Ingin jadi penulis? Maka harus siap
bersaing. Yesss.. bersaing dengan penulis lain.
Wiiih... ngeri-ngeri sedap... halah
bahasanya hahaha...
Dalam kehidupan ini, bila dua orang sudah melakukan dua kegiatan yang sama dengan tujuan yang sama, maka sebenarnya mereka sudah bersaing. Begitu juga dengan menulis. Sangat saya menulis, dan orang lain pun menulis, lalu naskah yang ditulis dikirim ke media yang sama, maka kami sudah bersaing.
Jadi sejak awal bila ingin jadi penulis, maka jiwa bersaing harus segera ditanamkan. Biar jiwa dan semangat berjuang terus berkobar.
Kok gitu sih? Kan baru mau menulis.
Jadi saya sering mendengar keluhan dari
teman yang baru menulis. "Mas Baim, saya ingin menulis cerita dan mengirim
ke media itu. Tapi kok saya ragu, ya. Soalnya kan pasti banyak sekali yang
mengirim naskah ke sana. Terus saingannya para senior lagi. pasti naskah saya
tidak dianggap. Apalah saya ini, bagai butiran debu di padang tandus..."
sedaaaap perumpamaannya.
Nah, rasa seperti ini yang harus segera
dihilangkan. Dari zaman dulu, persaingan kirim di media memang seperti itu.
Makanya kalau tidak berani bersaing, say good bye..bye saja, deh. Silakan lampaikan
tangan ke kamera. Lalu pulanglah sebagai orang yang gagal berjuang.
Padahal ya, yang dinilai media itu bukan
orangnya atau penulisanya. Walau memang, kalau konsisten menulis itu, akan
memperlihatkan kualitas tulisannnya.
Media itu melihat naskah yang kita
tulis. Apa menarik dan cocok untuk media mereka.
Makanya saya suka kesal kayak telur setengah matang, bila ada teman yang komen macam-macam. Misalnya, wih kok itu-itu saja yang dimuat? Jangan-jangan ada orang dalam, nih. Atau ya kasih kesempatan yang lain, dong!
Nih, saya perjelas, ya. kesempatan tiap
penulis sama kaleees. Jadi kita harus memanfaatkan kesempatan itu
sebaik-baiknya. Yang sering dimuat, bisa saja dia rajin nulis dan kirim banyak
naskah. jadi kesempatannya besar. Lah.. situ, taunya jeleus mulu, jadi lupa
nulis hehehe.
Bahkan ada, teman yang berpikiran
seperti di atas. Kok cerita saya ga dimuat-muat, ya? ternyata dia salah kirim
email. Bahkan ada juga yang sejak awal sudah menyerah. Ah, saya kirim ke media
lain saja deh. Media itu berat, saingannya banyak. Saya tidak bisa. Padahal doi
belum mencoba.
Begitu juga saat ada lomba menulis, audisi penulisan, audisi workshop dan lainnya. Kalau lomba hadiahnya keren, audisinya dan workshopnya keren, dijamin, pasti pesertanya banyak. Naskah yang masuk ke meja juri dijamin segunung. Tapi ingat, kesempatan terus terbuka.
Jadi jangan belum apa-apa sudah bilang,
"Aduh, saya tidak ikut ah. Saingannya banyak. naskah mereka bagus-bagus.
Saya kan newbie yang masih chibie-chibie."
Nah, situ yang sejak awal memutuskan
begitu, kan. jadi nanti pas pengumuman muncul, jangan komen macam-macam.
"Wajarlah pemenangnya itu. Sudah senior.", "Nah, apa saya
bilang, pemenang pasti itu-itu juga. Untung saya tidak ikut."
Sekali lagi, ya. dalam menulis itu yang
pertama tulisannya dulu. menarik apa tidak, sesuai dengan persyaratan tidak,
dan sebagainya. Bukan penilaian utama dari penulisnya. Apalagi dinilai
wajahnya. Jadi tidak usah mempermasalahkan kalau dirimu tidak mirip seleb
Indonesia, artis Bollywood, bahkan artis Hollywood. Kecuali memang kalau sudah
tampan rupawan sejak lahir kayak saya wkwkwkw... gayane saya ini.
Lanjut soal buku. Saat mengirim naskah ke penerbit, kita pun harus bersaing dengan naskah lain. Jadi jangan ragu kirim naskah ke penerbit.
Saingannya kan banyak? Aaah.. segera
singkirkan pemikiran seperti itu. Buang jauh-jauh ke laut. Atau masukan ke peti
lalu kuncinya buang ke laut hahaha
Maka begitu juga saat buku sudah
diterbitkan. Coba saja amati saat ke toko buku. Itu buku berjejer-jejer di rak.
Buku-buku tidak hanya mejeng tampan dan manis coy.. Buku-buku itu sebenarnya
sedang bersaing juga memikat para pembeli.
Nah, sudah jelas kan, kalau dunia
menulis itu memang ada persaingan. Dan kita harus siap menghadapinya. Tapi
persaingan yang kita lakukan harus sehat. Jangan sikut sana-sini, dan
menjatuhkan (menjelek-jelekan) sesama penulis.
Misalnya, saya berteman dengan banyak
penulis cerita anak. Kami sangat akrab, karena memang sama-sama penulis cerita
anak. Kami sering chat membahas seputar penulis cerita anak. Juga saling
memberi info kabar dunia menulis. Tapi sebenanya, kami bersaing saat naskah
kami sama-sama di Bobo.Mereka bertanya, kalau saya tau, maka dengan senang hati
saya jawab. Mislanya kalau mereka tanya email majalah Bobo, dengan senang hati
saya jawab. Tidak ada perasaan ingin disaingi. Malah mempermudah jalan teman,
maka otomatis membuka jalan sendiri.
Jadi mulai sekarang, tingkatkan persaingan dalam diri kita. Siap bersaing menulis dan menghasilkan karya yang bagus, dan bermanfaat. Dengan adanya jiwa bersaing, dijamin membuat kita semakin semangat menulis.
Kemudian satu lagi. Tiap penulis itu
sudah ada rezekinya masing-masing. Jadi jangan takut, yang penting kita terus
semangat menulis.
Salam semangat menulis, teman-teman...
0 Response to "Persaingan di Dunia Menulis"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.