Hari ini
diperingati sebagai hari Pos Sedunia. Hmm... mendengar kata Pos, saya langsung
koneksi dengan kata surat menyurat. Memori saya lalu berputar kembali belasan
atau beberapa puluh tahun yang lalu. Soalnya saya juga dulu hobi surat
menyurat, saat saya masih imut, lucu, lincah dan menggemaskan hehehe...
Berawal saat
saya berlangganan Majalah Bobo. Dulu ada satu rubrik, namanya Sahabat Pena. Mungkin kalau teman-teman
masih menyimpan majalah Bobo lama, bisa melihat rubrik itu, atau akan ingat.
Jadi ada foto, lalu dicantumkan nama, umur, kelas, dan alamat.
foto : keluargaesjepe.com
Dari situlah, saya mulai menulis surat untuk teman di luar daerah tempat tinggal saya, yaitu Makassar (dulu Ujung Pandang). Biasanya, saya memilih sahabat pena dari fotonya dulu. Wajahnya tampang anak manis, lucu dan menggemaskan. Lalu usia atau kelasnya sama dengan saya. Setelah saya memilih ala-ala seleksi pemilihan model remaja, barulah saya mengirim surat padanya.
Dari situlah, saya mulai menulis surat untuk teman di luar daerah tempat tinggal saya, yaitu Makassar (dulu Ujung Pandang). Biasanya, saya memilih sahabat pena dari fotonya dulu. Wajahnya tampang anak manis, lucu dan menggemaskan. Lalu usia atau kelasnya sama dengan saya. Setelah saya memilih ala-ala seleksi pemilihan model remaja, barulah saya mengirim surat padanya.
Kalau ingat,
saya akan ngakak. Soalnya isi suratnya standar sekali. Kira-kira begini :
Halo, salam kenal.
Nama saya Bambang Irwanto. Umur saya 11
tahun dan kelas 5 SD. Saya ingin bersahabat pena denganmu. Bolehkah? Saya
tunggu balasannya ya..
Salam manis
Bambang Irwanto
Selain di rubrik sahabat pena, biasanya ada juga yang mengajak bersahabat pena di rubrik ‘Apa Kabar, Bo’. Tapi saya malas kalau yang ini. Soalnya ada yang sok menulis, jangan lupa disisipkan prangko balasan, ya! Pasti aku balas. Atau, yang sisipkan prangko, segera aku balas. Wih.. masa baru kenalan sudah hitung-hitungan. Memangnya dia artis cilik hehehe. Beli kertas, amplop dan prangko saja, saya masih minta orang tua. Eh, kertasnya pakai buku tulis. Makanya buku tulis saya cepat habis hahaha...
Lanjut,
ya... Dari sekian surat yang saya tulis dan kirim ke teman-teman-teman yang
saya pilih, ada beberapa yang membalas. Lalu saya balas lagi, dia balas lagi,
akhirnya balas-balasan surat hehehe. Kebanyakan kita berbagi cerita saja
mengenai daerah masing-masing, tapi tidak pernah bertemu. Soalnya saya memilih
teman yang tinggal di daerah berbeda dengan saya.
Saat yang
paling menyenangkan adalah saat menerima surat balasan. Rasanya girang banget,
pas pulang sekolah, ada surat dari teman. Dan kehadiran Pak Pos adalah salah
satu yang sangat saya nanti-nantikan.
Masuk SMP,
kegiatan sahabat pena terhenti. Saya lebih fokus berkirim surat ke idola. Walaupun harus sedikit modal dengan membeli
kertas surat, amplop, juga prangko, termasuk menyisipkan prangko balasan. Tapi
bukan masalah. Bisa irit di uang jajan. Soalnya zaman itu, kalau dapat surat
balasan dari idola, rasanya seperti terbang ke angkasa, lalu menembus sampai
langit ke tujuh hahaha.. lebay, ya. Padahal yang balas suratnya juga paling
bukan artisnya. Bahkan ada yang hanya menyelipkan foto saja hehehe..
Foto : www.pusatgratis.com
Foto : www.pusatgratis.com
Setelah intip koleksi majalah remaja kakak cewek saya, maka saya memilih beberapa artis idola remaja. Saya pernah kirim surat ke Yuni shara, krisdayanti, dede Yusuf, gilang Ramadhan, dan Ria penta sari. Tapi yang dibalas Cuma Ria pentasari hahaha. Kasihan deh, saya. Masih mending kakak saya, dibalas oleh Java Jive, Fatur, dan Dwiki Darmawan.
Saat SMU,
kegiatan korespondensi saya berlanjut. Kali ini, saya surat menyurat dengan dua
sepupu saya. Yang satu tinggal di Bekasi, yang satu lagi di Pemalang. Maklum,
jarak tempat tinggal saya dan mereka kan jauh. Kami bahkan belum pernah
bertemu. Ongkosnya mahal hahaha.
Kalau dengan
dua sepupu saya ini, paling seputar cerita-cerita kami saja. Misalnya saat
sepupu saya di Pemalang lagi bete abis, karena ditaksir cowok dari berkulit
hitam. Atau saat sepupu saya di Bekasi kelelahan jalan kaki dari sekolahnya di
Cibitung, karena sopir angkot mogok. Dari cerita-cerita mereka, saya jadi tahu
daerah mereka, walau belum pernah ke Bekasi atau ke Pemalang. Misalnya makanan
khas Pemalang itu Soto Grombyang, yang paling enak dimakan dengan kripik Paru.
Atau soal Bekasi yang dekat dari Jakarta dan tugunya adalah tugu lele. Sekitar
setahun kegiatan korespondenis ini berlangsung. Lalu dengan sendirinya terhenti
hehehe.
Awal tahun 2000, saya ke Jakarta. Nah, zaman
itu kan, saya belum ada ponsel. Jadi tidak bisa sms orang tua saya di
Makassar. Kalau mau telepon juga mahal karena
hitungannya interlokal. Baru ngomong sementar, sudah 20 ribu. Wah.. bisa buat
makan seminggu tuh zaman itu. Kalau habis gajian, boleh lah telpon sebentar
hehehe
foto : wikimapia.org
Maka surat lah jalan satu-satu alat komunikasi saya dengan keluarga. Kebetulan tempat kerja saya daerah Lapangan Banteng, Pasar Senen, Jakarta Pusat. Jadi dekat dengan kantor pos besar Jakarta Pusat. Kalau istirahat, saya bisa kirim surat. Dengan kilat khusus 1500, surat dua hari sudah sampai. Hampir seminggu sekali, saya dan Bapak saya berkirim surat. Ya biasa saja, soal bertanya kegiatan saya.
Maka surat lah jalan satu-satu alat komunikasi saya dengan keluarga. Kebetulan tempat kerja saya daerah Lapangan Banteng, Pasar Senen, Jakarta Pusat. Jadi dekat dengan kantor pos besar Jakarta Pusat. Kalau istirahat, saya bisa kirim surat. Dengan kilat khusus 1500, surat dua hari sudah sampai. Hampir seminggu sekali, saya dan Bapak saya berkirim surat. Ya biasa saja, soal bertanya kegiatan saya.
Dan sekarang
saya tersentak. Wah.. sudah berapa lama saya tidak berkirim surat, ya? Rasanya
sudah seabad dan berjuta-juta tahun lamanya. Hahaha lebay. Tapi benaran. Saya
ke kantor pos kalau bayar tagihan listrik dan air. Juga kirim buku. Atau kirim
wesel pos instan hehehe. Makanya saya suprais sekali, waktu Mbak Indria Salim,
mengirimkan saya surat juga, saat mengirim buku untuk saya.
Kini saya
baru sadari, surat menyurat salah satu faktor yang membuat saya bisa menulis.
Beneran. Karena saya dilatih untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran saya
ke bentuk tulisan. Dan itu saya lakukan bertahun-tahun tanpa saya sadari.
Hasilnya, kita saya rasakan sekarang. Oh
My God...
Aah...
tiba-tiba saya rindu berikirim surat. Ayo, siapa yang mau saya kirimin surat? Tapi
jangan lupa dibalas, ya. Walau tidak saya selipkan prangko balasan Hehehe....
Bambang Irwanto
Bambang Irwanto
0 Response to "Asyiknya Menulis Surat"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.