Minggu
kemarin, tepatnya 22 November 2015, cerita Bruno dimuat di Kompas Anak Minggu.
Cerita ini tentang seekor anjing bernama Bruno. Dia itu tadinya anjing
jalanan, lalu karena suatu kejadian, Bruno diambil dan dipelihara oleh Pak
Pram, seorang dokter hewan.
Darimana ide
cerita itu?
Ide cerita Bruno berawal,
saat saya membaca sebuah artikel tentang donor darah. Ternyata, bukan hanya
orang saja yang bisa mendonorkan darahnya pada orang lain, tetapi seekor anjing
juga bisa mendonorkan darahnya pada anjing lain. Ini pengetahuan yang harus
diketahui anak-anak.
Cliing...
poin itulah yang langsung muncul di benak saya. Seiring konflik cerita, ending
lalu alur. Kerena poinnya sudah jelas tentang donor darah anjing, maka saya tidak
perlu susah-susah menentukan tokoh utamanya lagi. Karena sudah pasti tokoh
utamanya seekor anjing hehehe...
Untuk nama,
saya tidak kesulitan. Saya pakai saja nama anjing tetangga saya, namanya Bruno.
Jadi sekedar catatan, kalau tokoh cerita kita hewan, maka sesuaikan namanya. Usahakan
tidak memakai nama yang sering dipakai untuk nama orang. Malah ciptakanlah
nama-nama sendiri untuk tokoh hewan dalam cerita kita.
Foto : Facebook Kompas Anak
Lanjut pada
proses menulis, ya. Untuk proses menulis cerita Bruno, saya hanya duduk tampan selama
setengah jam di depan laptop. Kenapa? Karena semua bahan cerita sudah lengkap.
Dari ide, tokoh, konflik, alur, sampai ending. Saya hanya tinggal menambah
sedikit saja. Misalnya tokoh tambahannya apa saja, ya. termasuk memasukkan
tokoh tambahan anjing lain. Soalnya poinnya sejak awal kan, Bruno akan
mendonorkan darahnya pada anjing lain. Maka tokoh anjing lain harus ada.
Saat proses
menulis, saya langsung berpikir. Mungkin lebih logis, kalau ada tokoh
manusianya. Jadi memang tokoh orang itu yang melakukan proses pendonoran, dari
Bruno ke anjing yang lain. Maka saya masukkan tokoh pendamping Pak Pram dan
putri ciliknya.
Akhirnya setengah
jam kemudian, naskah cerita Bruno selesai. Berarti bisa langsung kirim? Tentu saja
tidak, dong. Saya mengendapkan dulu naskah Bruno, minimal sehari. Besoknya saya
baca kembali, edit kembali, percantik, lalu dikirim. Karena saat membaca naskah
kembali, pasti akan muncul hal-hal baru untuk mempercantik cerita.
Naskah Cerita Bruno
saya kirim ke Kompas Anak pada bulan Agustus 2014. Berarti sekitar 15 bulan
baru dimuat. Lama, ya? menurut saya sih, tidak. Itu wajar, karena kompas anak
kan, hanya 1 cerita yang dimuat setiap minggu. Jadi wajar antreannya panjang.
Tips dari saya, biar tidak lama menunggu pemuatan naskah, jangan menunggu
naskah yang sudah dikirim. Tapi langsung menulis naskah baru dan kirim terus.
Alhamdulillah,
cerita Bruno berbuah manis. Cerita Bruno datang kembali pada saya dengan kabar
gembira. Dan bisa dipastikan, karena Bruno, ritual makan bakso saya akan terus
berlanjut hahaha...
Yuk, terus
semangat menulis, teman-teman...
Bambang
Irwanto
0 Response to "Cerita Bruno di Kompas Anak "
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.