Jalan-jalan memang
menyenangkan. Karena banyak hal yang bisa kita dapatkan. Termasuk menambah
semangat hidup hehehe. Kalau tidak percaya, simak saya cerita saya di sini.
Eh.. kok langsung promo, sih... hehehe.
Nah, bicara soal
jalan-jalan ke suatu kota, pasti tidak lepas dari soal mau menginap di mana,
ya. Kalau ada saudara atau teman yang kebetulan tinggal di kota itu, mungkin
tidak jadi masalah. Bajet juga bisa sedikit ditekan.
Pod House Makassar |
Kalau tidak, otomatis
kita harus mencari tempat menginap. Waktu saya masih muda belia cerah ceria
sih, saya bisa saja menginap di stasiun atau masjid. Tapi kalau sudah usia
17+++ (tambahnya banyak, ya), sepertinya harus menjaga kesehatan juga. termasuk
saya tidak memperbolehkan angin masuk ke tubuh saya hahaha.
Sebenarnya sih, saya tidak
perlu bingung, ya. Soalnya sekarang sudah banyak bertebaran tempat menginap.
Dari Hotel bintang 5 dengan segala fasilitas mewah, sampai penginapan kelas melati. Bahkan sekarang
mudah, karena banyak aplikasi untuk memesan tempat menginap itu.
Masalahnya nih, yang
berdompet tipis seperti saya, kalau menginap di hotel mewah tidak kuat. Bisa
tidak makan saya, hanya untuk bayar hotel saja. Kecuali ada yang bayarin hahaha.
Maka saya harus pintar-pintar mencari tempat menginap yang murah.
Wake Up Homestay Yogya (foto : Wake Up Homestay) |
Makanya setelah cek
sana sini, saya memutuskan di menginap di hostel saja. Nah, sekarang ini,
sedang banyak hostel berkonsep dormitory atau asrama. Saya pun menginap di Wake Up Homestay Yogya dan Pod House Makassar.
Nah, mau tahu apa saja
enak dan kurang enaknya (bukan tidak enak, ya) menginap di hostel berkonsep dormitory?
Simak selengkapnya di sini. Siapa tau, kalian mau menginap di hostel berkonsep
dormitory juga.
Enaknya...
Untuk hostel berkonsep
dormitory ini memang harga terjangkau. Saat saya browsing, ada harga sekitar 70
ribu dan di bawah 200 ribu. Di Wake Up Homestay waktu itu135 ribu, sedangkan di
Pod House 165 ribu.
Dengan
harga yang ditawarkan, saya merasa fasilitas yang ditawarkan sangat sesuai.
Tempat tidur memang tidak besar dan selalu bertingkat. Tapi kasur dan bantal
nyaman. Selimut pun bersih. Handuk juga disediakan. Saat menginap 4 malam Pod
House, setiap hari handuk saya diganti dan dapat air minum. Sedangkan saat di
Wake Up Homestay hanya sehari. Soalnya saya memang paling malas jemur-jemur
handuk hahaha.
Model tempat tidur di Pod House (Foto : Pod House) |
Tempat
penyimpanan barang juga ada. Hanya saya sarankan saat menginap di Wake Up Stay,
bawa gembok sendiri. Soalnya lemarinya tidak ada kuncinya. Ini agar kita merasa lebih nyaman saat meninggalkan barang kita. Sedangan di Pod House, kuncinya sudah lebih moderen
dengan menggunakan sistem magnetik. Ruang menyimpanannya juga banyak. Selain di
bawah tempat tidur, juga di samping tempat tidur.
Yang
menarik, semua dapat sarapan Saat di Yogya, sarapannya roti, teh dan kopi.
Kalau mau buat kopi dan teh sendiri boleh. Sedangkan di makassar, sarapannya
lebih bervariasi. Dari Nasi goreng, nasi kuning, dan nasi uduk.
Salah satu menu sarapan di Pod House (Dok. pribadi) |
Kamar
mandi juga sangat memadai. Bersih dan kinclong dan tentu saja berbeda antara
kamar mandi pria dan wanita hehehe. Kamar mandi memang konsepnya sama, yaitu,
beberapa kamar mandi, beberapa wc, dan beberapa wastafel. Tersedia air panas
dan dingin untuk mandi. WC semua sudah model duduk. Hanya memang kamar mandi
dan wc tidak disekat penuh, ya. Tapi dijamin kok, tidak ada yang intip. Sedang
untuk shampo dan sabun cair, saat di Yogya tidak disediakan, sedang di Pod
House disediakan. Tapi tidak masalah bagi mantan kaverboy yang sudah siap
peralatan mandi sendiri hehehe.
Model tempat tidur di Wake Up Homestay (Foto : Wake Up Homestay) |
Nah ini
yang pasti dicari. Sinyal wifi tersedia. Kencang lagi. Saat menginap di Yogya,
password wifi sudah tercantum di gantungan kunci kamar. Sedangkan waktu di Makassar,
tinggal tanya saja pada karyawannya. Jadi enak untuk browsing, keperluan kerja
dan sebagainya.
Lampu
beserta saklarnya, juga colokan listrik juga disediakan di tiap tempat tidur.
Bahkan di Makassar, ada meja untuk menaruh laptop. Makanya pas di sana, saya
pun masih sempat mengajar dan mengoreksi tugas kelas menulis kurcaci pos.
Jangan
takut kegerahan. Walau kamarnya tidak luas, dan banyak temapt tidur, AC di
dalam kamar tetap dingin, sedingin cintamu.. eh.. hahaha. Tapi memang kita
tidak bisa leluasa mengaturnya. Kalau kedinginan, tinggal pakai selimut hehehe.
Yang
saya suka, kedua hostel tempat saya menginap ini, lokasinya Banyak hostel lokasinya
sangat strategis. Nah, ini jadi keunggulan dan daya tarik tersendiri. Saat Wake
Up Homestay itu lokasinya strategis sekali. Dekat Malioboro, pasar Beringharjo,
alun-alun, stasiun tugu dan lainnya. Jadi bisa dijangkau dengan jalan kaki.
Wake Up Homestay dekat jalan Malioboro (dok. pribadi) |
Begitu
juga Pod House Makassar. Hostelnya Itu persis depan pantai losari. Jadi saya
tinggal nyebrang saja, atau duduk santai depan hostel. Kemudian dekat dengan
Benteng , jalan somba opu dan lainnya. Saya pun bisa menjangkau banyak tempat
menarik hanya dengan berjalan kaki. Bahkan dari lantai atas, saya bisa memandang pantai Losari.
Pod House dekat Pantai Losari (dok. pribadi) |
Karena
letaknya yang strategis, maka fasilitas pendukung juga serba dekat. Dari
minimarket, tempat makan, ATM, sarana angkutan, sampai laundry kiloan. Sangat
membantu saya selama di Yogya atau Makassar. Lebih menghemat waktu dan tenaga.
Satu lagi yang saya suka. Lobi Wake Up Homestay sangat asyik dengan dekorasi menarik. Banyak tempat duduk nyaman, ada seperangkat komputer untuk browsing. Enak banget kalau lagi sarapan, atau ngobrol dengan teman yang kebetulan janjian ketemuan di sana. Sedangkan di Pod House, lantai bawah itu kafe. jadi mau ngopi-ngopi di bawah atau di depannya, mantap banget. dekorasi juga sangat menarik. Semua cocok untuk selfie-selfie manjah hehehe.
Kurang
Enaknya
Selalu sesuatu itu, pasti ada enak dan tidak
enaknya. Nah, begitu juga saat menginap di hostel berkonsep dormitory. Dan
kekurangan ini bukan dari hostelnya ya, tapi dari saya yang merasakan saja
hehehe.
Nah,
ini pertama yang agak-agak gimana gitu hahaha. Jadi ternyata kamar dormitori
itu ada berbagai macam. Ada yang khusus wanita, ada yang khusus pria, ada yang
campuran.
Makanya
pas di Yogya, saya degdegan dapat kamar campuran. Soalnya saya takut tergoda
wwkwkw.. gaya benar saya ini. Untunglah, pas saya menginap, tidak belum banyak
tamu. Bahkan saya tamu pertama yang menginap di kamar yang saya tempati itu. Baru
menjelang sore, terus malam, ada dua tamu pria lainnya.
Kerena
tempat tidurnya rata-rata bertingkat, mungkin bagi sebagian orang akan kurang
nyaman, kalau satu tempat tidur dengan orang lain. Terutama yang di bawah.
Misalnya, kalau orang yang di atas kita itu sopan, pasti permisi setiap turun
atau naik. Kalau tidak, bisa kesal juga hehehe. Untunglah pas saya menginap,
tempat tidur atas kosong semua. Jadi saya bisa tidur-tidur tampan manjah
hahaha.. apaan sih?
Namanya juga kamar bersama, jadi privasi memang kurang terjaga. Walau
ada tirai atau kamarnya di sekat-sekat, tetap saja. Misalnya saat ada yang
ngorok, itu jelas banget terdengar. Atau saat ada tamu yang menerima telepon.
Suara pelan saja terdengar, apalagi kencang. Aduh rahasia bisa tau semua
hehehe.
Kamar
mandi memang di luar kamar dan digunakan bersama. Cuma kebetulan saya perginya
bukan musim liburan, maka tidak antre saat mau ke toilet atau mandi. Saya sih,
membayangkan kalau pas musim liburan. Wih.. antre. Jadi tidak boleh lama-lama
mandi manjah hehehe.
Makanya
yang sering ke kamar mandi, mungkin agak terasa, ya. Terasa cepeknya hehehe.
Lagi enak-enaknya tidur, ke kamar mandi. Terus saat buka dan tutup pintu, itu
jelas terdengar dan bisa menganggu tamu lain.
Terakhir ruangan memang terbatas. Karena ruangnya sangat dibuat optimal,
maka fasilitas menang yang sangat diperlukan saja. Jadi jangan harap ada
televisi dalam kamar hehehe. Untuk yang sekedar rnumpang tidur, mungkin tidak
masalah. Saya saat menginap, tidak pernah nonton. Soalnya pergi pagi pulang
malam hahaha.
Terus jangan
berharap bisa salat di kamar. Solusinya harus cari musala atau masjid terdekat.
Tapi kedua hostel ini, dekat dengan masjid kok. Saya juga tidak 24 berada di
kamar. Jadi tidak masalah buat saya, karena saat saya berada di luar, saya bisa
salat di mana pun saya berada.
Dan saya
mengamati, memang tamu rata-rata hanya transit sebentar melepas lelah. Misalnya
ada yang batu cek ini magrib, tapi pukul 5 subuh sudah cek out. Mungkin dari
luar kota, dan dapat jadwal penerbangan pagi. Ada juga yang habis, kemalaman,
dan menginap.
Nah, terakhir, tidak ada lift. Jadi naik turun harus lewat tangga. Tapi bagi saya tidak masalah, sih. Bisa sambil olahraga juga hehehe.
O, iya. Berhubung keduanya letaknya dekat jalan raya, maka memang sedikit bising. Misalnya suara musik dari kafe di depan Wake Up Homestay. Atau kalau ada acara di depan pantai Losari, maka suaranya sangat terdengar sampai kamar Pod House. Tapi saya nikmati saja hehehe.
Nah,
itulah pengalaman saya menginap di Hostel jenis dormitory. Kapok, ya? Tidak
kok, saya justu pengin menginap lagi di dua hostel tadi, juga menjelajah
hostel-hostel di kota lain. Soalnya seru dan menyenangkan menurut saya. Kita
bisa belajar menghargai dan menghormati orang lain. Saya pun merasa cocok saja.
Apa mungkin karena dulu saya anak kontrakan, ya? Jadi sudah terbiasa berbagi
fasilitas hahaha.
Tapi
memang sih, hostel konsep dormitory ini lebih cocok bagi yang bepergian atau
backpeper. Atau pergi bareng-bareng. Kurang cocok untuk pasangan yang
menginginkan privasi lebih atau keluarga terutama yang memiliki anak bayi dan
anak kecil. Intinya, sesuaikan semua dengan kebutuhan dan keperluan, biar
semuanya jadi menyenangkan.
Bambang Irwanto
0 Response to "Bila Ingin Menginap di Hostel Berkonsep Dormitory"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.