Setelah
film My Generation, kini pro dan kontra film Indonesia kembali terjadi. Dan
kali ini pada film Naura & Genk Juara yang sejatinya film musikal anak.
Seperti
biasa, saya tidak mau berkomentar dulu, mau pro atau kontra. Kenapa? Karena
saya belum menonton filmnya. Kurang bijak menilai sesuatu, bila hanya membaca
dari postingan orang lain, ikut opini orang lain dan sebagainya.
Maka
kebetulan hari kamis kemarin 23 November, saya berada di Jakarta. Dan kebetulan
saya ada urusan di dekat daerah blok M. Maka setelah urusan selesai, saya
meluncur ke Blok M Square.
Lalu
bagaimana dengan film Naura & Genk Juara ini, ya?
Saya
nonton pertunjukan pukul 12.45 wib. Saat beli tiket, Mbak yan melayani tiket menegaskan,
"Ini film anak-anak ya, Pak!"
Mungkin
Mbak itu heran, karena Bapak-bapak nonton film anak-anak sendiri. Ehm.. belum
kenal sih, siapa saya, Penulis cerita anak yang tampan rupawan, lucu, imut
dan mengemaskan.
Film
Naura & Genk Juara dibuka dengan adegan Naura, Bimo, dan Oki mengikuti
kompetisi sains di sekolah mereka, SD Angkasa. Lalu kemudian mereka menang, dan
Naura ditunjuk jadi ketua grup mewakili SD Angkasa ke perkemahan.
Selanjutnya
alur bergerak maju, sampai akhirnya Naura dan teman-teman sampai ke perkemahan,
lalu mereka tak sengaja mengetahui ada penculikan
satwa, Oki diculik, terus sampai akhirnya Naura mengajak teman-teman lain ikut
menangkap penculikan satwa.
Untuk
alur maju, saya sangat setuju. Alur maju memang sangat cocok diterapkan di
cerita anak. Penggunaan alur maju mundur, membuat alur cerita berpindah waktu.
Dengan alur maju, anak-anak bisa dengan mudah menangkap maksud cerita. Dan
karena film ini disponsori minuman anak, maka disela-sela cerita disisipkan
adegan yang memperlihatkan produk minuma (juga makanan) tersebut. Walau ada
yang ‘sedikit’ dipas-paskan.
Sepanjang
menonton film Naura & Genk Juara,
saya menempatkan diri saya sebagai tokoh anak dalam cerita, sekaligus
menempatkan diri sebagai penulis cerita anak yang tampan rupawan lucu imut
dan menggemaskan sepanjang masa hahaha.
Dari
segi kamera cerita, film ini sudah pas, karena terus menyorot tokoh anak, walau
sesekali ke tokoh dewasa. Tapi masih pas kerena saya pernah nonton film anak,
tapi kamera ceritanya justru tokoh dewasa. Jadi banyak adegan pertengkaran
orang dewasa juga. Tokoh anak hanya sebagai pemanis saja.
Kontra Naura & Genk
Juara
Lalu
bagaimana dengan pro kontra film Naura & Genk Juara ini?
Seperti
biasa, saya selalu menulis sesuatu dari sudut pandang saya sendiri. Dan
mengenai soal tokoh penjahat itu, saya melihat tidak ada maksud mendeskreditkan
Islam.
Salah
satu tokoh penjahatnya memang berjanggut lebat dan memakai topi kupluk khas
yang biasa dipakai saat hiking atau naik gunung. Memakai celana pendek, bukan
celana cingkrang yang heboh dibicarakan selama ini. Jadi agak heran juga,
tokohnya sepanjang film kelihatan kedua lututnya, masih dibilang pakai celana
cingkrang.
Foto Kompasiana |
Lalu
tokohnya sering mengucapkan istigfar, menurut saya (ini menurut saya, ya),
karena mungkin bawaan. Jadi memang karakternya begitu. Sama bila seseorang
sejak kecil sering mengucapkan kata khusus, jadi terus terbawa, walau saat dia
melakukan perbuatan tidak baik. Dan ini dia ucapkan begitu saja, karena sudah
bawaan. Bukan karena sengaja.
Tapi
saya setuju, kalau ucapan Istigfar diganti dengan ucapan lain yang khas dan
umum saja. Misalnya walahdalah, Waduh Biyung, dan sebagainya. Bahkan bisa
ucapan bahasa asing yang masih relevan. Namun sekali lagi, tidak ada maksud
mendeskreditkan Islam.
Begitu
juga saat tokohnya dalam situasi panik mengucapkan takbir. Menurut saya masih
wajar, kerena posisi panik. Begitu juga Saat salah membaca doa, juga masih
wajar, karena dalam situasi ketakutan, karena mengira melihat setan. Beda kalau
situasinya tokohnya becanda. Jadi sama sekali tidak ada unsur kesengajaan.
Lalu
bagimana soal celana pendek hitam yang dipakai Naura?
Menurut
saya, tidak salah Naura pakai celana pendek seperti itu. Di kota Jakarta,
penampilan anak-anak banyak seperti itu, termasuk mereka pergi ke Mal.
Hanya,
mungkin kurang pas saja dipakai saat berkemah ke hutan. Hawa hutan kan dingin,
belum gigitan nyamuk dan sebagainya. Bisa langsung sakit. Terus saat Naura
menari, gerakan tiduran dan berguling, bahkan duduk, celana Naura otomatis akan
naik. Jadi hanya kurang pas sikonnya saja.
Kelogisan cerita.
Saat
menulis cerita anak, saya selalu memperhatikan kelogisan cerita. Apalagi untuk
cerita realis, mutlak. Dan ini selalu saya terapkan pada teman-teman, termasuk
yang ikut kelas Kurcaci Pos. Makanya saat menonton film ini, kelogisan juga
saya perhatikan.
Di
film Naura & Genk juara ini, saya mencatat beberapa adegan yang kurang pas.
Ini menurut kacamata saya, ya.
Pertama, saat Kipli bertugas memberi makan satwa. Anak seusia Kipli, belum pas diberi tugas memberi makan satwa. Sejatinya, satwa itu ada sifat buasnya juga, yang sewaktu-waktu bisa muncul. Bagaimana kalau salah satu hewan itu mengigit Kipli? Atau lupa dikunci kandangnya dan menyerang Kipli.
Pertama, saat Kipli bertugas memberi makan satwa. Anak seusia Kipli, belum pas diberi tugas memberi makan satwa. Sejatinya, satwa itu ada sifat buasnya juga, yang sewaktu-waktu bisa muncul. Bagaimana kalau salah satu hewan itu mengigit Kipli? Atau lupa dikunci kandangnya dan menyerang Kipli.
Mungkin
bisa disiasati, Kipli yang yatim piatu, membantu pamannya yang bertugas
memberi makan Satwa. Nah, di suatu kesempatan, Paman Kipli meninggalkan sejenak
kipli. Jadilah situasi Kipli sedang sendiri.
Foto Kumparan |
Lainnya,
saat Kipli berada di kandang satwa bersama 3 penjahat. Logikanya, 3 penjahat
itu orang dewasa, dan kipli anak kecil. Mereka seharusnya tidak perlu takut
pada Kipli sampai harus bersembunyi. Akan pas bila situasinya dibalik. Tokoh
anak ketahuan berada di kandang satwa, maka mereka bersembunyi agar tidak
ketahuan penjaga.
Lalu
kompetisi sains yang diadakan di perkemahan. Kompetisi sains ini saya lihat
lebih pada hal-hal moderen, dan tidak melibatkan alam sekitar. Akan lebih pas,
kalau kompetisinya soal meneliti hewan dan tumbuhan atau alam sekitar
perkemahan. Jadi soal nanti cara Naura mengatasi penjahat, bisa disesuaikan
dengan alam sekitar. Dan salah satunya sudah pas, saat Kipli mengketapel sarang
lebah. Soalnya meletakan semangka, lalu semburan roket pesawat dan sebagainya,
kan malah mengotori alam.
Lainnya,
soal Naura, Kipli dan Bimo yang tidak ada adegan tidur dalam sehari. Jadi saat
mereka disekap, lalu mereka lolos, dan mengumpulkan teman-temannya. Nah, paling
pas, saat mereka disekap, mereka akhirnya tertidur saat kelelahan, dan
tiba-tiba suara bunyi kunci jatuh. Dan sudah pas, kalau itu bantuan dari monyet
milik Kipli.
Logika
lain, memang ini kan perkemahan. Jadi kenapa tidak didampingi oleh guru sekolah
masing-masing. Dan saya setuju, kenapa semua petugas hanya fokus mencari di
satu titik. Bisa disebar. Dan harusnya, Bu Laras juga percaya kalau Oki diculik
penjahat.
Adegan
kurang pas lainnya adalah adegan Pak
Marjono yang naksir Bu Laras (pak Marjono memanggil Bu Yayas). Menurut saya,
kurang pas Pak Marjono bergenit-genit manjah pada Bu Laras di depan Kipli. Juga saat adegan Pak Marjono yang marah,
sambil nunjuk-nunjuk wajah Bimo. Apalagi ada Bu Laras di situ.
Foto Jawa Pos |
Terakhir,
filmnya kurang sedikit kejutan. Ini karena, Pak Marjono terlalu cepat ketahuan
sebagai otak pelaku penculikan satwa. Coba seandainya, saat menyekap anak-anak,
Pak Marjono pakai topeng. Lalu dia yang pura-pura membebaskan Naura, Bimo dan
Kipli. Jadi Naura dan kawan-kawan tetap percaya Pak Marjono baik. Nah, di akhir
ending cerita, baru dibuka kedok Pak Marjono.
Demikian
review film Naura & Genk Juara. Jadi saya bisa memastikan, kalau di film
ini tidak ada maksud-maksud tertentu, apalagi dikaitkan dengan isu politik dan
sebagainya. Film Naura & Genk Juara, masih sangat aman ditonton anak-anak.
Tentu saja tetap didampingi orang tua. Sangat banyak nilai-nilai moral yang
terdapat dalam film ini. Dan saya paling suka nyanyian dan tariannya. Sangat
menghibur. Apalagi Pas suara 1,2 dan 3 dari Naura, Bimo dan Oki.
Terlepas
dari masih ada yang kurang pas (ini menurut saya, ya), masih bisa dimaklumi. Tidak
ada yang sempurna di dunia ini.
Saran
saya, ini bisa dijadikan pelajaran. Jadi jangan langsung menilai sesuai, bila
hanya tahu secuil info sesuatu. Khusus film, lebih baik nonton filmnya, lalu
beri opini dari sudut pandang sendiri. Karena segala segala sesuatu itu
sifatnya relatif, termasuk film.
Maju terus film Indonesia dan terus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Aamiin...
Bambang Irwanto
Maju terus film Indonesia dan terus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Aamiin...
Bambang Irwanto
0 Response to "Ternyata Film Naura & Genk Juara itu..."
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.