Pagi tadi, saat membuka Facebook, saya mendapat notif
menarik dari Facebook. Ternyata Facebook sudah menyiapkan
video pertemanan
saya. Jadi baru ngeh, kalau hari ini, hari pertemanan dengan
hastag #friendsday. Pas
saya buka videonya, keren... Saya suka sekali. Dan mungkin semua orang mendapatkan video tersebut.
Saya langsung
teringat, saat saya pertama kali menggunakan akun Facebook. Saya ini, termasuk ketinggalan
menggunakan Facebook.
Saat orang-orang sudah eksis, dan jumlah
pertemanannya sudah ribuan, saya baru mulai bulan
oktober 2009.
Jadi awalnya,
ada teman SD saya, dan juga tetangga waktu di Makassar SMS saya, Mbang apa nama akun facebookmu? Saya pun
langsung bengong tampan (seperti biasa, kan? hehehe... ). Soalnya, saya tidak
punya akun Facebook, dan tidak mengerti apa Facebook itu. Maka saya langsung
tanya ke adik saya. Dia pun menjelaskan Facebok bla bla bla, panjang x lebar,
dari sabang sampai marauke.
Eh,
saya pun langsung tertarik buat akun Facebook. Tapi.. tidak mengerti cara
buatnya hahaha (kasihan deh, gue!). Untunglah adik saya yang wajahnya tidak
kalah tampan dari saya itu(wkwkwk), mau berbaik hati membuatkan akun Facebook
buat saya. Termasuk membuatkan email juga, dan mengajari kursus kilat
menggunakan Facebook hahaha (terima kasih, Bro!). Kebetulan,
bertepatan saat saya menbeli modem di tahun yang sama hehehe.
Sejak
itulah saya menggunakan Facebook.
Karena ponsel saya masih satu warna, maka saya
menggunakan notebook 7 inci. Saya mulai mengirimkan permintaan pertemanan
orang-orang yang saya kenal nama dan karyanya di media.Bahkan yang kerja di
redaksi majalah juga saya add hahaha.
Saking semangatnya, saya add banyak
orang, dan akun saya diblokir sementara waktu hahaha.
Bagi
saya, amazing. Saya bisa berkenalan dengan orang-orang yang selama ini hanya
saya lihat
namanya dan karyanya
di media. Misalnya Pak Iwan Darmawan. Beliau itu salah satu ilustrator favorit
saya di majalah Bobo. Dan senang sekali,
saat Pak Iwan menerima pertemanan saya.
Dari situ, saya mulai memberanikan menyapa
beliau. Pak Iwan walau ilustrator terkenal, sangat ramah, dan rendah hati. Dan
saya suprais, waktu beliau tiba-tiba menginbox saya dan mengajak untuk menulis
di majalah anak di Malaysia. Pak Iwan membuka jalan bagi saya. Alhamdulillah
saya pun pernah bertemu langsung dengan Pak Iwan di Bandung. Termasuk dengan
Putra Pak Iwan, Mas Adit Galih. Hatur nuhun, Pak Iwan.
Selain
Pak Iwan, banyak sekali teman-teman yang menyenangkan di
Facebook. Dan maaf sekali, saya tidak bisa menyebutkan satu persatu. Mungkin
yang sangat akrab dari awal 2009 sampai sekarang adalah dengan Mbak Pupuy
Huriyah dan Mas Deny Wibisono. Dari hanya kenal nama di majalah Bobo, sampai
akhirnya bisa chat-chit di inbox. Bahkan dengan Mbak Pupuy sudah bertemu.
Jadi siapa bilang saya menyembunyikan wajah tampan saya? hahaha. Selain dengan Pak Iwan, Mas Adit Galih, dan Mbak Pupuy, saya juga sudah pernah bertemu dengan Mas Lukas, Mbak Ratih Soe, Pak Didik, Mbak Renny Yaniar, Mbak Veronica dan beberapa teman lainnya. Jadi kalau mau ketemuan, ayo... Tapi jangan lupa traktir bakso hahaha...
Jadi siapa bilang saya menyembunyikan wajah tampan saya? hahaha. Selain dengan Pak Iwan, Mas Adit Galih, dan Mbak Pupuy, saya juga sudah pernah bertemu dengan Mas Lukas, Mbak Ratih Soe, Pak Didik, Mbak Renny Yaniar, Mbak Veronica dan beberapa teman lainnya. Jadi kalau mau ketemuan, ayo... Tapi jangan lupa traktir bakso hahaha...
Perteman
di facebook, membuat banyak hal menjadi lebih mudah bagi saya. Misalnya saling
berkirim kabar saat pemuatan cerita di media. Dulu itu sebelum menggunakan Facebook,
setiap kali ingin tahu info cerita Bobo, saya selalu ke toko buku. Tapi setelah
berkenalan dengan Mbak Tuti Sitanggang, setiap minggu saya selalu dapat info
Bobo cepat. Info itu saya beritahu ke teman-teman yang kevetulan ceritanya
dimuat. Makanya saya dapat julukan si pembawa berita gembira, seperti Pak Pos. Dari
situlah lahir julukan saya “Kurcaci Pos” hehehe. Begitu juga saat cerita saya dimuat di Gads,
Hai, Girls dan media lainnya, selalu saja ada teman yang mengabarinya.
Lewat
pertemanan di Facebook, semangat menulis saya terus membara. Saling sharing
dunia menulis. Dari pertemanan di facebook pula, saya mendapat tawaran menulis
buku. Juga info soal penerimaan naskah di sebuah penerbit.
Selain cerita manis, tentu saja
banyak cerita kurang manis juga. Pertemanan di Facebook itu, menurut saya, sama seperti
di dunia nyata. Ada
yang suka pada
saya, dan pasti ada juga yang tidak suka pada saya. Padahal kan, tidak pernah saling tatap muka dan mengenal langsung hehehe...
Tetapi
menurut saya, itu hanya hukum alam saja,
dan berlaku di perteman Facebook. Saya mensiasati dengan berpatokan, “Bila
masih ingin berteman dengan saya silakan, tidak ingin berteman lagi, tidak apa-apa.”
Jangan ada dusta di antara kita wkwkwkw...
Saya
merasakan pertemanan di Facebook
itu berevolusi. Teman di Facebook itu kebanyakan datang dan
pergi. Tapi tetap ada teman yang selalu dekat dengan kita.
Banyak teman yang datang saat
membutuhkan sesuatu, lalu pergi saat sudah mendapatkan sesuatu itu. Misalnya, dulu
beberapa teman sangat rajin menginbox saya. Tanya ini dan itu seputar menulis.
Dan dengan senang hati saya menjawab setiap pertanyaannya. Namun setelah bisa
menulis dan dimuat di beberapa, sekedar menyapa pun tak pernah. Bahkan saya
pernah komen di postingannya, yang lain dibalas komentarnya, tapi komentar saya
dicuekin (kasihan deh, gue hahaha).
Bukan berarti saya tidak ikhlas. Bukan juga saya menuntut pamrih. Tapi sebagai
manusia biasa, rasa kecewa itu pasti ‘sedikit’ ada. Penulis juga kan, manusia. Punya rasa punya hati. Jangan sama kan,
dengan jarum dalam peti hahaha...
Pengalaman teman saya juga begitu.
Ada yang inbox nangis minta diajarin menulis. Setelah bisa, tak pernah menyapa.
Ada yanga awalnya tidak bisa menulis buku, kemudian dibantu, setelah bukunya
terbit jadi lupa. Makanya saya pernah membaca status teman, yang mengatakan
teman baiknya selama ini, menusuk dari belakang. Manis di depan, tapi di
belakang dicerita.
Saya pun
pernah berselisih dengan beberapa teman di Facebook. Dan itu wajar dalam
pertemanan, termasuk dunia maya. Persamaan ada, perselisihan ada. Tapi tidak
perlu saya posting di beranda saya. Tidak perlu satu jagad Facebook tahu. Walau
sudah tak berteman, saya tetap mengenang kebaikannya, dan tidak perlu saling
menjelekkan. Jadi biar hanya saya, dia, dan Facebook yang tahu hahaha...
Namun
tidak perlu khawatir. Saat mengalami sesuatu hal yang tidak mengenakan seputar pertemanan di
Facebook, tak perlu larut dalam kesedihan. Pertemanan kan, tidak bisa dipaksakan. Bila sudah tak
nyaman berteman, saya akan lepaskan dia, dan siap menerima teman baru.
Teman facebook datang dan
pergi. Tapi teman facebook yang sehati
akan selalu di abadi. Selamat hari pertemanan, teman-teman. Terima kasih sudah
menjadi teman yang menyenangkan untuk saya.
Bambang Irwanto
0 Response to "Warna-warni Pertemanan di Facebook"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.