Stasiun Gombong (Kolpri) |
Bulan Juni, setahun yang lalu, saya mengadakan perjalanan ke 4 kota. Jadi dari
Gombong Kebumen, saya menuju kota Yogyakarta, lalu ke Solo, lanjut ke Surabaya,
kemudian terbang ke Makassar kota kelahiran saya. Dari Makassar saya balik ke
Surabaya, lalu kembali ke Gombong Kebumen.
Perjalanan yang menghabiskan waktu seminggu itu, sangat berkesan
bagi saya. Setiap kota yang saya singgahi, saya menemukan banyak hal dan
pelajaran hidup. Saya bertemu banyak orang-orang yang menginspirasi saya.
Misalnya saat di kereta, saya berjumpa dengan seorang Ibu yang
berdagang pakaian. Jadi setiap bulan, Beliau bolak-balik ke pasar Tanah Abang
Jakarta untuk membeli pakaian, lalu dijual kembali. Dari hasil berjualan baju
itu, anak-anaknya bisa kuliah tinggi.
4 kota menawan hati (Kolpri) |
Lalu saat berada di stasiun Gubeng Surabaya, saya bertemu dengan
seorang Bapak yang datang dari Papua. Beliau sengaja ingin ke Yogya untuk
menengok anaknya yang kuliah di sana. Bapak itu bekerja keras di Papua, agar
anaknya bisa bersekolah tinggi.
Yesss... cerita-cerita mereka sangat mengguah hati saya, dan
membuat saya lebih bersyukur.
Di sepanjang perjalanan, saya berjumpa dan
menyaksikan orang-orang berjuang dalam hidupnya, termasuk dalam mencari nafkah.
Saya pun mencoba membandingkan dengan kehidupan saya ini. Dan
Alhamdulillah, saya masih lebih 'enak sedikit' dibandingkan mereka.
Bakso Garasi Solo (kolpri) |
Misalnya
seorang Kakek di dekat lampu merah stasiun Gubeng yang berjualan koran.
Panas-panasan, dan bila lampu merah bergegas menjajakan korannya. Namun hanya
beberapa yang membeli. Sedangkan saya, bisa bekerja di rumah, bisa mengetik
tampan rupawan (tidak pakai manjah). Bisa sekalian ngemil, dengar musik, dan
angkat satu kaki.
Dalam perjalanan itu juga, saya juga mendapat makna hidup ini.
Selama seminggu itu, tidak selamanya perjalanan yang saya lalui mulus.
Misalnya, saat saya salah baca perubahan waktu penerbangan ke Makassar. Saya
mendapat email, kalau jadwal berubah menjadi pukul 05.50.
Maka Mas Jarot pun memacu motornya menuju terminal Tirtonadi.
Ternyata travel tidak sanggup, kalau harus sampai di Surabaya subuh hari,
soalnya banyak truk katanya. Saya pun makin gugup, sudah kebayang tiket pesawat
saya hangus dan semua rencana saya batal.
Tapi ternyata... semua di luar perkiraan saya. Dan akhirnya.. saya pas tiba di bandara Juanda Surabaya harus??? Aah... baca saja cerita lengkapnya di sini hehehe >>> Panik Over Dosis
Kejadian berikutnya saat hendak masuk pesawat. Saat ada
pengumuman kalau penumpang naik ke pesawat, saya pun bergegas. Malah saya orang
pertama yang masuk ke pesawat. Namun pas sudah dapat posisi enak. Tapi, astaga... saya
melupakan sesuatu di ruang tunggu., yaitu tentangan buku untuk teman penulis di
Makassar.
Saya pun bergegas turun dan segera lari secepat kilat. Penumpamg
lain jelas heran dengan kelakuan saya. Dan untung tentangan itu masih, dan
untung lagi saya tidak ketinggalan masuk pesawat. Bisa dibayangkan, kalau saya
sampai ketinggalan pesawat, bisa nangis 7 hari 7 malam saya di bandara Juanda
hahaha.
Coto Makassar (kolpri) |
Bukan hanya itu. Kejadian lainnya saat akan pulang. Rencananya pulang pun berubah total. saya memang pulangnya ingin naik kapal laut, sekalian nostalgia. Saya pun sudah
jauh-jauh hari memesan tiket kelas 4.
Namun pas saya mencetak tiket saya di kantor Pelni Makassar,
saya kaget. Ternyata jadwalnya mundur sehari. Kalau sehari mundur, maka semua
rencana akan berubah. Harus ada uang ekstra lagi. Apalagi
saya sudah rencana mengajak krucil ke Jakarta menengok sepupunya yang baru
lahir. Dan itu sudah pesan tiket juga.Akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan tiket kapal
laut itu. Walau resikonya potong 50 persen. Saya pung memesan tiket
pesawat.
Saya juga semakin percaya, kalau segala sesuatu dalam hidup ini,
memang sudah diatur oleh Allah SWT. Misalnya, saya ingin berjumpa dengan Erfah,
salah satu sahabat saya. Sebelum ke rumah Erfah, saya ke bekas rumah saya dulu,
dan bertemu dengan para tetangga saya.
Menjelang siang, saya baru memutuskan ke rumah Erfah.
Alhamdulillah saya ini punya ingatan kuat hahaha... gaya benar. Jadi walau 14
tahun baru ke Makassar lagi, saya tetap ingat rumah Erfah. Begitu juga tahu
harus naik angkot apa.
Sampai di rumah Erfah, saya langsung bergegas masuk ke rumahnya.
Ternyata Bapak Erfah yang menyambut dan masih mengenali saya. kata Beliau,
"Wah, Bambang! Kebetulan sekali Erfah datang. Baru saja Erfah datang dari
Mamasa!"
Ayo, tebak! Siapa Pria tampan rupawan ini? Hahaha |
Ya, Allah! Saya langsung merinding. Mamasa itu jaraknya jauh
dari Makassar. Saya dan Erfah tidak ada rencana mau ketemuan. Bahkan selama 14
tahun, Kami loss kontak.
Ini sudah Rencana Allah SWT. Kenapa ndilala, Erfah ke Makassar karena ada urusan
juga. Bahkan Erfah dan keluarganya kebetulan mau keluar, dan salah satunya mau
memperbaiki jam. Saya pun diajak.
Dan ternyata lagi, tempat perbaiki jam itu di jalan Somba Opu,
dekat dengan penginapan saya di depan Pantai Losari. Saya pun ditraktir pisang
Epe, dan dapat minyak tawon. Tengkyu Mas Bro.
Minyak Tawon Makassar (kolpri) |
Begitulah
perjalanan saya. Selama seminggu perjalanan, saya tidak hanya mendapatkan
hal-hal manis, tapi juga hal-hal yang membuat saya meringis. Tapi ternyata
itulah sebuah perjalanan. Tidak selamanya jalan yang kita lalui mulus dan
lancar, namun pasti ada jalan terjal, berliku, bahkan mendaki.
Ya.. hidup ini adalah perjalanan yang harus kita lalui. Apa pun
itu, suka sedih, manis pahit, harus semangat dilalui. Dan biarkan segalanya
memaknai dan mewarnai kehidupan kita.
Bambang
Irwanto
0 Response to "Hidup Adalah Sebuah Perjalanan"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.