Ucapan Salah Kaprah Seputar Plagiat - Plagiat itu haram hukumnya dalam dunia menulis. Jadi sudah jelas tidak boleh dilakukan. Tapi herannya, masih ada saja yang plagiat. Kalau 1-2 karya yang diplagiat dan itu masih anak-anak, mungkin bisa dimaklumi. Mereka mungkin belum tahu, jadi harus dijelaskan. Nah, kalau Plagiat dilakukan oleh orang dewasa dan mengaku sudah menulis beberapa tahun, hal ini perlu dipertanyakan.
Kali ini, saya coba membahas sisi lain soal plagiat. Tentu saja dari sudut pandang dan pendapat saya sendiri. Jadi kalau ada perbedaan, itu hal yang wajar.
Nah, Saya itu gemas kalau ada orang yang komentar menyepelekan soal plagiat. Seolah-olah, plagiat itu hal biasa, hal wajar, hal lumrah yang boleh dilakukan dalam menulis, dan bisa dimaklumi atau dimaafkan. Jadi ucapannya salah kaprah. Kalau tidak diluruskan, bisa salah pemahaman.
Berikut 3 ucapan salah kaprah seputar plagiat :
Ide itu kan milik Tuhan, jadi tidak boleh ada yang mengaku-ngaku miliknya
Saya setuju ide itu milik Tuhan. Saya pun percaya ide-ide dan proses menulis saya, itu ada campur tangan Tuhan juga. Saya malah mengibaratkan, ide itu seperti udara, setiap orang bisa merasakan dan mendapatkan ide itu. Dan sebenarnya, di dunia ini, tidak ada ide yang benar-benar orisinal. Pasti sudah terpengaruh dari ide-ide lainnya.
Tapi perlu diingat, ide itu juga perlu diolah dan dikembangkan. Biarpun kamu mendapatkan sejuta ide brilyan, kalau hanya disimpan dan tidak dikembangkan, sama saja. Dan perlu diingat, mengolah ide menjadi cerita itu tidak mudah dan butuh waktu. Jelas butuh tenaga dan pikiran juga. Jadi kalau tiba-tiba ide yang sudah diolah dengan segenap jiwa dan sudah berbentuk cerita, lalu ada yang main comot, apa tidak sama saja dengan mencuri milik orang lain.
Ini sama lho, dengan rezeki. Tuhan itu sudah memberi rezeki masing-masing pada umat-NYA. Tapi kita pun harus berusaha mencari rezeki itu. Kalau cuma duduk tampan rupawan atau manis manjah di rumah tanpa melakukan apa-apa, masa rezeki mau datang? Lalu dengan seenaknya, mau main comot rezeki yang sudah orang lain dapatkan dengan susah payah.
Kamu bersyukur karyamu diplagiat, itu tandanya bagus
Saya sangat tidak setuju dengan ucapan seperti ini. Karya bagus bukan untuk diplagiat, tapi bisa dijadikan inspirasi dan dipelajari untuk menghasilkan karya yang bagus juga. Dalam proses menulis saya, saya banyak-banyak membaca karya orang lain, lalu saya pelajari. Bagaimana mereka konfliknya, karakte tokohnya, alur, sampai ending.
Soalnya terinspirasi karya bagus itu sangat berbeda. Misalnya nih, saya membaca cerita Cinderella. Dalam dongeng itu, Cindrella digambarkan gadis yang tabah. Dan dengan ketabahannya itu, dia akhirnya mendapatkan kebahagiaan.
Nah, saya terinspirasi dengan tokoh cindrella yang tabah dan kuat menghadapi cobaan, sampai akhirnya menemukan kebahagian. Maka hanya hal itu yang saya ambil, lalu saya tulis cerita dengan tokoh dan konflik baru, ending dan alur berbeda.
Jadi stop mengatakan kepada penulis yang karyanya dipalgiat, kamu bersyukur, karena karyamu diplagiat, itu tandanya bagus dan menginspirasi. Apalagi ditambah embel-embel, nanti akan dapat pahala, karena sudah berbagi.
Bersyukur dan dapat pahala apanya? Adanya penulis yang karyanya diplagiat akan semakin terluka. Bisa juga lho, jadi menurunkan semangat menulisnya, karena merasa percuma menghasilkan karya bagus, kalau akhirnya jadi lahan diplagiat. Belum lagi kerugian material. Misalnya nih, penulis aslinya hanya posting di blog. Lalu si Plagiat kirim ke media dan dimuat. Si Plagiat dapat honor, penulis aslinya gigit jari.
Kalau tidak mau diplagiat, tulis saja di daun lontar lalu dikubur
Ucapan seperti ini juga bikin hati gemas. Orang menulis itu, agar tulisannya bisa dibaca oleh orang. Istilahnya penulis berbagi lewat tulisannya kepada orang lain. Jadi harus ditunjukan kepada orang lain.
Tidak usah bersusah payah nulis di daun lontar lalu dikubur dalam-dalam, deh. Tulis saja di kertas, lalu simpan di bawah baju di lemari atau di bawah kasur. Dijamin, selama tidak ada orang lain yang mengutak-atik, tulisanmu akan tersimpan rapat.
Tapi kalau caranya begitu, buat apa menulis? Karena kembali lagi, tujuan utama menulis adalah berbagi (beda menulis buku harian, ya). Dari orang membaca tulisan kita, maka bisa menginspirasi atau membawa manfaat bagi orang lain. Soalnya kebahagian menulis bukan hanya dari materi lho, berupa honor pemuatan, royalti buku dan sebagainya, tapi juga kebahagian lain. Misalnya itu tadi, saat tulisan kita bisa menginspirasi dan membawa manfaat orang lain, itu jauh lebih membahagiakan.
Jadi stop berkomentar yang salah kaprah seputar plagiat. Lebih bagus dan bermanfaat, bila menjelaskan hal-hal yang benar seputar plagiat. Menulislah dari hati nurani yang bersih. Percaya pada kemampuan menulis sendiri. Nikmati proses menulis. Biarkan semua berbuah manis pada waktunya. Salam semangat menulis...
Bambang Irwanto
Picture : Fucmel |
Kali ini, saya coba membahas sisi lain soal plagiat. Tentu saja dari sudut pandang dan pendapat saya sendiri. Jadi kalau ada perbedaan, itu hal yang wajar.
Nah, Saya itu gemas kalau ada orang yang komentar menyepelekan soal plagiat. Seolah-olah, plagiat itu hal biasa, hal wajar, hal lumrah yang boleh dilakukan dalam menulis, dan bisa dimaklumi atau dimaafkan. Jadi ucapannya salah kaprah. Kalau tidak diluruskan, bisa salah pemahaman.
Berikut 3 ucapan salah kaprah seputar plagiat :
Ide itu kan milik Tuhan, jadi tidak boleh ada yang mengaku-ngaku miliknya
Saya setuju ide itu milik Tuhan. Saya pun percaya ide-ide dan proses menulis saya, itu ada campur tangan Tuhan juga. Saya malah mengibaratkan, ide itu seperti udara, setiap orang bisa merasakan dan mendapatkan ide itu. Dan sebenarnya, di dunia ini, tidak ada ide yang benar-benar orisinal. Pasti sudah terpengaruh dari ide-ide lainnya.
picture : Sumber Negara Hukum |
Tapi perlu diingat, ide itu juga perlu diolah dan dikembangkan. Biarpun kamu mendapatkan sejuta ide brilyan, kalau hanya disimpan dan tidak dikembangkan, sama saja. Dan perlu diingat, mengolah ide menjadi cerita itu tidak mudah dan butuh waktu. Jelas butuh tenaga dan pikiran juga. Jadi kalau tiba-tiba ide yang sudah diolah dengan segenap jiwa dan sudah berbentuk cerita, lalu ada yang main comot, apa tidak sama saja dengan mencuri milik orang lain.
Ini sama lho, dengan rezeki. Tuhan itu sudah memberi rezeki masing-masing pada umat-NYA. Tapi kita pun harus berusaha mencari rezeki itu. Kalau cuma duduk tampan rupawan atau manis manjah di rumah tanpa melakukan apa-apa, masa rezeki mau datang? Lalu dengan seenaknya, mau main comot rezeki yang sudah orang lain dapatkan dengan susah payah.
Kamu bersyukur karyamu diplagiat, itu tandanya bagus
Saya sangat tidak setuju dengan ucapan seperti ini. Karya bagus bukan untuk diplagiat, tapi bisa dijadikan inspirasi dan dipelajari untuk menghasilkan karya yang bagus juga. Dalam proses menulis saya, saya banyak-banyak membaca karya orang lain, lalu saya pelajari. Bagaimana mereka konfliknya, karakte tokohnya, alur, sampai ending.
Soalnya terinspirasi karya bagus itu sangat berbeda. Misalnya nih, saya membaca cerita Cinderella. Dalam dongeng itu, Cindrella digambarkan gadis yang tabah. Dan dengan ketabahannya itu, dia akhirnya mendapatkan kebahagiaan.
Nah, saya terinspirasi dengan tokoh cindrella yang tabah dan kuat menghadapi cobaan, sampai akhirnya menemukan kebahagian. Maka hanya hal itu yang saya ambil, lalu saya tulis cerita dengan tokoh dan konflik baru, ending dan alur berbeda.
Picture : Pendidikan Teknologi di Zaman Globalisasi |
Jadi stop mengatakan kepada penulis yang karyanya dipalgiat, kamu bersyukur, karena karyamu diplagiat, itu tandanya bagus dan menginspirasi. Apalagi ditambah embel-embel, nanti akan dapat pahala, karena sudah berbagi.
Bersyukur dan dapat pahala apanya? Adanya penulis yang karyanya diplagiat akan semakin terluka. Bisa juga lho, jadi menurunkan semangat menulisnya, karena merasa percuma menghasilkan karya bagus, kalau akhirnya jadi lahan diplagiat. Belum lagi kerugian material. Misalnya nih, penulis aslinya hanya posting di blog. Lalu si Plagiat kirim ke media dan dimuat. Si Plagiat dapat honor, penulis aslinya gigit jari.
Kalau tidak mau diplagiat, tulis saja di daun lontar lalu dikubur
Ucapan seperti ini juga bikin hati gemas. Orang menulis itu, agar tulisannya bisa dibaca oleh orang. Istilahnya penulis berbagi lewat tulisannya kepada orang lain. Jadi harus ditunjukan kepada orang lain.
Tidak usah bersusah payah nulis di daun lontar lalu dikubur dalam-dalam, deh. Tulis saja di kertas, lalu simpan di bawah baju di lemari atau di bawah kasur. Dijamin, selama tidak ada orang lain yang mengutak-atik, tulisanmu akan tersimpan rapat.
Picture : Okezone |
Tapi kalau caranya begitu, buat apa menulis? Karena kembali lagi, tujuan utama menulis adalah berbagi (beda menulis buku harian, ya). Dari orang membaca tulisan kita, maka bisa menginspirasi atau membawa manfaat bagi orang lain. Soalnya kebahagian menulis bukan hanya dari materi lho, berupa honor pemuatan, royalti buku dan sebagainya, tapi juga kebahagian lain. Misalnya itu tadi, saat tulisan kita bisa menginspirasi dan membawa manfaat orang lain, itu jauh lebih membahagiakan.
Jadi stop berkomentar yang salah kaprah seputar plagiat. Lebih bagus dan bermanfaat, bila menjelaskan hal-hal yang benar seputar plagiat. Menulislah dari hati nurani yang bersih. Percaya pada kemampuan menulis sendiri. Nikmati proses menulis. Biarkan semua berbuah manis pada waktunya. Salam semangat menulis...
Bambang Irwanto
0 Response to "Ucapan Salah Kaprah Seputar Plagiat"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.