Oleh : Bambang Irwanto
Siang itu, aku baru pulang sekolah. Aku
melihat sebuah truk terparkir di depan rumah Pak Sastra. Beberapa saat
kemudian, tampak lima
orang pemuda menurunkan barang, lalu memasukkan barang-barang itu ke dalam
rumah Pak Sastra.
“Bu,
sepertinya ada penghuni baru yang akan menempati rumah Pak Sastra,” kataku pada
Ibu yang sedang merajut syal di ruang tamu.
“Iya, kabarnya ada yang mengontrak rumah
Pak Sastra. Syukurlah, biar tidak sepi dan gelap bila malam hari,” jawab Ibu.
Rumah Pak Sastra itu memang sudah tiga
bulan kosong. Pak Sastra beserta istri dan anaknya pindah ke Bandung . Pak Sastra itu seorang Dokter dan
kebetulan sedang bertugas di kota
kembang itu.
Seminggu telah berlalu. Akan tetapi, aku
tidak pernah melihat menghuni baru itu. Dan yang membuat aku semakin penasaran
sekali, hampir setiap hari Pak pos mengantar paket untuk penghuni baru itu.
“Wah, kamu harus curiga tuh!” kata Wisnu
saat aku menceritakan padanya tentang penghuni baru itu.
“Memangnya kenapa?”
“Apa kamu enggak curiga punya tetangga
seperti itu? Jangan-jangan dia teroris.”
“Maksud kamu, orang yang suka membuat dan
meledakkan bom itu?”
“Iya, biasanya mereka mengontrak
rumah-rumah disekitar warga, biar tidak dicurigai oleh orang.”
Wah, gawat. Benar juga kata Wisnu. Kenapa
tidak terpikir olehku, ya? gumamku.
Sejak itu aku selalu gelisah. Aku takut,
kalau tetangga baruku itu benar-benar seorang teroris. Bagaimana kalau benar
orang itu menyimpan bom dan meledak. Wah, aku takut sekali membayangkannya.
Aku segea menceritakan pada Ibu. Daripada
aku menyimpan sendiri dan membuatku gelisah terus.
“Benar juga katamu,” Ibu ikut-ikutan panik.
“Apa yang harus kita lakukan, Bu?”
tanyaku.
“Kita tunggu saja sampai Ayah pulang,”
kata Ibu.
Sorenya, Ibu segera menceritakan semuanya
pada Ayah. Ayah lalu menuju rumah Pak RT dan menceritakan tentang penghuni baru
yang mencurigakan itu.
“Apa tidak sebaiknya kita lapor polisi
saja, Pak RT,” usul Ayah.
“Jangan dulu, Pak Hamid! Kita harus meneliti
dulu kebenarannya,” kata Pak RT.
Ayah, Pak RT dan beberapa tetangga segera
mendatangi rumah Pak Sastra. Seorang Bapak seumur Ayah, membuka pintu rumah.
Pak RT menyampaikan maksud kedatangan mereka.
Bapak itu malah tertawa, setelah mendengar
penjelasan Pak RT. “Maafkan saya karena belum melapor pada Pak RT, Saya masih
sibuk membereskan rumah.” Kata Bapak itu.
Bapak itu lalu menjelaskan siapa dirinya.
Namanya pak Kusnandi. Ia seorang penulis cerita
anak-anak. Selama ini ia jarang keluar rumah, karena sibuk menulis cerita
anak-anak. Bila siang hari Pak Kusnandi beristirahat, sedangkan malam hari Pak
Kusnandi menulis.
Pak Kusnandi sengaja pindah rumah, untuk
melupakan kesedihannya. Beberapa bulan yang lalu, istri dan anak Pak Kusnandi
meninggal, karena kecelakaan mobil.
“Lalu apa isi paket-paket pos itu, Pak?”
tanya Ayah.
“Oh, paket-paket itu adalah kiriman
buku-buku dari penebit. Saya juga menjual buku secara langsung, karena biasanya
pembeli buku ingin tanda tangan saya juga,” kata Pak Kusnandi.
Oh…begitu ceritanya… semua orang yang
hadir menganguk-angguk mengerti.
Bapak kusnandi…? Sepertinya aku sering
membaca nama beliau. Dimana ya… ? Aku mencoba mengingat-ingat. Aha.. kini aku
ingat.
“Bapak juga sering menulis di majalah SOCA, kan?” tanyaku
penasaran.
Pak Kusnandi tersenyum “Iya, betul, Nak!
Apa kamu suka membaca cerpen dan dongeng saya di majalah SOCA?”
“Tentu saja, Pak. Cerpen dan dongeng
Bapak, ceritanya bagus-bagus,” jawabku.
Wah, senangnya hatiku, mempunyai tetangga
penulis anak-anak terkenal. Sepertinya aku harus siap-siap minta tanda tangan
Pak Kusnandi, nih!
Dimuat di Majalah SOCA edisi Februari 2013
0 Response to "Misteri Penghuni Rumah Baru"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.