Malam itu,
saya asik whats App dengan Metha, sepupu saya. Metha cerita, kalau dia sekarang
ada pekerjaan di Makassar. Jadi hampir tiap minggu, Metha bolak-balik Jakarta-Makassar-Jakarta.
Wiih... saya
langsung hoples. Maklum, Makassar itu, kota kelahiran sekaligus saya besar.
Hampir sebagian hidup saya, saya habiskan di Makassar. Jadi wajar, kalau kota
yang dulunya bernama Ujung Pandang dan berjulukan Kota Anging Mamiri itu,
sangat melekat di hati, jiwa dan raga saya... Jiah hehehe...
Saya pun
langsung antusias bertanya pada Metha, kalau selama tugas di Makassar, doi
kemana saja? Kata Metha, dia baru sempat mutar-mutar kota Makassar. Ya, Paling
ke Pantai Losari, Benteng Fort Rotterdam, Tanjung Bunga, kawasan Somba Opu, termasuk
melewati lapangan Karebosi yang di bawahnya sudah ada mall. Selanjutnya di
hotel.
Yaa.. kalau
itu sih, belum menjelajah seluk beluk kota Makassar. Maka saya pun mengusulkan tempat wisata yang dekat dengan
kota Makassar. Karena banyak pulau-pulau menarik di sekitar kota Makassar.
Misalnya Pulau Kayangan, Pulau Lae-lae, dan Pulau Samalona. Tapi dari semua
pulau yang saya rekomendasikan, Metha lebih tertarik Pulau Samalona. Soalnya
pulau Samalona pernah dibuat lagu juga oleh penyanyi Imanez. Masih pada ingat
syairnya kan? Ini sedikit kutipan syair lagunya.
Hari berganti malam
Malam pun Tiada berbintang
Jatuh ku di dalam pelukanmu kasih
Antar aku ke Samalona
(Foto : nevisit.blogspot.com)
Metha pun
mulai gencar bertanya soal Pulau Samalona. Mulai dari berapa bajet ke Pulau
Samalona, sampai cara sampai di sana. Karena saya sudah lama tidak ke sana,
pasti sudah banyak perubahan. Jadi saya cuma menjelaskan seingat saya saja.
Jadi Pulau
Samalona itu merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di kecamatan Ujung
Pandang, kota Makassar. Jaraknya 7 kilometer dari kota Makassar.
(Foto : Nevisit.blogspot.com)
Pulau
samalona memiliki pantai dengan hamparan pasir putih. Air lautnya masih
berwarna biru. Masih terdapat banyak
pohon kelapa. Keindahan bawah lautnya juga keren. Keindahan bawah lautnya juga
keren. Selain berenang, kita bisa diving. Terumbu karangnya cantik dan ikannya
berwarna-warni.
Sampai
sekarang, Pulau Samalona masih menyimpan misteri. Kabarnya, ada 7 kapal karam saat perang dunia
ke 2. diantaranya Kapal Maru (kapal perang milik jepang), Kapal Lancaster
Bomber, kapal kargo Hakko Maru buatan belanda. Namun kabarnya, kapal tersebut
telah berubah menjadi karang dan jadi rumah bagi ratusan biota laut. air
lautnya masih berwarna biru.
(Foto : Nevisit.blogspot.com)
Lalu
bagaimana cara menuju Pulau Samalona, Mas? Tanya Metha.
Hehehe...
tidak perlu pusing tujuh keliling. Di depan Benteng Fort Rotterdam atau dekat
pantai Losari, ada dermaga. Nanti bisa sewa speed boat. Jarak tempuhnya 30 – 40
menit. Soal harga, bisa disesuaikan dengan zaman sekarang hehehe.
Akhirnya, chat
kami pun selesai, karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam hehehe...
Ehh.
Seminggu kemudian, tiba-tiba Metha What apps saya lagi. Eladalah... ternyata
doi dan Ivan, suaminya, sudah berada di Pulau Samalona. Pakai acara pamer
foto-foto lagi. Waduh.. bikin ngiler saja dan semakin bikin saya mupeng. Dengan
teganya, Metha menulis.. Mas, kita udah di Samalona, nih! Sorry ya, Mas. Ga
ngajak-ngajak.
Duh...
teganya si Metha. Saya pun nangis
guling-guling di bawah pohon tauge, sambil bernyanyi sungguh
teganya... teganya...teganya...tegaaaaaanya....
Makanya
kemarin, saya sengaja membajak Metha untuk menceritakan perjalanan liburannya
ke Samalona. Kita pun chat-chit lagi. Jadi Metha langsung cerita saat sudah
hendak meluncur ke Pulau Samalona. Soalnya dari Jakarta, tidak perlu ditanya lagi. Sangat banyak Maskapai
penerbangan yang menuju ke Makassar.Ada garuda, Lion Air, Sriwijaya Air. Dari
bandara Internasional Hasanuddin, bisa langung naik bus damri atau taksi menuju
pantai Losari Ada Garuda, Lion Air, atau Sriwijaya
(Foto : Dokumen Pribadi Metha)
Nah, kata Metha,
dari dermaga di dekat pantai losari, ia menyewa Speed boat 500 ribu pulang
pergi. Lalu doi dan suaminya meluncur ke Samalona. Metha dan Ivan memutuskan
untuk menginap di sebuah cottage.
Semalamnya tarifnya 500 ribu. Lumayan mahal. Tapi kata Metha, itu karena di
Pulau Samalona listriknya dari pukul 6 pagi sampai pukul 6 sore. Jadi
selebihnya menggunakan genset.
Selain
Cottage, tentu saja ada warung-warung makan. Kalau mau berenang atau menyelam,
silakan. Ada kok jasa penyewaan alat selam. Tarifnya 50 ribu.
(Foto : Dokumen Pribadi Metha)
Metha sih, sangat
terkesan dengan Pulau Samalona. Katanya, karena Pulaunya masih asli, dan
seperti pulau pribadi. Karena memang pulau Samalona bukan tempat tinggal
penduduk. Berhubung Metha dan Ivan ke Pulau Samalona saat weekday, jadi hanya
mereka berdua yang menginap. Wih.. serasa pulau Samalona milik berdua
hahaha....
(Foto : Dokumen Pribadi Metha)
Makanya,
saya ingin sekali ke Makassar. Selain napak nilas dan bernostalgia, saya ingin
kembali menikmati wisata di Makassar. Termasuk ke Samalona. Apalagi terdengar
kabar, kalau tahun 2020, Pulau Samalona akan tenggelam.
Memang Metha
cerita, kalau Pulau samalona semakin kecil. Padahal dulu, Pulau Samalona
lumayan luas. Katanya pengolah Cottage,
karena sering ada badai. Lama-lama Pulau Samalona semakin terkikis. Duh..
sedihnya. Semoga Pulau samalona akan selalu ada.
Kalau dapat tiket pesawat gratis dari Airpaz.com pasti saya girang sekali. Saya sih, inginnya naik
Garuda. Soalnya belum pernah hehehe. Tapi sebenarnya, tiket pesawat apaun saya
sudah gembira. Yang penting, rinduku pada Makassar bisa dituntaskan segera.
Saking Rindunya pada Makssar, saya pun menulis sebuah lagu hehehe...
Walau kini, nakke telah jauh...
Ujung Pandang kan tetap terkenang
Bambang Irwanto
Bambang Irwanto
0 Response to "Ke Makassar, Saya Kan Kembali "
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.