Suka menulis?
Tapi semangat menulis turun naik? Atau niat menulis ada, tapi kok malas
nulisnya? Lho.. bagaimana itu hehehe
Harus tetap
semangat, dong. Soalnya progress di dunia menulis itu sangat cepat. Terlena sedikit
saja, maka bisa tersalip dengan penulis lain. Dan ketika sadar, kita tellah
tertinggal jauh. Akhirnya jadi malas menulis.
Padahal menulis
zaman sekarang lebih enak, dibandingkan zaman dulu, lho. Tidak percaya? Simak
deh, seuprit pengalaman saya menulis dulu. Semoga setelah membacanya, kamu jadi
semakin semangat menulis.
Buku
Notes dan Buku Tulis
Dulu itu,
saya ke mana-mana selalu bawa notes alias buku kecil. Tujuannya, kalau di jalan
saya dapat ide, langsung saya
catat. Soalnya kan, memori otak saya terbatas. Bisa saja saya
lupa. Sayang kalau ide bagus menguap begitu saja.
Nah, saat
sedang menunggu atau mengantre, maka saya
gunakan untuk membuat draf-draf cerita.
Bisa juga saya amati keadaan atau orang di sekeliling saya. Saya latihan
menulis narasi atau menulis deskripsi.
Nah, dari notes, baru saya tulis lagi di
buku tulis. Setelah itu saya baca lagi, saya edit lagi, baru saya ketik di
mesin tik. Jadi prosesnya lebih lama.
Kalau
sekarang kan, beda. Saya tinggal kantongin smartphone.
Selain buat alat komunikasi, bersosial media, juga bisa untuk menulis. Jadi
manfaatkan smartphone kamu untuk
menunjang aktivitas menulismu.
Mesin Tik
Awal
menulis, saya masih merasakan menggunakan mesin tik. Saya mengenal mesin tik,
sejak kelas 4 SD, dan beruntung Bapak saya punya mesin tik. Walau kalau
ketahuan ketak-ketik, saya kena omel juga hahaha.
Pakai mesin tik itu sangat jauh beda dibandingkan
kompuetr atau laptop. Termasuk suaranya yang berisik saat digunakan. Makanya
saya dulu tidak pernah menulis malam, apalagi dini hari. Selain masih sekolah,
bisa dijewer satu rumah karena mengganggu orang tidur hahaha.
Makanya sekarang
enak nulis. Kemana-mana bisa nenteng laptop. Kalau dulu, kebayang kan, betapa
ribetnya kalau bawa-bawa mesin tik. Kopornya saja segede gaban hahaha.
Pita Mesin Tik.
Ini
dia yang harus saya
siasati. Kalau saya mau nulis lancar jaya aman damai sentosa
selamanya, maka saya haru rajin nabung buat beli pita mesin tik. Logikanya,
banyak nulis, banyak pita yang habis hahaha.
Pita
mesin tik itu dulu ada
dua kemasan. Dalam kaleng dengan jumlah yang lebih banyak, dan dalam tempat plastik. Karena kantong anak sekolah tipis, maka saya selalu beli
yang kemasan tempat plastik saja. Itu juga kadang pinjam uang tabungan kakak
perempuan saya hahaha.
Pernah suatu saat, saya kehabisan pita
mesin tik. Mana uang saku sudah kepakai buat beli diktat. Kakak saya mengajari
pakai minyak rambut urang-aring Eh, saya kok langsung coba. Hitam sih, tapi..
kertas cemang-cemong dan hitam.
Alih-alih maunpita hitam, malah minyak rambut habis.
Penghapus
Dulu itu tip-ex
atau Stipo jadi barang wajib menulis. Soalnya salah ketik atau typo, pasti
selalu ada. Makanya dulu menulis itu harus focus 1000 %.
Meleng sedikit saja, bisa gawat.
Kalau typo satu
dua huruf sih, bisa pakai tip-ex. Tapi kalau sudah panjang,
kertas jadi tidak bersih, dan lebih bagus ganti kertas saja. Apa boleh buat, harus nulis ulang dari awal. Pakai
tip ex itu juga ribet. Kalau kering
ditambah pengencernya. Kalau habis, biasnaya diganti bensin. Kata orang jawa.. Duh
mambu’ne. Untunglah dulu belum ada istilah... Galau Melaw.. kayak Stabilow hahaha
Beruntung
sudah ada yang ciptain tip ex kertas. Jadi kalau typo masih bisa diedit dan
hasilnya lebih rapi daripada
tip ex cair.
Makanya
sangat jarang penulis yang
bisa langsung menuangkan idenya dengan
langsung ditik. Saya sendiri, harus mengkonsep
dulu cerita saya di buku tulis.
Saya koreksi lagi , baru ditik. Itu
pun hasilnya tidak oke hahaha.
Coba
bandingkan dengan zaman sekarang. Salah
ketik, bisa langsung tekan tombol delate.
Mau diedit, tinggal cari saja bagian mana yang perlu diedit. Coba kalau dulu,
dijamin harus ngetik ulang.
Kertas
Untuk
urusan kertas, saya pun harus rajin menabung juga. Seringnya sih, saya nyicil
saja beli kertas dii toko fotokopiny. Misalnya 2 ribu perak dapat berapa lembar. Yang penting cukup untuk mengetik satu naskah.
Makanya
zaman sekarang enak. Untuk naskah kirim
email, tidak perlu pakai kertas. Kecuali memang syaratnya harus kirim naskah
print. Jadi lebih menghemat.
Amplop dan Prangko
Selesai
naskah diketik, selanjutnya harus dikirim. Jangan simpan naskahmu di bawah
kasur. Siapa yang mau baca? Hehehe
Mengirim
naskahtentu saja harus membeli amplop dan prangko lagi. Otomatis keluar uang ,
Belum ada pengeluaran tambahan. Misalnya biaya transportasi ke kantor pos.Kalau
pun yang tinggal di jabodetabek dan bisa mengantar langsung naskahnya, tetap
butuh uang transpor juga.
Makanya zaman
sekarang enak. Kirim naskah, tinggal duduk manis depan laptop. Tinggal tekan
tombol send, naskah terkirim. Ada sih, biaya kuota internet, tapi tidak
sebanyak kirim naskah via pos.
Nah,
sudah paham kan, betapa enaknya menulis zaman
sekarang, dibandingkan dulu. Makanya,
dengan segala kemudahan sekarang, harus terus semangat menulis. Salam semangat
menulis.
Bambang Irwanto
0 Response to "Enaknya Menulis Sekarang Dibandingkan Dulu"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.