Dongeng Kama dan Raka ini dimuat di halaman Klasika, kompas minggu, 29 Juni 2014. Sangat spesial, karena selain versi cetak, juga dibikin versi videonya. Senang sekali, karena baru kali ini melihat dongeng yang saya tulis didongengkan untuk anak-anak. Apalagi ditayangkan di youtube
ini link alamatnya :
http://www.youtube.com/watch?v=RKPY_Lq_mPA
Tapi, sebelum lihat videonya, jangan lupa baca ceritanya dulu :
ini link alamatnya :
http://www.youtube.com/watch?v=RKPY_Lq_mPA
Tapi, sebelum lihat videonya, jangan lupa baca ceritanya dulu :
Kama dan Raka
Bambang Irwanto
Kama dan
Raka adalah dua ekor burung gagak hitam. Mereka tinggal di hutan Banggai
sulawesi Tengah. Sarang Kama dan Raka
pun berdekatan.
“Raka...
Ayo, kita mencari makanan!” ajak Kama.
“Ayo!” jawab
Raka bersemangat.
Mereka lalu
terbang ke tempat yang banyak ditumbuhi pohon buah dan biji-bijian.
Tuktuktuk...
Kama dan Raka asyik sekali mematuk-matuk makanan lalu memasukkan ke dalam
mulut. Sesekali mereka saling bercanda merebut makanan.
“Pulang,
yuk! Aku sudah kenyang!” ajak Raka sambil mengelus perutnya yang membuncit.
Kama tidak
menjawab dan langsung terbang menuju sarangnya. Raka mengikuti Kama. Hari ini,
Raka ingin bermain sejenak di sarang Kama, sebelum kembali ke sarangnya.
Sampai di
sarangnya, Kama segera membuka mulutnya. Raka terkejut. Ternyata Kama menyimpan
biji-bijian di mulutnya.
“Kenapa kamu
menyimpan biji-bijian itu?” tanya Raka heran.
“Ini untuk
persediaan makananku,” jawab Kama sambil memasukkan biji-bijian itu ke sebuah
kantung.
Raka tertawa
terbahak. “Tidak usah bersusah payah seperti itu. Kita kan. Bisa mencari
makanan setiap hari.”
“Tapi, kita
tidak bisa memastikan cuaca, Raka,” jawab Kama.
Raka terus
tertawa. Ia merasa aneh melihat kelakuan Kama itu.
Besoknya,
hujan turun sejak pagi. Raka menggigil kedingan di sarangnya. Perutnya juga
mulai terasa lapar. Menjelang siang, hujan baru berhenti.
“Aku harus
segera mencari makanan,” kata Raka sambil bersiap-siap terbang.
Namun
tiba-tiba Raka berubah pikiran. “Ah, lebih baik aku minta makanan saja pada
Kama. Dia kan, punya banyak persediaan makanan,” pikir Raka. Ia pun terbang ke
sarang Kama.
“Kama..
Kama... apa kamu ada?” Raka memanggil-manggil kama. Tapi tidak ada sahutan dari
Kama. Seperti Kama sedang pergi.
Hari semakin siang dan Raka semakin lapar. Ia
pun bergegas terbang menuju tempat biasanya ia mencari makan bersama Kama.
“Wah...
ternyata tanahnya tergenang. Aku tidak mungkin mencari makan di sini. Bagaimana
ini?” Raka kebingungan.
“Hei.. kamu
sedang apa?” tanya seekor tupai dari atas pohon.
Raka
bercerita pada si Tupai. “Apakah kamu punya makanan. Tolong beri aku sedikit
saja,” pinta Raka.
“Sayang
sekali. persediaan makananku sudah habis. Kamu cari saja ke tempat lain di
dalam hutan,” jawab si Tupai.
Raka pun
terbang mengelilingi hutan. Ia berputar-putar ke berbagai tempat. Sesekali ia
hinggap untuk beristirahat. Akhirnya, Raka menemukan tempat lain yang ditumbuhi
pohon dan biji-bijian. Tuktuktuk... Raka segera mematuk biji-bijian dengan
lahap. Sebentar saja perutnya sudah kenyang.
“Ah..
senangnya. Saatnya kembali ke sarang,” kata Raka gembira sambil bersiap-siap
terbang.
“Ya ampun,
aku lupa sesuatu.” Raka terbang kembali ke tempat tadi. Dengan cekatan, ia
mematuk-matuk biji-bijian lalu menyimpan dalam mulutnya. Rupanya Raka mengikuti
cara Kama menabung makanan. Raka tentu tidak ingin kelaparan lagi.
Terima kasih atas cerpennya mas, saya sedang mengikuti sebuah lomba membuat dongeng, saya harap bisa membuat cerita yang bagus seperti mas.
ReplyDelete