Hari sudah
siang. Pak Ed bergegas menghabiskan sarapan. Setelah itu ia mengambil sepatu di
rak sepatu.
“Oh tidak,”
pekik Pak Ed saat mengenakan sepatu. Sepatu sebelah kirinya jebol lagi! Jempol
kakinya sampai keluar. Padahal ia harus segera berangkat bekerja.
“Aduh,
bagaimana ini?” keluh Pak Ed sambil mengerutkan dahi. Entah kenapa, selalu
sepatu sebelah kirinya yang jebol duluan. Padahal sepatu sebelah kanan masih
bagus. Terpaksa, Pak Ed sering membeli sepatu baru.
“Coba
diperbaiki dulu,” usul Bu Bet, istri Pak Ed. “Sayang kalau kita selalu membuang
sepatu kanan padahal masih bagus.”
Pak Ed mengangguk
setuju. Dibungkusnya sepatunya, lalu dengan hanya memakai sandal, Pak Ed pergi ke
rumah Pak Karlo, si tukang sepatu.
Di perjalanan,
Pak Ed bertemu seorang kakek. Badannya kurus dan pakaiannya compang-camping.
“Bapak belum
makan?” tanya Pak Ed.
Kakek itu
mengangguk.
“Saya tidak
punya uang sepeser pun,” sahut sang kakek. Pak Ed merasa iba. Ia memberikan
sebagian uangnya.
Pak Ed tiba di
rumah Pak Karlo. Ia meminta Pak Karlo menjahit sepatu kirinya. Sepuluh menit
kemudian pak Karlo telah selesai menjahit sepatu Pak Ed.
“Aduh, kok,
sepatunya bertambah sempit, ya?” keluh Pak Ed saat mencoba sepatunya.
”Tentu saja,
saat dijahit ukuran sepatu akan berkurang sedikit,” jelas Pak Karlo. “Kenapa
kamu tidak membeli sepatu baru saja, daripada harus memaksakan memakai sepatu
sempit?”
“Betul juga,
tetapi…” Pak Ed meraba kantongnya. Sebagian uangnya, kan, sudah diberikan ke
kakek tadi. Dengan terpaksa, Pak Ed memakai sepatu sempit. Kakinya terasa sakit
dan kulit kakinya lecet.
Rodi, teman
kerja Pak Ed, sempat menertawakannya.
“Salahmu sendiri,
kenapa uangmu kau berikan kepada kakek pengemis. Sekarang, kamu susah sendiri,
jalan terpincang-pincang!” tawa Pak Rodi.
Pak Edi hanya
tersenyum.
“Membeli sepatu,
‘kan, bisa ditunda. Tapi kalau lapar, tidak bisa ditunda, ‘kan?” Dia sama
sekali tidak menyesal memberikan uangnya pada kakek itu.
Sore tiba, Pak
Ed telah selesai bekerja. Sebelum pulang, ia mengganti sepatunya yang
kesempitan dengan sandal, lalu bergegas pulang ke rumah.
Dalam
perjalanan pulang, dengan keheranan, Pak Ed melihat sebuah kereta kuda
melintang di tengah jalan.
“Apa Tuan
pemilik kereta kuda ini?” tanya Pak Ed pada seorang pria berpakaian bagus yang
duduk tak jauh dari situ.
“Iya, Pak. Roda
kereta saya tiba-tiba rusak. Saya bingung harus bagaimana,” kata seorang pria
itu.
“Tak usah
khawatir, rasanya saya bisa memperbaikinya.”
Dengan cekatan,
Pak Ed memperbaiki roda kereta yang rusak. Sebentar saja, kereta kuda itu sudah
bisa berjalan.
“Terima kasih,
Pak. Kenalkan saya Ronal, saya perancang sepatu istana.”
Nama saya Ed.
Senang berkenalan dengan Anda.”
“Kenapa Bapak
tidak memakai sepatu? Bukankah hari sangat dingin?” tanya Pak Ronal.
Pak Ed
menceritakan sekilas tentang sepatunya. Pak Ronal mendengarkan cerita Pak Ed
dengan teliti. Setelah itu, mereka berpisah.
”Ke mana
sepatumu?” tanya Bu Bet saat Pak Ed tiba di rumah dengan kaki sedingin es.
Sekali lagi, Pak Ed bercerita tentang si kakek miskin.
”Ya tidak
apa-apa. Saya senang kita masih bisa membantu orang lain. Samoga kita segera
mendapat uang dan membeli sepatu baru,” kata Bu Bet.
Esoknya Pak Ed
kembali bersiap-siap bekerja dengan sandalnya. Ia harus bersabar menunggu
gajian dua minggu depan.
Tok…tok… tok… Tiba-tiba ada yang
mengetuk pintu rumah Pak Ed. Pak segera membuka pintu.
“Pak Ronal?”
Pak Ed terkejut.
“Saya
membawakan hadiah untuk Bapak karena kemarin membantu saya,” ujar Pak Ronal
sambil menyodorkan kotak terbungkus kain perak.
Pak Ed segera
membuka kotak itu. Wow.. ternyata isinya sepasang sepatu kulit empuk berwarna
biru gagah!
“Terima kasih,
Pak Ronald. Saya senang dan sepatu ini sangat bagus. Sayang, pasti sepatu sebelah
kirinya akan jebol duluan,” sesal Pak Ed karena sepatu itu betul-betul indah.
Pak Ronal
tersenyum.
“Tidak usah
khawatir. Sepatu ini sudah saya rancang khusus!”
Pak Ronal
membuat ukuran sepatu kiri Pak Ed sedikit lebih besar daripada sepatu kanan.
Ya, ternyata kaki kiri Pak Ed sedikit lebih besar daripada kaki kanannya!
Makanya sepatu kiri Pak Ed selalu lebih dulu jebol.
Bambang Irwanto
0 Response to "Sepatu Istimewa Pak Ed"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.