Ilustrasi : Lily Zhai |
Duh bosannya!" keluh Pelipe. Bibirnya maju beberapa senti.
Sejak pindah ke sini, Pelipe cemberut terus. Mungkin karena ia tidak punya teman. Papa baru saja pindah tugas ke kawasan perawatan hewan Kowicit.
Waktu Papa cerita akan pindah tugas, Pelipe sangat kaget. Apalagi, tempatnya sangat jauh dari kota. Pelipe juga sedih kalau berpisah dengan teman-temannya. Tapi bagaimana lagi. Papa harus menolong hewan-hewan yang sakit di sini.
"Uuh... sungguh membosankan," gerutu Pelipe lagi.
Sejak pagi sehabis sarapan, Pelipe sudah membaca dua buku cerita. Setelah itu, ia bermain boneka. Sekarang Pelipe tidak tahu mau melakukan apa lagi. Papa sudah sibuk di klinik hewan, sedangkan Mama masih sibuk mengatur barang. Sekolah baru mulai awal pekan depan.
"Aku jalan-jalan ke hutan saja," Pelipe memutuskan. Ia pun segera mengganti sandal dengan sepatu.
Setelah itu, Pelipe berjalan menuju hutan kecil yang berada di belakang rumah dinas Papanya.
Tidak lama, Pelipe sudah sampai di sana. Pemandangan di hutan kecil sangat indah. Seandainya saja aku punya teman, pasti aku akan betah tinggal di sini, gumam Pelipe sambil terus melangkah. Kali ini ia melihat salah satu pohon besar.
"Wah.. ular!" Pelipe kaget saat melihat ada ular yang melilit di dahan pohon besar itu. Pelipe berlari, sampai ia terjerambab. Pelipe meringis, hingga gigi ompong depannya terlihat.
Tiba-tiba Pelipe merasa ada yang mengoyang-goyangkan sepatunya. Ia sontak menoleh. "Wah.. anak babi pink!" seru Pelipe kaget.
Pelipe mengucek-ngucek matanya. Ia lalu mencubit lengannya. "Aduh..!" pekik Pelipe. Ternyata sakit. Berarti Pelipe tidak sedang bermimpi.
Pelipe berusaha mengusir babi pinkitu agar menjauh darinya, tapi anak babi itu tetap di tempatnya. Akhirnya Pelipe berhenti mengusirnya.
Tiba-tiba anak babi pink itu mendekati Pelipe yang masih terduduk di tanah. Pelipe jadi takut. Walau anak babi itu tampak lucu, tapi bisa saja buas. Pelipi memejamkan matanya sambil berdoa.
Lima menit... sepuluh menit.. limabelas menit...Pelipe menunggu. Pelipe merasa tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Pelan-pelan Pelipe membuka matanya.
"Waah...!" Pekik Pilipe. Ia kaget sekali, karena wajah anak babi pink itu tepat di depan wajahnya.
"Peli...Pelipe..." tiba-tiba Pelipe mendengar suara Papa memanggilnya.
"Papaaa... Aku di sini!" sahut Pelipe.
Tidak lama, Pelipe melihat Papa berlari-lari ke arahnya. Wajah Papa terlihat cemas. "Peli, kenapa kamu pergi tak bilang ke Mama? Mama cemas mencarimu.," ucap Papa cemas sambil membantu Pelipe berdiri.
Pelipe menunduk. "Maafkan aku, Papa! Tadi aku bosan sekali," Pelipe lalu menceritakan semuanya pada Papa, termasuk ia bertemu dengan anak babi pink.
"Oh, ini namanya bugy, Peli. Induknya baru mati tiga minggu yang lalu," cerita Papa.
"Wah, kasihan sekali. Bolehkan aku menjadi temannya Papa?"
"Tentu saja boleh. Ajaklah Bugy ke rumah. Nanti Papa buatkan kandang kecil di belakang rumah."
"Horeee....!" Sorak Pelipe sambil melompat-lompat girang. Dua kuncir rambut keritingnya ikut bergoyang-goyang.
Pelan-pelan Pelipe mengelus punggung Bugy. Anak babi pink itu mengangguk-angukkan kepalanya. Pelipe tahu Bugy juga senang mendapat teman baru.
0 Response to "Teman Baru Pelipe"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.