apa yang akan kamu lakukan?”
“Tau nih. Yang jelas, aku harus
menaklukkan nih cewek. Sepertinya, aku harus mengeluarkan jurus andalanku itu.”
“kalo kamu udah ngedapatin dia lalu
gimana?”
“Cari cewek baru lagi, dong!” jawab Roy tertawa keras.
***
Hari minggu ini cerah sekali. Mentari pagi
bersinar hangat. Langit juga cerah, nggak setitikpun awan hitam yang
mengantung.
“Makasih ya, Roy! kata Arzeti sambil melemparkan
senyum manisnya.
“Aku suka banget, dengan kalung
pemberianmu ini, Roy !”
Arzeti memegang liontin perak berbentuk huruf A itu. Baru beberapa jam yang
lalu, ia menerimanya dari Roy , sewaktu Roy menjemputnya.
“Kamu akan mendapat suprais yang lebih
seru lagi!’ kata Roy
penuh misteri.
“Oya, apa itu Roy ?”
“Kamu liat aja nanti! Kamu pasti senang.”
“Ini Villa kamu, Roy .
“Iya, villa keluarga!Ayo, ke dalam!” jak Roy .
“Bagus banget ya, Roy!” puji Arzeti lalu
melemparkan ubuhnya ke sofa empuk.
Nggak lama, Roy udah keluar lagi dengan dua gelas minuman
ditangannya. “Nih, minum!” Roy
menyodorkan segelas untuk Arzeti.
“Aduh Roy, aku lupa tasku dimobil! Aku
ambil dulu ya!”
“Eh, kamu disini aja!” cegat Roy . “Biar aku yang
ambilin tasmu!”
Pelan-pelan Roy mulai mendekati Arzeti. Tanpa basi-basi, Roy mendekatkan bibirnya
ke wajah Arzeti.
Plak! Sebuah tamparan keras mendarat
dipipi kiri Roy .
Roy kaget
sekali. Tiba-tiba Arzeti bangun dan sudah berdiri dihadapannya.
“Jadi ini maunya kamu, Roy !” maki Arzeti. “Kamu kira semua bisa kamu
dapatin dengan segala cara?”
“Cewek itu diciptain Tuhan untuk
mendampingi cowok. Bukan buat kamu mainin, lalu ditinggal pergi, “ maki Arzeti.
“Jangan lagi berani-berani mencari aku! Besok
aku akan mengembalikan barang-barang pemberianmu, Roy !”
kata Arzeti sambil menarik kalung dari lehernya dan melemparkan ke wajah
Roy .
Selanjutnya Arzeti pergi dengan taksi yang membawanya pergi.
***
Hp Trian berbunyi.
“Halo? iniTrian, ya?”
“Ya, betul! Ini siapa?”
“Aku Arzeti.”
“Kenapa, Ar?’
“Aku mau ngucapin makasih. Berkat bantuan
kamu, aku terhindar dari jebakan Roy !’
“Sama-sama. Untung waktu itu aku bisa
mencuri nomer hpmu dari Roy .
Aku Cuma mo negasin pada Roy ,
bahwa perbuatannya itu salah. Semoga dia sadar dan mengakhiri petualangan
cintanya. Bukankah cewek itu salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang paling
indah, yang harus kita jaga perasaannya.”
“Kamu ada waktu nggak? Aku mau ngajak kamu
makan. Sebagai tanda terima kasihku.”
Trian langsung girang. “Ada-ada! Kapan?”
“Gimana kalo ntar sore kita ketemuan di
Kafe Purnama?”
“Oke…!” jawab Trian cepat.
0 Response to "Cerpen Roy di Majalah Story "
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.