Pelipe senang sekali.
Sepanjang perjalanan pulang, ia bersenandung kecil. Sesekali Pelipe menoleh ke
belakang, melihat Bugy yang berjalan di belakangnya.
Tidak lama, Pelipe,
Papa, dan Bugy sudah sampai di di depan rumah. Pelipe melihat Mama berlari-lari
menghampirinya.
“Ya, ampun, Peli! Mama
cemas sekali!” ucap Nyonya Wirni. “Mama sudah mencarimu ke seluruh rumah, dan
sekitar halaman.”
Pelipe kembali
menundukkan wajahnya. Gadis cilik berambut hitam keriting itu merasa bersalah.
Mama pasti cemas sekali, gumam Pelipe dalam hati.
“Maafkan aku, Mama! Aku
janji tidak akan mengulanginya!”
“Baiklah, Mama
memaafkanmu!” Mama mengelus rambut Pelipe. “Eh, siapa anak babi lucu ini?”
“Namanya Bugy, Mama!”
jawab Pelipe lalu menceritakan semuanya pada Mama.
Nyonya Wirni mengangguk
mengerti.
“Bolehkan, aku memelihara Bugy, Ma?”
Nyonya Wirni melirik
pada Pak Arlon. Papa Pelipe mengangguk. Akhirnya Mama pun ikut mengangguk
sambil tersenyum.
“Horeeee.... Kamu boleh
tinggal di sini, Bugy!” sorak Pelipe sambil mengelus punggung Bugy. Anak babi
berwarna merah jambu itu mengangguk-angguk.
“Nah, sekarang Pelipe
ganti baju! Lalu kita makan siang. Mama sudah buatkan daging kentang saus
kacang kesukaanmu.”
“Horeee...!” Pelipe
bersorak lagi.
Setelah makan siang,
Pelipe bergegas melihat Bugy. Anak babi itu sedang duduk meringkuk di halaman
belakang rumah dinas Papa. Pelipe mengeluarkan sebutir apel merah dari saku
bajunya.
“Makanlah, Bugy!”
Pelipe mendekatkan apel merah di tangannya ke mulut Bugy. Anak babi itu segera
melahap apel merah itu. Pelipe senang sekali.
Setelah Bugy
menghabiskan apel merahnya, Pelipe mengajak Bugy bermain. Pelipe melempar bola
warna-warninya, lalu Bugy akan mengambilnya. Setelah lemparan bola ke sepuluh,
Pelipe memutuskan untuk istirahat.
“Capek juga ya, Bugy! Tapi
menyenangkan,” Pelipe menyeka keringat di dahinya. Bugy mengangguk-anggukkan
kepalanya.
“Peli, Papa kembali ke
klinik hewan dulu, ya!”
Pelipe menoleh, dan
melihat Papa berjalan keluar dari rumah. “Baik, Pa! Aku masih ingin bermain
bersama Bugy.”
Pak Arlon mengacungkaan
jempol tangan kanannya pada Pelipe. “Jangan lupa tidur siang, Peli! Bugy juga
mungkin istirahat.”
“Baik, Papa!” jawab
Pelipe. “Waaah... iya, Pa! Aku jadi ingat. Nanti Bugy tidur di mana?”
Pelipe melihat Papa
mengelus-elus dagunya. Itu tandanya Papa sedang berpikir. “Bugy perlu kandang,
Peli. Kita nanti akan membuatkannya. Tapi tidak sekarang, ya! Hari minggu kita
akan ke kota membeli papan untuk rumah Bugy.”
“Waaah.. masih tiga
hari lagi, Papa!” keluh Pelipe.
“Sudah ya, Peli! Papa
harus segera kembali ke klinik!” kata Pak Arlon lalu mengecup pipi kanan
Pelipe.
“Baik, Papa!” Pelipe
melambaikan tangan pada Papa. Pak Arlon membalas lambaian tangan Pelipe. Tidak
lama, Pak Arlon berbelok, dan tidak terlihat lagi.
“Bugy, kamu di sini
saja, ya! Aku mau tidur siang dulu!”
Pelipe masuk ke dalam
rumah. Ia masih memikirkan kandang untuk Bugy. Kalau menunggu hari minggu,
kasihan si Bugy. Dia akan tidur di mana, ya? pikir Pelipe.
Pelipe menuju kamar
mandi untuk mencuci tangan dan kakinya. Di ruang makan, Pelipe melihat Mamanya
sedang melakukan sesuatu. Pelipe menghampiri mama.
“Mama sedang apa?”
“Oh, ini, Peli! Mama
sedang mencungkil penutup kotak peti kemas barang masak Mama.”
Pelipe mengangguk
mengerti. Ia memperhatikan, ada beberapa peti kemas itu yang dilektakkan di
dapur. “Wah, Mama! Peti kemas ini bisa buat kandang Bugy.”
Mama memperhatikan
lebih seksama peti kemas itu. “Ah, benar, Peli! Nanti tinggal kita buat pintu
dan jendela. Lalu diberi atap. Biar cantik, nanti kita cat. Tunggulah Papamu,
pulang jam tiga sore nanti!”
“Horeee... Bugy akan
punya kandang!” sorak Pelipe. Ia melirik jam dinding yang digantung di dinding
dapur. Masih pukul satu siang. “Aku akan tidur dulu, Mama!”
Ternaya Pelipe tidur
siang agak lama. Mungkin karena ia kelelahan bermain bersama Bugy. Pukul 4
sore, Pelipe baru bangun.
“Waaah... aku bangun
kesorean. Padahal aku ingin membuatkan kandang untuk Bugy!” kata Pelipe panik
sambil bangkit dari tidurnya.
Pelipe segera berlari
keluar kamar. Ia mencari Mamanya di dalam rumah, tapi tidak ada. Kemana Mama,
ya? Apa Papa sudah pulang? Tanya Pelipe dalam hati.
Pelipe bergegas keluar
rumah. Ia melihan tampak di kejauhan Papa dan Mama. Di dekat situ ada Bugy
juga. Pelipe segera berlari ke sana.
“Kamu sudah bangun,
Peli? Kamu tidur siang lelap sekali!” sambut Mama. “Tadi Mama mengajak Papa
membuat kandang Bugy. Untung masih ada sisa cat pagar juga.”
“Waah.. Papa dan Mama
sudah membuat kandang untuk Bugy!” seru Pelipe saat melihat kandang Bugy sudah
jadi.
“Selesai, Peli!” seru
Papa sambil meletakkan kuas cat.
“Terima kasih Papa!
Terima kasih, Mama!” ucap Pelipe. “Bugy... Ayo, masuk ke kandangmu!”
“Eh, nanti dulu, Peli.
Catnya kan belum kering!” tahan Mama.
Pelipe langsung tersipu
malu.
0 Response to "Kandang untuk Bugy"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.