Sejak memutuskan jadi
penulis freelance 12 tahun yang lalu, maka otomatis aktivitas sehari-hari saya
lebih banyak menulis. Persentasenya 70-30. 70 persen menulis, 30 persen untuk
kegiatan lainnya, termasuk urusan ini itu. Bahkan di saat waktu liburan pun, saya
harus menulis. Logikanya, semakin banyak menulis, maka semakin banyak tulisan
yang saya hasilkan. Maka semakin banyak pula hasil menulis yang saya dapatkan.
Namun tidak bisa
dipungkiri, penghasilan dari menulis memang tidak menentu. Ada kalanya banyak
job menulis, tulisan di muat di media, royalti buku banyak, atau lainnya. Namun
terkadang, penghasilan tidak banyak. Walau sampai saat ini, Alhamdulillah
rezeki menulis selalu ada, dan patut saya syukuri. Makanya saya pun harus giat
mencari peluag menulis, juga pintar mengatur keuangan keluarga. Jadi istilahnya,
biar dapur terus ngepul.
Kegiatan menulis itu sangat
berkaitan dengan kesehatan. Bagi saya kesehatan memang nomor satu. Percuma sejuta
ide brilyan, tapi kalau sedang sakit, maka semuanya jadi percuma.
Makanya saya mulai
berpikir untuk mengikuti asuransi jiwa. Setiap pekerjaan pasti ada resikonya,
dan saya harus bersiap menhadapi sesuatu terjadi yang tidak saya inginkan. Apalagi
sebagai kepala rumah tangga, saya pun harus memikirkan anggota keluarga saya.
Setelah mencari info
tentang asuransi jiwa, saya menemukan asuransi jiwa yang cocok untuk saya,
yaitu asuransi jiwa berjangka atau Term Life Insurance. Sesuai dengan namanya, tentu saja jenis asuransi jiwa ini memiliki
masa berlaku dan masa expired . Makanya
saya bebas memilih jangka waktunya. Misalnya 5, 10 atau 15 tahun. Sesuai
kesepakatan dengan perusahaan asuransi jiwa.
Selain bebas memilih jangka waktu, saya juga bebas menentukan
premi yang akan saya bayarkan setiap bulan. Dan setelah mencari info, memang
asuransi jiwa berjangka ini, harga preminya terjangkau dan bisa disesuaikan
dengan penghasilan kita.
Seperti yang saya
katakan tadi, penghasilan menulis saya kadang tidak menentu. Jadi saya harus
mencari asuransi jiwa yang preminya bisa saya jangkau. Kenapa lebih murah dari
asuransi jiwa lainnya? Karena adanya masa kontrak. Jadi asuransi jiwa tidak
berlaku lagi setelah jatuh tempo. Walaupun biaya premi yang dibayarkan
tergolong rendah, ternyata uang pertanggungan yang diperoleh cukup besar,
bahkan mencapai milyaran rupiah
Biar lebih jelas, berikut saya berikan gambarannya.
Misalnya Pak Ahmad membeli asuransi jiwa dengan masa kontrak
15 tahun. Di tahun ke 10, Pak Ahmad mengalami “Kejadian yang tidak diinginkan”.
Maka perusahaan asuransi akan membayar uang asuransi kepada Pak Ahmad.
Tapi bila dalam janga waktu 15 tahun Pak Ahmad tidak
mengalami “kejadian yang tidak diinginkan” atau tetap sehat dan bisa mencari
nafkah, maka uang asuransi itu akan hangus.
Wah, berarti saya rugi ikut asuransi jiwa berjangka ini?
Kalau saya selalu menyadari, segala sesuat itu ada kelebihan
dan kekurangan. Termasuk jenis asuransi jiwa berjangka ini. Istilahnya, saya
membeli sesuatu, yang mungkin tidak berguna bagi saya.
Tapi saya ‘sedia payung sebelum hujan’. Bagi saya, tidak ada
salahnya menyiapkan sesuatu. Saya pun selalu berharap, Insya Allah tidak
terjadi “Sesuatu yang tidak saya inginkan”.
Saya pun berharap selalu sehat walafiat. Kalau misalnya nanti asuransi
jiwa berjangka yang saya beli hangus, saya masih bersyukur, karena saya masih
terus sehat. Dan saya percaya, akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak lagi,
Aamiin...
Demikian gambaran asuransi jiwa yang jadi pilihan saya. Semoga
tulisan ini memberi sedikit penjelasan. Silakan teman-teman menyesuaikan
asuransi jiwa yang pas untuk teman-teman.
Bambang Irwanto
0 Response to "Penulis Pun Perlu Asuransi Jiwa"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.