Buku Bagi Seorang Penulis - Menulis
tanpa membaca itu, ibaratnya sayur tanpa garam. Rasanya akan hambar. Tulisan
yang kita tulis akan garing, segaring krupuk hehehe.
Makanya, saat memutuskan untuk jadi penulis, maka harus suka
membaca. Jadi agak aneh juga, kalau ada orang yang mau menulis, tapi tidak suka
membaca. Sama ibaratnya, orang mau belajar renang, tapi tidak suka kena
air.
Membaca itu bagi penulis saat erat hubungan dengan buku. Tentu saja buku-buku yang dibaca atau buku-buku yang ditulisnya. Makanya, banyak orang bilang, belum sah jadi penulis, kalau belum punya buku.
Membaca itu bagi penulis saat erat hubungan dengan buku. Tentu saja buku-buku yang dibaca atau buku-buku yang ditulisnya. Makanya, banyak orang bilang, belum sah jadi penulis, kalau belum punya buku.
Memang sih, anggapan seperti itu tidak salah. Hanya menulis buku
itu juga butuh proses yang panjang. Jangan karena mau buru-buru dianggap
sah jadi penulis, lalu buru-buru bikin buku. Tulisan belum pas, sudah
ingin diterbitkan dan dicetak. Bahkan ada yang nekat dengan plagiat. Oh.. no..
itu jangan sekali-sekali kamu lakukan. Karena akan menerjunkan dirimu ke jurang
yang paling dalam.
Lanjut soal buku. Bagi penulis, buku itu salah satu amunisi.
Saat menulis sesuai, penulis butuh banyak referensi dan salah satunya dari
buku. Bahkan dari buku yang kita baca, bisa dapat ide-ide cerita atau
tulisan lainnya. Dari buku juga, kita bisa pelajari banyak hal seputar menulis.
Misalnya saat membaca sebuah novel, kita bisa pelajari bagaimana karakter
tokohnya, alur ceritanya, sampai ending ceritanya.
Bagi saya, penulis itu harus rutin atau secara berkala membeli
buku baru. Membeli buku bukan hanya sekedar menambah koleksi buku, lho. Tapi
untuk menambah amunisi kita menulis. Selain yang saya tuliskan di atas tadi.
Tapi ada juga orang yang beranggapan membeli buku itu
pemborosan. No..no..no... Bagi penulis bukan pemborosan, tapi jadi modal menulis.
Saya sendiri, tidak mau rugi saat menulis buku. Selain dapat ilmu dari buku itu
sendiri, saya juga harus menghasilkan uang dari buku itu. Misalnya saya membeli
buku seharga 100 ribu, maka, saya harus bisa menghasilkan minimal 10 kali
lipat, yang artinya 1 juta. Dan biasanya bisa lebih.
Kok bisa? Bisa, dong! Jadi misalnya dari buku yang saya baca,
saya menemukan banyak ide-ide untuk cerita saya. Kalau minimal saya dapat ide
cerit, lalu saya kembangkan dan kirim ke media, kan membuka harapan.
Misalnya media itu memberi honor setiap naskah yang dimuat 250 ribu,
setengah saja yang lolos atau 5 naskah, hasilnya kan 1.250.000. Kalau
semuanya lolos, bisa 2,5 juta. kipas-kipas deh, kayak di pantai hehehe.
Ini belum, kalau ide itu bisa kembangkan jadi buku. Kirim ke
penerbit dan lolos, bisa dapat royalti. Kalau mau jual putus juga bisa. Intinya
kembali menghasilkan.
Kalau misalnya koleksi buku sudah banyak, dan rak di rumah sudah
tidak muat, bisa kok buku-bku itu kita jual kembali. Lapak buku online menurut
saya tidak akan pernah mati. Soalnya kan, buku dibutuhkan terus. Apalagi kalau
buku-buku sudah tidak dijual di toko buku, itu diburu banyak orang dan harganya
bisa mahal.
Jadi sudah jelas kan, buku itu tidak bisa lepas dari penulis.
Walau bukan penulis, buku tetap sangat penting. Karena buku kan, jendela dunia.
Dari buku, kita bisa tahu apa saja. Salam semangat menulis.
Bambang Irwanto
Bambang Irwanto
0 Response to "Buku Bagi Seorang Penulis"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.