Ending cerita adalah bagian dari sebuah cerita. Saat
ending, maka konflik cerita harus selesai. Pembaca menemukan solusi dari
konflik cerita.
Setiap cerita
harus mempunyai ending. Kalau tidak ada, maka akan ceritanya lanjut terus
hehehe. Begitu juga dengan cerita anak. Lalu bagaimana ending cerita anak, ya? Apakah
sama dengan ending cerita remaja atau dewasa.
Berikut saya jelaskan secara singkat tentang ending
cerita anak. Saya susun berdasar pengalaman menulis saya yang masih seuprit.
Tapi semoga bermanfaat, ya.
Ending
Cerita Anak Harus Tuntas
Ending cerita anak itu harus tertutup atau tuntas.
Jadi jangan menulis ending cerita anak terbuka atau menggantung. Harus jelas
solusi konflik yang diberikan. Kok tidak boleh menggantung? karena daya nalar
anak-anak belum sampai. Mereka harus diberikan sesuatu yang jelas. Makanya
ending menggantung, lebih pas untuk cerita remaja dan dewasa.
Jadi berikan solusinya. Misalnya tokohnya anak susah
bangun tidur, maka endingnya anak itu akhirnya bisa bangun pagi. Kalau tokohnya
ingin membeli sesuatu, endingnya bagaimana cara anak mendapatkan apa yang ia
inginkan.
Ending
Cerita Anak Mudah Ditebak?
Karena ending cerita anak itu tertutup atau harus
tuntas, maka banyak yang bilang ending cerita anak mudah ditebak. Kalau tokohnya
ingin sesuatu, maka dia akan mendapatkan. Kalau tokohnya suka usil, maka endingnya
anak itu tidak usil lagi.
Memang ending anak seperti itu. Karena menurut saya,
memang harus diperjelas bagaimana solusinya. Yang tidak baik jadi baik. Yang
baik menjadi lebih baik lagi.
Tapi twist ending, tetap bisa diterapkan dalam
cerita anak. Tidak hanya pada cerita msiteri atau detektif. Cerpen, dongeng,
fabel pun bisa. Misalnya tokohnya ingin sesuatu. Maka ia menabung. Uangnya pun
terkumpul dna cukup untuk beli apa yang ia mau. Tapi pas mau beli, ternyata ada
temannya membutuhkan bantuan. Maka uang tabungannya digunakan untuk temannya
itu.
Jadi pembaca mengira tokohnya akan mendapatkan
barang yang diinginkan. Ternyata menjelang ending, kita plintir endingnya beda.
Dan ini menjadi kejutan bagi pembaca.
Hanya catatannya, jangan memaksakan twist ending.
Jadi kalau ceritanya tidak pas dibuat twist ending, gunakan ending yang sesuai
saja. Ending yang pas, akan membuat cerita semakin menarik.
Ending
cerita Anak Tidak Harus Happy Ending
Cerita anak tidak harus selamanya happy ending. Jadi
disesuaikan saja dengan ceritanya. Misalnya tokohnya sifatnya tidak baik, bisa
kok ending tidak menyenangkan. Jadi tokohnya jera dan mengubah sifat tidak
baiknya itu.
Saya pribadi, berusaha tidak menulis ending cerita
anak yang sedih menyayat hati. Jadi ending usahakan konflik cerita anak tidak
terlalu mendalam dan mengarah hal-hal menyedihkan. Karena masih sangat banyak
hal-hal yang bisa ditulis untuk cerita anak.
Tapi memang, anak-anak sangat suka ending yang happy
ending. Mereka suka kalau tokohnya bahagia, atau mendapatkan apa yang tokohnya
inginkan. Jadi sesuaikan saja ending yang pas dengan cerita yang kita tulis.
Jangan sampai memaksakan endingnya happy ending terus, padahal kurang sesuai.
Menentukan
Ending Cerita Anak
Saat menulis cerita, saya selalu menentukan ending
dulu, baru menyusun alur cerita. Ibaratnya, saya menentukan tujuan dulu, baru
menyusun bagaimana cara saya atau apa yang akan saya lakukan, agar sampai ke
tujuan itu.
Begitu juga dengan cerita anak. Saya menentukan
ending dulu. Biasaya saya tentukan 2-3 ending. Jadi nanti mana yang paling
bagus yang saya pilih. Dengan ending yang sudah ada, maka saya akan fokus
menyusun alur cerita.
Tapi ending cerita itu tidak harus mutlak. Saat
sudah menentukan ending, dan tidak boleh berubah. Boleh kok. Jadi saat sudah
menentukan ending, namun saat menulis menemukan ending yang lebih bagus dan
pas, silakan. Asalkan penggantian ending menjadikan cerita lebih bagus dan
menarik.
Nah, demikian seputar ending cerita anak. Semoga
bermanfaat. Salam semangat menulis...
Bambang Irwanto
0 Response to "Ending Cerita Anak"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.