} Cara Mengembangkan Imajinasi Dongeng - Bambang Irwanto Ripto

Cara Mengembangkan Imajinasi Dongeng

Cara Mengembangkan Imajinasi DongengSaat sedang sharing di kelas menulis Kurcaci Pos, saya sering mengajak Kurcacies melempar ide cerita. Biasanya saya menyuruh menemukan ide dari melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu.

Ilustrasi Istimewa Pak Iwan Darmawan

Biasanya, dalam kurang 1 menit, saya sudah menemukan ide. Sementara lainnya masih bengong manis. Padahal ide itu sudah ada di sekitar kita. Kurcacies pun ramai bertanya. Kok bisa, Mas? Wah, super sekali? Bagaimana bisa?

Hehehe... saya jadi tersipu malu. Saya juga masih terus belajar kok. Dan saya hanya menjawab, terus kembangkan imajinasi, karena imajinasia adalah modal utama kita menulis cerita. Nah, teman-teman ingin tahu rahasianya tidak? 

Imajiansi Masa Kecil     

Sejak kecil, saya sudah suka mendengarkan cerita dongeng. Walau dalam kelaurga saya, tidak ada tradisi membacakan dongeng sebelum tidur. Mungkin karena Bapak saya yang seorang tentara sering tugas keluar daerah. Sedangkan Ibu saya sibuk mengurus anak-anaknya, dan urusan rumah tangga hehehe.

Tapi saya bersyukur. Kalau ada waktu, bapak saya selalu mendongeng untuk 5 anaknya. Jadi bukan di tempat tidur. Tapi di ruang tamu. Itu pun hanya malam minggu. Itu pun kalau bapak saya sedang ada di rumah.

Nah, dongeng andalan bapak saya ada Jaka Tarub dan 7 bidadari. Entah sudah berapa kali dongeng itu diulang. Saya sampai hapal di luar kepala. Mungkin juga karena bapak saya hanya menguasi beberapa cerita saja.
Cerita yang cukup melekat di pikiran saya adalah cerita Kancil dan Buaya. Saya pertama kali membacanya di buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas 3 SD. Kalau tidak salah, di buku itu juga diceritakan Ayah sedang mendongeng untuk Arman, Wati, dan Andi.

Saya semakin mengenal dongeng lewat acara Sanggar Cerita Di TVRI. Setiap minggu, saya selalu menantikan acara itu. Kurang puas menonton, saya pun merengek minta dibelikan kasetnya. Dan cerita yang paling seru adalah cerita danau Toba dan Pulau Samosir. Jadi jangan heran, kalau idola saya waktu itu Kak Hana Pertiwi dan Kak Novia Kolopaking hehehe.

Pelihara  Imajinasi

Sejak saat itu, saya jadi suka berimajinasi. Misalnya saat melihat bulan bersinar penuh. Saya membayangkan ada kakek-kakek sedang bersemedi di sana. Kenapa dia ada di sana? Itu karena dia sedih melihat cucunya nakal dan tidak patuh pada nasihatnya.

 Lalu saat melihat kolong tempat tidur. Saya pun berimajinasi kalau di sana ada taman rahasia para kurcaci. Hanya anak-anak berhati baik, yang bisa melihat tempat bermain itu. Sementara yang anak nakal, hanya melihat tempat gelap dan kosong.

Pernah suatu hari, saya dan teman saya pergi berenang bersama. Dia heran saat saya tersenyum-senyum saat berenang. Dia pun bertanya dengan kening berkerut. Saya pun menjawab, kalau saya sedang membayangkan sedang mandi di kolam 7 warna. Lalu tiba-tiba turun hujan permen.  Teman saya hanya tertawa dan menganggap saya tukang berkhayal. Saya pun meneruskan berkhayal. Enaknya mandi di kolam 7 warna, lalu berseluncur di perosotan es, sambil ngemut permen lolipop hehehe.

Kembangkan Imajinasi

Saat saya cerita pada ibu saya, beliau menyuruh saja untuk menulis imajinasi-imajinasi saya di buku tulis. Sejak itulah, saya menghabiskan berlembar-lembar kertas, untuk menulis imajinasi saya itu. sambil terus menulis, saya juga terus membaca cerita-cerita dongeng, termasuk cerita di Majalah Bobo yang saya langgani.

 Waktu terus berlalu. Imajinasi-imajinasi saya waktu kecil, tetap saya bawa sampai sekarang. Alhamdulillah, kalau dulu saya hanya bisa menulis di buku tulis, kita bisa saya tulis jadi cerita. Cerita itu bisa saya kirim ke media anak atau penerbit.
 Saya tidak bisa memungkiri, kalau imajinasi saya berkembang dari dongeng-dongeng yang saya baca dan dengar. Begitu melekat kuat, sampai bisa merangsang syaraf-syaraf saya ikut berimajinasi. Kekuatan dongeng itu bagi saya sangat luar biasa.



Baca di sini cerita anak yang saya tulis, ya....


Saya percaya, segala sesuatu itu butuh proses, termasuk imajinsi. Jadi kalau sekarang saya cepat mendapatkan ide, itu karena dari imajinasi yang panjang. Jadi saat menulis cerita anak, saya tinggal ‘melempar diri’ saya ke masa lalu, dan menempatkan diri saya sebagai anak-anak.

Percayalah, kalau kita terus mengambangkan imajinasi, maka proses menulis akan semakin mudah. Yuk, kembali menulis. Salam semangat menulis, teman-teman.

Bambang Irwanto                            

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Mengembangkan Imajinasi Dongeng"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.