Banyak teman yang bertanya kepada saya, apakah harus
ada pesan moral pada cerita anak? Jawaban saya, ya! Dan berikut cara memasukkan pesan moral pada cerita anak.
Jadi sekali lagi ya, Pesan moral harus ada dalam cerita anak yang saya tulis. Karena pesan moral itulah yang sebenarnya ingin saya sampaikan kepada pembaca anak-anak melalui cerita yang saya tulis. Lalu biar ceritanya semakin ciamik, saya masukan info-info menarik juga sesuai ceritanya. Jadi setelah membaca cerita yang saya tulis, maka anak-anak akan mendapatkan sesuatu.
Misalnya pesan moralnya harus mendengarkan nasihat
orang lain. Jadi ceritanya tentang Bu Rosela yang akan pergi ke peternakan
lebah. Dia memakai banyak parfum. Semua temannya sudah mengingatkan. Tapi Bu
Rosela ngeyel. Akhirnya di peternakan lebah, Bu Rosela disengat lebah. Kenapa? Karena
lebah suka wangi-wangian, dan itulah info tambahannya. Cerita lengkapnya mampir di sini, ya...
Lanjut lagi soal pesan moral dalam cerita anak, ya!
Nah, Lewat cerita, kita bisa menasihati anak soal ini itu, tanpa harus memberi tahu langsung yang nantinya akan terkesan menggurui. Dan memang, anak-anak banyak yang tidak nyaman bila dinasihati langsung. Malah mereka kadang menolak menerima nasihat. Kalau dibalikin ke kita lagi, pasti kita ogah dinasihati ini itu secara langsung oleh orang lain, kan? Hehehe...
Nah, Lewat cerita, kita bisa menasihati anak soal ini itu, tanpa harus memberi tahu langsung yang nantinya akan terkesan menggurui. Dan memang, anak-anak banyak yang tidak nyaman bila dinasihati langsung. Malah mereka kadang menolak menerima nasihat. Kalau dibalikin ke kita lagi, pasti kita ogah dinasihati ini itu secara langsung oleh orang lain, kan? Hehehe...
Nah, bagaimana cara menyampaikan pesan moral pada
cerita anak?
Berikut saya bagikan tipsnya yang saya susun sesuai pengalaman menulis saya (yang masih seuprit). Semoga bermanfaat.
Berikut saya bagikan tipsnya yang saya susun sesuai pengalaman menulis saya (yang masih seuprit). Semoga bermanfaat.
Lewat Ucapan Tokoh Cerita
Pertama, pesan moral dalam cerita anak bisa
disampaikan langsung oleh tokoh dalam cerita. Baik tokoh utama ataupun tokoh pendamping.
Jadi disesuaikan saja sesuai kebutuhan ceritanya.
Misalnya, tokoh utmananya pemalas, maka tokoh
pendamping yang memberi tahu agar jangan malas. Begitupun sebaliknya, kalau
tokoh pemdamping yang malas, maka tokoh utama bisa memberi tahu langsung.
Hanya perlu diingat, pesan moral ini usahakan jangan
disampaikan oleh tokoh orang dewasa dalam cerita. Istilah meminjam mulut orang
dewasa. Misalnya orang tua, guru, kakek, Nenek, dan sebagainya. Karena kalau
diucapkan oleh tokoh dewasa kesannya biasanya mengurui. Tapi bukannya tidak
boleh, ya. Hanya dihindari saja.
Kalau saya, biasanya kehadiran tokoh orang dewasa
memang sangat diperlukan dalam cerita. Jadi mau tidak mau harus ada. Kalau pun
ada, hanya sebagai pendamping saja. Tokoh dewasa bisa memberi saran ini itu,
tapi tetap tokoh anaknya yang menyelesaikan masalahnya.
Nah, untuk mensiasati hal ini, biasanya saya
menggunakan tokoh anak dalam cerita untuk menyampaikan pesan moral secara
langsung. Selain tokoh utama anak dalam cerita, temannya boleh, sepupunya
boleh. Maksimal saya menggunakan tokoh kakaknya. Itupun usianya paling jauh
beda usia 2 tahun.
Lewat Kalimat Dalam Cerita
Kedua, pesan moral dalam cerita anak bisa
disampaikan lewat kalimat-kalimat dalam cerita. Itupun tidak semua bagian, dan
hanya satu paragraf saja. Jadi sebenarnya, hampir sama dengan ucapan langsung.
Hanya ini ditulis menjadi kalimat tak langsung. Tapi inti pesan moralnya tetap
sama.
Misalnya :
“Makanya, kamu jangan malas! Kamu rugi sendiri!”
Ruri Kurcaci pun menangis sedih. Kini tidak ada lagi persediaan makanan dalam lemari makanannya, padahal musim dingin sudah tiba. Malas memang bisa merugikan diri sendiri.
“Makanya, kamu jangan malas! Kamu rugi sendiri!”
Ruri Kurcaci pun menangis sedih. Kini tidak ada lagi persediaan makanan dalam lemari makanannya, padahal musim dingin sudah tiba. Malas memang bisa merugikan diri sendiri.
Yang perlu diingat, memasukan pesan dengan cara ini,
letaknya di hampir ujung cerita. Jadi bukan di opening. Begitu masuk cerita,
pembaca anak langsung dicecar dengan beragam nasihat ini dan itu. Baru mulai
membaca cerita, pembaca anak sudah pusing duluan hehehe.
Lewat Alur Cerita
Pesan Moral pada cerita anak, bisa disampaikan lewat
alur cerita atau tersirat. Penyampaian ini sangat halus, karena memang tidak
diucapkan langsung oleh tokoh dalam cerita atau ditulis langsung dalam narasi,
tapi melalui adegan-adegan yang dimainkan oleh tokohnya.
Misalnya cerita mengenai kurcaci yang malas. Musim
dingin hampir tiba, tapi dia masih saja malas bekerja mencari uang untuk
membeli makanan. Entar besok... entar besok saja... Dan ternyata musim dingin
datang lebih cepat. Akhirnya Kurcaci itu panik dan tidak mempunyai persediaan
makanan.
Jadi tidak perlu ada kurcaci lain yang menasihatinya
ini itu, agar tidak malas lagi. Atau tidak perlu nasihatnyaditulis lewat langsung lewat kalimat
dalam cerita, Tapi bisa dari kejadian-kejadian yang dialami oleh tokohnya.
Karena dia malas, maka akan merugikan dirinya sendiri. Tidak ada persediaan
makanan, dia kelaparan, dan sebagainya. Sampai akhirnya di ending cerita, dia
sadar, dan tidak malas lagi.
Nah, demikian tips singkat dan sederhana dari say, Cara Memasukkan Pesan Moral pada Cerita Anak.
Semoga bermanfaat dan memotivasi teman-teman untuk terus semangat menulis
cerita anak. Salam semangat menulis.
Bambang Irwanto
Bambang Irwanto
0 Response to "Cara Memasukan Pesan Moral Pada Cerita Anak"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.