3 Ucapan yang membuat Penulis Buku Sedih - Tujuan
utama seseorang menulis adalah berbagi cerita dan cerita. Jadi dalam kehidupan
ini, apa saja yang kita alami, kita rasakan, kita lihat, bisa dituangkan dalam
bentuk tulisan. Tujuannya agar cerita kita bisa dibaca oleh orang lain, bisa
bermanfaat dan memberi inspirasi.
Agar
tulisan yang kita tulis bisa dibaca oleh orang barang, maka memang perlu
dipublikasikan. Baik lewat media atau buku. Bahkan zaman now, orang pun membagi
tulisannya lewat media sosial.
Namun
banyak pula teman-teman yang menulis, karena ingin menghasilkan sebuah
buku. Makanya ada yang bilang, belum sah jadi penulis, kalau belum punya
buku. Dan ada benarnya juga sih, karena keinginan menulis buku, bisa
dijadikan semangat dalam menulis. Tapi tetap ada prosesnya. Menulis buku itu
prosesnya panjang. Butuh biaya, tenaga, dan air mata hehehe.
Makanya,
wajar seorang penulis akan merasa bahagia saat berhasil menerbitkan sebuah buku.
Biasanya dia akan posting di media sosialnya sebagai ungkapan kegembiraannya.
Banyak yang memberi selamat, tapi ada juga ucapan-ucapan yang bikin nyengir, meringis,
dan mengiris hati.. cailah bahasanya.
Nah, 3 ucapan ini berikut yang paling sering hadir, saat seorang
teman memposting buku barunya. Dan tentu saja, ini membuat penulis sedih. Apa
saja itu :
Wih..
pamer buku baru, nih! Awas jadi ria, lho.
Saat seorang penulis berhasil menerbitkan sebuah buku, menurut
saya sangat wajar dia gembira. Seperti yang saya tuliskan di atas. Menulis itu
prosesnya sangat panjang. Mulai dari nulis naskah, kirim ke penerbit, proses
edit, sampai akhirnya proses cetak dan terbit. Memerlukan banyak waktu,
tenaga, uang, dan juga obat tolak angin beserta koyo cabenya hahaha,
Jadi kalau dia posting buku barunya di media sosialnya, boleh
lah. Bukan pamer atau ria, juga bukan sombong. Justru kalau ada buku baru,
wajib dipamerkan, sebagai ajang promo juga. Bagaimana orang lain akan tahu,
kalau buku barunya terbit, kalau tidak diperkenalkan?
Hanya memang, ada teman yang langsung baper saat teman lain
berkata begitu. Akhirnya dia tidak berani posting-posting buku baru lagi. Takut
dibilang pamer, ria, sombong, dan sebagainya.
Padahal,
harus terus semangat, karena ini salah satu ujian di dunia menulis. Tidak usah
ambil pusing. Selalu berpikiran positif. Ibarat kasarnya, menulis sendiri,
berusaha sendiri sampai bukunya terbit, posting di beranda sendiri, kenapa
orang lain pusing?
Lagi
pula, kalau berhenti promo, lalu penjualan buku agak menurun, siapa yang sedih?
Penulis itu juga? Tidak akan, yang komentar kemarin datang bantu dan kasih
segepok uang hehehe.
Bagi buku
barunya, dong!
Ucapan seperti ini juga, bisa membuat penulis yang baru
menerbitkan buku sedih. Ini sama juga minta gratisan alias jatah preman hahaha. Padahal
baru juga promo buku, sudah "dipalak" buku gratisan. Kiriman
bukti buku terbit juga belum datang.
Salah satu
sumber penghasilan seorang penulis adalah dari hasil penjualan bukunya. Jadi
semakin banyak buku terjual, maka royalti pun akan besar. Jadi kalau semua
minta gratisan, apa yang akan didapat oleh si penulis? Apalagi pajak penulis
itu sangat tinggi. Misalnya penjualan buku sejuta, penulis dapat full
sejuta. Ada potongan ini itu.
Padahal,
penulis juga butuh uang untuk segala kebutuhan hidup, termasuk menunjang proses
menulis. Untuk inet, listrik, dan lainnya. Jadi membeli buku itu, adalah salah
satu penghargaan yang pembaca berikan pada penulis. Stop minta buku gratisan
hehehe.
Harganya
mahal, ya! Nunggu diskonan atau obralan saja, deh!
Masa buku baru rilis, kok nyari diskonan. Buku baru itu di
toko buku mana pun harganya full. Kalau memang mau diskonan, bisa langsung beli
ke penulisnya. Itu juga jangan minta diskonan banyak-banyak, dan kalau jaraknya
jauh, pakai ongkir. Duh... teganya
dirimu.. teganya... teganya...
Iya, seseorang yang berkata seperti itu memang tega. Kalau
memang harganya belum sesuai kantong, mending tidak usah berkomentar. Soalnya
harga sebuah buku itu, sudah disesuaikan dengan biaya produksi dan sebagainya.
Jadi harga buku itu memang sudah sesuai.
Padahal, penulis paling sedih kalau bukunya itu sudah diskon
atau diobral. Kalau hitunganya royalti, penulis akan dapat hasil yang lebih
sedikit sebelum didiskon. Apalagi kalau buku sudah obral, itu kadang penulis
sudah tidak dapat apa-apa.
Akhirnya penulis hanya bisa nyengir, meringis, dan
membuat hati teriris hehehe.
Nah, itulah 3 ucapan yang membuat penulis buku sedih.
Semoga setelah membaca tulisan ini, teman-teman jadi lebih bersemangat
membeli buku. Agar penulis-penulis buku, semakin semangat menulis buku. Salam
semangat menulis dan membeli buku.
Bambang
Irwanto
0 Response to "3 Ucapan yang membuat Penulis Buku Sedih"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.