Bukan hanya mobil yang
perlu punya ban serep, lho. Penulis juga harus punya serep alias sesuatu yang
dobel. Soalnya kalau cuma punya satu, kalau pas error, kita bisa repot.
Kegiatan menulis juga bisa terganggu.
Lalu penulis harus
punya serep apa saja, ya? Nah, saya akan berbagi tips, sesuai pengalaman saya,
ya. Dan ini memang saya perlukan untuk menunjang kelancaran dunia menulis saya.
File
Naskah
Ini
yang pertama dan sangat perlu, juga penting. Penulis itu, harus punya serep
file. Saya selalu mengcopy setiap naskah yang saya tulis. Jadi naskah saya
pasti ada copy-nya.
Soalnya saya pernah mengalami kejadian. Naskah lupa saya copy. Lalu saya
tidak sengaja menghapusnya. Waduh.. nangis bombay lah saya di bawah pohon tauge.
Mau tidak mau, saya pun harus mengetik ulang. Penulis kan juga manusia. Kadang
ada blank-nya juga hehehe.
Ini
jelas menyita waktu saya. Hitung-hitungannya, harusnya saya bisa menghasilkan
cerita lain, tapi harus mengetik ulang cerita. Harusnya naskah sudah tinggal dikirim,
harus tertunda lagi. Bahkan harusnya naskah sudah diacc, dan honor sudah turun,
harus tertunda. Otomatis acara makan bakso pun jadi tertunda hahaha...
Perangkat
Menulis
Perangkat menulis ini maksudnya komputer, laptop, tablet, atau ponsel. Jadi
kita pun harus punya serep perangkat menulis. Soalnya, namanya perangkat, kalau
digunakan terus, kan ada masanya juga. Dan masa perbaikan itu, kadang
memerlukan waktu lama. Dijamin ke giatan menulis kita bisa tertunda lagi.
Pengalaman saya, pernah suatu ketika saya sedang mengerjakan orderan
dari penerbit Malaysia. Tiba-tiba komputer saya error dan perlu diservis. Katanya
servisnya paling cepat seminggu. Soalnya saya harus antre juga. Kebayang kan,
seminggu lamanya saya hanya bengong tampan di abwah pogon tauge.
Untunglah
saya masih ada Netbook kecil. Walau hanya 7 inci, tapi sangat membantu. Saya
pun bisa melanjutkan mengetik cerita. Pekerjaan saya pun bisa teratasi. Coba
seandainya saya hanya punya komputer saja. Bisa gigit cari saya. Makanya
penulis harus mempunyai serep perangkat menulis.
O iya,
saya selalu menyimpan 1 naskah di setiap perangkat menulis. Jadi saat perangkat
satu rusak, maka file naskah masih tersimpan di perangkat yang satu.
Perangkat
Internet
Untuk
perangkat internet, saya juga mempunyai serep. Sejak dulu, saya pakai 2 modem
yang berbeda. Soalnya modem itu kalau dipakai terus dan dalam waktu lama, akan
panas juga. Kalau dipaksa, pasti cepat rusak. Makanya saya selang-seling saja
pakai modem.
Pengalaman
lain, misalnya saya lupa menyimpan atau menaruh salah satu modem. Kalau
dicari-cari buru-buru, kadang tidak ketemu. Malah waktu yang ahrusnya buat
nulis, jadi terbuang percuma. Kalau ada modem serep kan, tinggal pakai dulu.
Pernah
juga, saya menginap di rumah adik saya. Otomatis semua perangkat menulis ikut
serta. Pas pulang, modem saya ketinggalan. Untung ada modem satunya. Jadi
kegiatan menulis saya tidak tertunda.
Sekarang,
saya juga sudah membeli mifi yang menggunakan sinyal wifi. Jadi saya gantian
saja menggunakan wifi dan modem. Sangat salah satu sinyal bermasalah, maka bisa
saling gantian.
Koneksi
Internet
Ini
juga tidak kalah penting. Saya pribadi, tidak hanya mengandalkan 1 jaringan
layanan internet. Soalnya namanya inet, pasti kadang ada lelet atau errornya. Makanya
saya pun memakai 2 jaringan. Jadi saat satunya lelet atau error, jaringan lain
bisa dipakai.
Soalnya
saya punya pengalaman. Saat sedang mengajar di Kelas Kurcaci Pos, tiba-tiba
jaringan yang sedang saya pakai lelet. Untunglah saya punya serep. Saya pun
buru-buru mengganti modem saya dengan kartu lain. Kelas pun kembali berlanjut.
Kalau tidak, kasihan teman-teman yang sedang ikut kelas. Bisa-bisa kelas
tertunda dan harus besok lagi.
Akun
Facebook
Saya punya
banyak akun media sosial (Wih.. gayanya). Tapi yang punya serep hanya akun
facebook. Kenapa? Karena kelas kurcaci kelasnya di grup facebook hehehe.
Menurut
saya, penulis perlu punya akun facebook serep. Selain untuk kelas Kurcaci Pos,
juga untuk jaga-jaga. Soalnya terkadang kan, facebook kena hack. Jadi kita bisa
konfirmasi dari akun satunya lagi. Terus, saya kalau mau kirim sesuatu, tinggal
kirim antar inbox saja.
Misalnya
nih, saya butuh posting foto untuk blog saya atau blog RJK. Sedangkan foto saya
ada diponsel dan hanya ada aplikasi message fb-nya. Maka saya akan kirim via
inbox saja. Lalu akan saya unduh pas buka laptop.
Yang tidak
kalah penting saat saya mengajar di kelas Kurcaci Pos. Sering kali grup
bermasalah. Misalnya ada peringatan saya mengetiknya kecepatan hehehe. Maka
saya akan langsung pindah ke akun satunya.
Pernah
juga salah satu kelas error. Jadi saya tidak bisa masuk dengan akun biasanya.
Untuk saya sudah ada serep. Maka saya pun bisa masuk dengan akun satunya.
Makanya saat embuat kelas, saya selalu memasukkan 2 akun saya.
Email
Ini juga
tidak kalah penting. Awalnya saya hanya punya email yahoo. Tapi kemudian saya
membuat gmail juga. Soalnya pengalaman, mau kirim naskah, email lagi error.
Akhirnya tidak jadi kirim dan tertunda.
Nah,
setelah punya dua email, saya tidak pernah mengalami kendala mengirim lagi.
Kalau salah satu email error, saya pakai email satunya. Bahkan saya kadang
mengirim 1 naskah ke penerbit yang sama dengan dua email hehehe.. Kan
antisipasi. Siapa tahu email yang satu masuk spam atau gagal, maka ada
cadangan.
Bukti Terbit
Penulis itu harus juga punya serep bukti terbit. Baik karya yang dimuat di media ataupun yang diterbitkan di penerbit. Soalnya ini jadi arsip, bahkan harta karun bagi penulis. termasuk saya.
Makanya, saya selalu membeli dobel majalah atau koran yang memuat karya saya. Saya juga pasti selalu menyediakan buku dobel untuk koleksi pribadi saya.
Soalnya pengalaman. Pernah cerita saya dimuat di harian Fajar Makassar. Saya cuma beli satu korannya. Wah.. ternyata koran itu dipakai kakak saya buat bungkus. Maka nangis bombay lah saya, karena tidak ada serepnya lagi.
Rekening
Bank
Walau
tidak mutlak harus punya dua rekening, tapi menurut saya, penulis perlu punya
dua rekening. Jadi saya memisah rekening pribadi dan rekening dari menulis.
Jadi saya bisa tahu, oh.. segini hasil menulis saya. Soalnya setiap memandang
rekening saya, semangat menulis saya semakin bertambah.
Punya dua
rekening memudahkan saya. Misalnya nih, atm bank satu lagi rusak, maka saya
bisa pergi ke atm bank satunya. Kalau Cuma satu, bisa nyengir saya. Acara makan
bakso bisa tertunda hahaha.
Punya rekening
berbeda juga,membuat transaksi-transaksi lancar dan bisa disesuaikan. Misalnya
saat teman akan membayar fee kelas kurcaci Pos, dan saya hanya punya rekening
A, padahal teman teman punya rekening B, maka pas teman mau transfer akan kena
chas. Kalau rekening bank-nya sama kan, tidak masalah.
Nah,
itulah serep-serep yang saya punya. Ibarat ban serep, hal-hal di atas bisa
langsung gunakan saat tiba-tiba ada kendala. Jadi kegiatan menulis kita lancar
jaya. Acara makan bakso pun ikut lancar. Eeeh... hahahaha.
Salam
semangat menulis...
Bambang
Irwanto
0 Response to "Penulis Juga Harus Punya Serep"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.