Hari ini, Ibu mengajakku ke pasar Palmerah. Ibu akan
membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Besok Mbak Riska, kakakku akan berulang-tahun yang ke 11. Ibu berencana membuatkan bolu cokelat
panggang kesukaan Mbak Riska.
Sampai di Pasar Palmerah, kami
langsung menuju toko Pak Dani. Toko Pak Dani itu menjual bahan-bahan untuk
membuat kue. Selain harganya murah. Pak Dani juga ramah melayani setiap
pembeli. Makanya Ibu senang berbelanja di sana.
Seperti biasa, toko Pak Dani
selalu ramai dikunjungi pembeli. Kami harus mengantre menunggu giliran untuk dilayani oleh Pak Dani. Ibu menyuruhku duduk di sebuah kursi plastik yang berada di dekat pintu masuk toko.
Limabelas menit kemudian,
tibalah giliran kami untuk dilayani oleh Pak Dani. Ibu segera menyerahkan
daftar belanja. Dengan cepat Pak Dani mengambilkan semua barang belanjaan Ibu,
lalu memasukkan kedalam kantong plastik.
dimuat di majalah Online Halonanda
dimuat di majalah Online Halonanda
”Berapa jumlah harga belanjaaan
saya, Pak Dani?” tanya Ibu.
Pak Dani meneliti sebentar
barang belanjaan Ibu. ”Semuanya empat puluh lima ribu, Bu!”
Ibu lalu menyerahkan selembar
uang seratus ribu pada Pak Dani. Pak Dani langsung mengembalikan uang kembaliannya. Ibu lalu menaruh di dalam dompet.
Sebelum pulang, kami mampir dulu di kios buah. Ibu
membeli buah semangka Kami sekeluarga memang sangat menyukai buah yang banyak
airnya itu harganya sepuluih ribu rupiah.
“Mira, tolong ambilkan uang ibu
di dompet ,” pinta Ibu padaku.
Aku segera mengambil uang
sepuluh ribu. Ibu lalu membayar harga buah semangka itu. Iseng-iseng, aku menghitung uang
yang ada di dalam dompet Ibu.
”Kok Bisa?” kataku heran.
”Kenapa, Mir?” tanya Ibu ikut
heran.
”Kenapa uang di dompet Ibu masih
tersisa lima puluh lima ribu? Bukankah tadi kembalian dari Pak Dani lima puluh lima ribu. Ibu
membeli semangka sepuluh ribu. Seharusnya sisa empat puluh lima ribu. Berarti
tadi Pak Dani salah mengembalikan uang Ibu.”
”Lalu harus kita apakan uang
lebih itu?”
”Ya, harus kita kembalikan lagi
pada Pak Dani, Bu! Apalagi uang ini bukan milik kita.”
”Anak pintar!” Ibu tersenyum sambil mengelus
rambutku. ”Ayo, sekarang Rika yang mengembalikan uang itu pada Pak Dani. Biar
Ibu menunggu disini!”
Aku segera berlari menuju
toko Pak Dani. Pak Dani tampak heran melihatku kembali ke tokonya.
”Ada apa anak manis? Apa ada
barang belanjaanmu yang tertinggal?” tanya Pak Dani ramah.
Aku segera menceritakan pada Pak
Dani. Pak Dani mengangguk mengerti.
”Ini uang Bapak,” aku
menyerahkan uang sepuluh ribu pada Pak Dani.
”Terima kasih. Terimalah ini
sebagaii hadiah dari Bapak!”
Wow, sebungkus permen cokelat
kesukaanku. ”Ini untukku, Pak?” tanyaku tidak percaya. Pak Dani mengangguk.
Setelah mengucapkan terima
kasih, aku bergegas menemui Ibu di kios buah.
”Bu, Pak Dani memberiku hadiah
sebungkus permen cokelat!” seruku riang.
”Itulah hasil dari kejujuranmu,”
ujar Ibu.
Aku senang sekali. Kami bergegas pulang, kerena
hari sudah sore.
Bambang Irwanto
0 Response to "Sebungkus Permen dari Pak Dani"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.