Penulis Harus Menjaga Mata - Dalam
menjalani profesi sebagai penulis, menurut saya, kita dituntut menjaga mata. Soalnya mata ini
memang salah satu senjata pamungkas penulis. Tanpa mata, penulis akan hampa.
Bagai sayur tanpa garam, bagai lalapan tanpa sambal, bagai dirimu tanpa diriku
halah... hahaha.
Ilustrasi Pak Iwan Darmawan |
Bicara soal mata, penulis itu punya tiga mata. Ini menurut saya, ya. Dan ke tiga mata itu harus terus diperhatikan, karena semuanya saling berkaitan. Kapan salah satunya lagi bermasalah, maka kegiatan menulis akan terhambat.
Nah, apa saja tiga mata penulis itu?
Mata
Melihat
Pertama adalah mata sebenarnya. Yess... penulis sangat
tergantung pada kedua mata pemberian Tuhan. Termasuk saat menulis.
Penulis itu memang aktivitas 90 persen menulis. Kayak saya,
duduk tampan rupawan depan laptop hahaha. Karena aktivitas utama menulis, maka
otomatis mata akan selalu berhubungan dengan layar yang ada radiasinya. Dan ini
bisa menganggu penglihatan kita.
Dan sebenarnya, soal radiasi ini bisa juga penulis dapatkan dari
perangkat lain. Misalnya ponsel dan tablet. Saya sendiri jujur mengakui, kalau
dalam hidup saya sekarang, tidak pernah sekali pun saya dalan sehari, saya
tidak pegang ponsel atau tablet. Soalnya kedua perangkat itu ikut mendukung
kegiatan menulis saya.
Makanya kedua mata pemberian Tuhan ini, harus dijaga baik-baik.
Dan sebagian besar teman penulis saya itu berkacamata. Tapi ada yang memang
karena tuntutan usia. Dan Alhamdulillah, sampai saat ini, saya belum
berkacamata hehehe.
Menjaga kesehatan harus rutin kita lakukan. Bukan saja harus
mengistirahatkan sejenak kedua mata kita dari kegiatan menulis, tapi juga perlu
tindakan tambahan. Dan itu mudah dilakukan kok.
Untuk menjaga kesehatan mata saya, saya rutin membuat jus
wortel. Caranya mudah saja. Beli wortel, cuci bersih, lalu blender Saring,
tinggal diminum. Wortel juga bisa dimasukan dalam bahan makanan. Misalnya sayur
sop, oseng, risol atau pastel.
Cara lainnya adalah mencelup-celupkan mata ke dalam air rendaman
daun sirih. Jadi daun siri itu banyak manfaatnya. Tidak hanya buat nginang
Nenek atau daerah khusus kewanitaan hehehe.
Saya tidak berpatokan menggunakan obat tetes mata. Kecuali kalau
saya bepergian, pasti selalu bawa obat tetas mata. Yang perlu dilakukan juga,
saat mengetik di laptop atau komputer, jangan trus menatap layar. Alihkan
sejenak pandangan. Ke keybord, ke samping, ke taman depan dan lainnya.
Mata Batin
Penulis juga
wajib memperhatikan mata batinnya. Maksudnya apa ayo?
Jadi
maksudnya, penulis harus peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Karena semakin
peka, maka ide-ide pun akan bermunculan. Tentu saja ini bagus untuk dijadikan
tulisan.
Ini
berbanding lurus dengan imajinasi juga. Kalau mata batin penulis mulai tebuka,
maka imajinasi terus berkembang, dan akhirnya semakin banyak tulisan yang
dihasilkan.
Tapi jangan
hanya mengandalkan dari ‘mata batin’ ini. Penulis wajib menambah amunisi.
Dengan membaca, menonton, mendengarkan musik dan sebagainya, maka ide-ide pun semakin
banyak berdatangan, dan kemampuan menulis semakin terasah.
Mata
Pencaharian
Nah, kalau ini mata pencaharian, alias pekerjaan. Seseorang yang
memutuskan full menulis, wajib menjaga mata pencahariannya. Kapan tidak
dijaga, dapur tidak ngebul hahaha.
Makanya
semangat dan konsisten menulis itu harus dijaga. Penulis juga harus rajin
mencari peluang dan menjemput bola. Memang rezeki menulis itu akan selalu ada
dan terbuka, karena setiap penulis sudah ada rezekinya masing-masing. Tapi
tetap harus usaha. Walau job langsung sesekali memang menyapa.
Seorang
penulis harus mau terus belajar dan mencoba. Jadi jangan merasa nyaman di satu
titik saja. Sudah bisa nulis cerita, coba nulis artikel, coba ngeblog, coba
nulis skenario dan sebagainya. Jadi peluang semakin banyak. Mata pencaharian
akan terus terjaga.
Mata
pencaharian penulis tidak selamanya dari hasil tulisan yang kita tulis. Banyak
celah yang bisa diterobos. Dari jualan buku juga mendatangkan rezeki. Buka
kelas menulis juga bisa. Bahkan di luar dunia menulis juga tidak salah. Kayak
saya, apa saja saya kerjakan. Jualan pulsa, jualan sambal goreng dan rendang,
bantu teman promosi masker wajah, ngebuzzer saya sikat. Namanya juga aji
mumpung hahaha.
Kaitannya
Mata Melihat dan Mata Pencaharian
Jelas
dong, ada kaitannya. Seperti yang saya tuliskan tadi, kalau salah satunya
bermasalah, maka akan menghambat yang lain. Bisa pusing tujuh keliling seperti
kuda makan beling hehehe.
Misalnya
bila mata melihat bermasalah, otomatis akan menganggu aktivitas menulis. Kalau
mata kabur, burem, berbayang, apa dijamin saat ngetik tidak typo semua. Yang
biasanya nulis kelar 1 halaman 15 menit, bisa setengah jam atau lebih.
Kalau mata
batin bermasalah, biar mata melihat sehat, tapi ide-ide tidak ada, lalu apa
yang mau ditulis? Akhirnya akan berpengaruh pada mata pencaharian.
Kalau
misalnya mata meihat sehat, dan mata batin mantap, tapi mata pencaharian
kosong, ya susah juga. Untuk membeli wortel biar mata sehat kan butuh duit.
Kalau makanan tercukupi dan badan sehat kan, mata batin bisa cepat menangkap
ide-ide.
Seperti kata
Erie Susan, hidup ini semua perlu duit. Bahkan dikubur pakai duit juga. Duit
memang bukan segalanya dalam hidup ini, tapi dalam hidup, kita perlu duit. Buang
air kecil saja bayar 2 ribu, kalau mandi 3 ribu hahaha...
Nah, sudah
jelaskan, bagaimana pentingnya mata bagi penulis. Maka harus dijaga baik-baik
mata melihat, mata batin dan mata pencaharian itu. Agar hidup ini lancar jaya,
aman, tentram, damai, sentosa selamanya hahaha.. Gaya benar saya ini. Salam
semangat menulis.
Bambang Irwanto
Bambang Irwanto
Keren banget Kak. Jadi kepingin ikut jejaknya. Amiinnn
ReplyDeleteAyo, semangat... Mbak Wiwik
DeleteKalau mata batinnya kurang diasah (et dah ini bukan asah pisau hehe), memang agak kurang peka ya Pak Bams. Soalnya perihal yang penting ini mata batin yang tajam melihat sekeliling. Walaupun tajamnya bukan jadi setajam silet (hayyaaahhh, malah jadi yang lain, hehe)
ReplyDelete