Menulis cerita anak itu memang menyenangkan.
Teman-teman bisa menulis beragam jenis cerita. Mulai dari cerpen realis, cerita
detektif, cerita misteri, cerita futuristik, cerita fantasi, dan dongeng.
Berbagai ide bisa teman-teman kembangkan dan berimajinasi seluas-luasnya.
Berbeda dengan tokoh cerpen dalam cerita anak yang
harus orang, tokoh untuk dongeng itu lebih bervariasi. Kita bisa menjadikan
tokoh dongeng kita itu kurcaci, peri, penyihir, pohon, bunga, sampai benda
mati.
Nah, untuk tokoh benda mati ini, benda apa saja bisa
kita pakai. Asalkan sesuai dengan kebutuhan cerita dan pas dengan jalan cerita.
Teman-teman bisa menjadikan tokoh dongengnya sepeda, balon, alat tulis, boneka,
perangkat makan, rumah, awan, matahari dan sebagainya.
Hanya terkadang, teman-teman masih ada yang kurang
pas dalam menentukan benda mati sebagai tokoh cerita dongengnya. Misalnya
Sepatu, sandal, sarung tangan, atau kaos kaki. Jadi kalau tokoh bendanya sudah
tidak pas, maka otomatis jalan ceritanya jadi tidak pas.
Nah, apa yang penyebabkan tidak pas? Dan bagaimana
cara menerapkan dalam dalam cerita. Yuk, simak ulasan berikut yang saya susun
dari pengalaman menulis saya yang masih seuprit hehehe.
Jadi pada dasarnya, benda apa saja bisa dijadikan
tokoh dalam cerita dongeng. Demikian juga dengan benda-benda yang sepasang.
Seperti sepatu, sandal, sarung tangan atau kaos kaki.
Dokpri |
Ternyata, masih banyak teman-teman yang menjadikan
sandal, sepatu, sarung tangan atau kaos
kaki itu hanya satu tokoh. Misalnya tokohnya sepatu bernama Chilo, atau sandal
bernama Chili. Padahal menurut saya (ini menurut saya ya) tidak pas.
Kenapa?
Karena sepatu, sandal, sarung tangan atau kaos kaki itu ada sepasang. Bendanya
ada dua, jadi tokohnya harus dua. Sebelah kanan dan sebelah kiri. Mereka kan,
tidak berdempet dan akan selalu bersama. Jadi kapan pemiliknya melempar sebelah
kanan ke kolong tempat tidur, dan menaruh sebelah kiri ke tempat lain, apa pas
kalau masih satu tokoh?
Jadi sebelah kanan dan sebelah kiri, harus diberi
nyawa dan diberi nama. Masing-masing mempunyai karaktek yang berbeda. Ibaratnya
saudara kembar, walau fisiknya identik, tapi wataknya berbeda. Mereka berdua
menjadi tokoh utama dan jadi benang merah atau menyambung tokoh-tokoh dalam
cerita atau alur yang satu dengan alur lainnya.
Karena dua tokoh, maka jangan lupa memberi nama.
Tidak perlu harus nama-nama yang mirip. Misalnya nama Chela dan Cheli. Sepa dan
sepi atau Rinka dan Rinki. Bisa kok beda-beda. Cleo dan Belli, Karenina dan
Saphira, atau Toma dan Comi. Bebaskan saja imajinasinya. Asalkan pas.
Dokpri |
Karena ada dua tokoh dan dua karakter, maka ini bisa
dijadikan konflik dalam cerita. Misalnya sepasang sepatu bot. Yang sebelah
kanan penyabar, si kiri suka menggerutu.
Si kiri paling tidak suka bila
pemiliknya memakainya hujan-hujanan atau kena air.
Misalnya kalau hanya ingin menampilkan satu saja,
bisa disesuaikan dalam cerita. Misalnya, sebuah kaos kaki sebelah kanan sedih,
karena pasangannya hilang entah ke mana. Akhirnya, dia tidak pernah dipakai
lagi. Nah, selanjutnya, ada kaos kaki lain sebelah kiri yang juga tidak ada
pasangannya. Suatu hari pemiliknya membutuhkan sepasang kaos kaki beda warna.
Akhir kedua kaos kaki itu digunakan dan mereka
pun gembira.
Jadi intinya, kalau dalam cerita itu ada sepasang,
sebelah kanan dan kiri, maka tokohnya dua. Sedangkan kalau teman-teman hanya
memakai sebelah kanak atau sebelah kiri saja dalam cerita, maka tokohnya boleh
satu.
Demikian penjelasan singkat soal Menulis tokoh benda
mati yang sepasang. Kalau pas menerapannya, maka ceritanya akan berkembang dan
semakin menarik. Salam semangat menulis, teman-teman...
Bambang
Irwanto
0 Response to "Cara Menulis Tokoh Benda Mati yang Sepasang Dalam Cerita Dongeng"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.