Agak lama juga sih, saya tidak menulis cerita remaja. Maklumlah,
akhir-akhir saya sibuk syuting dan pemotretan. Apalagi kan habis libur lebaran,
mau nyantai dulu hahaha... gaya benar saya ini.
Makanya saya kembali mencoba menulis cerita remaja. Singkat
saja dulu, soalnya saya juga masih banyak belajar. Jadi semoga cerita sederhana
saya ini bisa berkenan di hati teman-teman. Selamat membaca...
Kak Ray
Bambang Irwanto
Picture by Pixabay |
Kak Ray sudah pergi. 40 jam yang lalu, meninggalkan kamar
kostnya dan aku.
Saharusnya, aku tidak perlu sedih seperti ini. Sebenarnya
sudah biasa, penghuni kost datang dan pergi. Tapi entahlah, saat Kak Ray pergi,
aku menangis. Ada sesuatu yang hilang dari hatiku. Mungkin karena kak Ray
sangat baik dan perhatian padaku.
“Nis, aku akan pindah kost. Kamu jangan sedih ya!” kata Kak
Ray sehari sebelum ia pindah.
Tentu saja aku kaget. Selama ini, tidak ada tanda-tanda
kak Ray akan meninggalkan kamar 4 x 4 meter yang sudah dihuninya selama
setahun. Setahuku, Kak Ray nyaman tinggal dan belajar di kamar ini. Nilai-nilai
mata kuliah kak Ray juga tetap tinggi.
“Sudah, ya! Aku mau beres-beres dulu!”
Aku benar-benar shock. Aku hanya diam saja, sambil memandangi
beberapa kardus berisi barang-barang Kak Ray.
***
“Halo, Manis! Kamu masih sedih, ya?”
Aku menoleh lalu melengos. Uuh, mau
ngapain lagi si Ramon. Dia itu tinggal di sebelah kost-an ini.
“Aku tau, kamu lagi sedih mikirin
kak Ray, kan?”
Aku kaget. “Tau darimana kamu? Kamu
suka mengintaiku, ya!”
Ramon mengangguk. “Gara-gara kak
Ray, kamu sering cuekin aku.”
Aku melengos. Ya iya lah. Kak Ray
itu selain tampan, baik hati juga perhatian. Setiap pulang, aku pasti dibawakan
makanan. Aku tidak kelihatan sebentar saja, langsung dicariin. Kalau aku sakit,
Kak Ray langsung membawaku ke dokter.
Sedangkan Ramon, sukanya menjahiliku
terus. Apa yang aku lakukan, selalu dikomentari. Bagaiman aku bisa suka padanya.
Pasti dia bahagia, Kak Ray pergi.
“Aku tau, kenapa Kak Ray pindah
kost.”
“Eh apa?” tanyaku penasaran.
“Selain ingin dekat tempat kuliahnya,
juga dekat dengan tempat kost ceweknya yang namanya si Belinda. Jadi irit
ongkos. Kayak lagu dangdut, Pacarku Lima Langkah,” Ramon ngakak. “Kebetulan aku
mendengar pembicaraan mereka di pintu gerbang rumah kost.”
Aku kaget sekali. tiba-tiba aku
merasa cemburu. Jadi penyebabnya si Belinda? Cewek putih, tinggi semampai, dan
berambut sebahu itu?
“Sudah, kamu jangan memikirkan Kak
Ray lagi. Kan ada aku yang menemanimu,” Ramon tersenyum sok macho.
Dia memang agak belagu.
Mentang-mentang blasteran. Tapi hatiku belum bisa pindah ke lain hati. Aku
masih terjebak nostalgia dengan kak Ray.
***
Besoknya aku bangun kesiangan.
Mungkin semalam aku tidur larut karena terus memikirkan Kak Ray. Apalagi ingat
si Belinda itu, uuh pikiranku makin kacau.
Tapi akhirnya aku sadar. Aku tidak
boleh egois. Kak Ray berhak bahagia. Lagian, walau aku cinta mati pada Kak Ray,
kami tak mungkin bisa bersatu. Kini aku sudah ikhlas melepas kepergian Kak Ray.
Aku terkejut saat melihat pintu
kamar kost Kak Ray terbuka. Apa Kak Ray kembali? Pikirku gembira, sambil masuk
ke kamar Kak Ray.
Ah, ternyata bukan kak Ray. Aku
melihat seorang cowok berambut ikal sedang membuka kardus. Kayaknya usianya
lebih muda dari kak Ray. Kulitnya juga lebih putih. Wajahnya manis juga. Dia
pasti penghuni baru kamar kost ini.
“Hey... ada tamu!” sambut cowok
itu saat melihatku berdiri di ambang pintu.
Aku masih berdiri terpaku. Agak
segan kalau aku menghampirinya duluan. Biasanya kan, cowok yang duluan
menghampiri cewek.
Cowok itu berhenti mengeluarkan
barang dari kardus dan menghampiriku. Ia langsung mengendongku dan mengelusku
lembut.
“Kucing kampung yang cantik.”
“Meooooong...” aku mengeong manja.
Aku berharap, semoga cowok itu
sebaik kak Ray.
Bambang Irwanto
Duh duh, ternyataaa...aku adalah uciiing....hihi..seru Daerng cerpennya...
ReplyDelete