Sepotong Kenangan Manis dari Pisang Epe - Saya
lahir dan besar di Makassar (dulu Ujung Pandang), walau kedua orang tua saya
asli Jawa. Makanya kuliner Makassar sangat lekat dan pas dengan selera saya.
Salah satunya Pisang Epe.
Pisang Epe itu adalah pisang kepok yang dibakar di atas bara arang.
Jadi dibakarnya utuh satu biji, bukan dibelaj jadi dua. Kemudian dipipihkan
atau digepengkan menggunakan dua papan. Seperti dua buah papan talenan yang
biar tidak lepas ada karet yang mengikat keduanya. Orang Makassar menyebutnya
dipepe. Maka disebutlah Pisang Epe.
Dulu, Pisang Epe itu disantap dengan cairan gula merah yang agak
kental. Ada juga yang mencampur cairan gula merah itu dengan durian, jadi rasa
dan aromanya semakin mantap. Tapi yang tidak suka aroma durian, bisa pakai
cairan gula merah saja.
Dulu itu, kalau ingin menyantap Pisang Epe, tidak afdol kalau
bukan di pantai Losari, pantai kebanggaan dan jadi maskot kota Makassar.
Sepanjang jalan pantai Losari itu, memang berjejer gerobak penjual makanan,
termasuk Pisang Epe. Mereka memang kebanyakan baru berjualan menjelang sore.
Soalnya kalau siang, panas hehehe.
Paling yahud kalau datang ke pantai Losari saat sore hari, tepatnya
menjelang matahari tenggelam. Wih... itu juara, menikmati Pisang Epe
sambil menatap sunrise. Kemudian dilanjutkan sampai malam, menikmati semilir
angin pantai. Apalagi berdua bareng yayang, oh em ji... Dan malam minggu itu
adalah waktu yang paling ramai. Jadi penjual makanan senang, karena waktu
jualan jadi lebih lama, dan pembeli lebih banyak.
Zaman now, Pisang Epe lebih dimodifikasi. Jadi bila teman-teman
membeli Pisang Epe, maka akan banyak varian toping. Ada cokelat, meises, keju,
dan lainnya. Jadi tinggal pilih sesuai selera. Kalau cairan gula merah tetap
wajib ada. Dan saya sendiri, tetap lebih suka pakai cairan gula merah.
Karena saya sekarang sudah tidak berdomisili di Makassar,
makanya saya membuat sendiri, bila ingin menikmati Pisang Epe. Kalau mau
terbang khusus ke Makakassar kan, berat diongkos. Balik lagi, bakalan lapar
lagi hehehe.
Eh,
tapi tahun lalu, tepatnya bulan Juni 2017, saya sempat terbang ke Makassar kok.
Tentu saja, saya tidak melewatkan menikmati pisang Epe di pantai Losari. Apalagi
tempat saya menginap, persis di depan pantai Losari. Makin mantap, karena saya
ke saya bertepatan malam minggu juga. Jadi suasana sangat ramai. Semakin lengkap,
karena ditemani segelas Sara’ba, minuman jahe khas makassar.
Bahkan dua kali. Karena esok harinya, sahabat lama saya pun mentraktir saya pisang Epe. Namanya ditraktir, masa mau menolak hahaha
Cara membuat pisang Epe sangat mudah. Saya membakar pisang
menggunakan panci anti lengket saja. Tapi jangan lupa diolesi mentega, biar
semakin mantap. Setelah itu tinggal
dipipihkan di talenan.
Soal
cairan gula merah tidak sulit. Tinggal merebus gula merah yang dicambur sedikit
air sampai mendidih. Untuk tambahan toping, saya suka pakai keju. Jadi
perpaduan antara rasa manis dan gurih itu juara banget.
Untuk pisangnya, Pisang Epe ini wajib menggunakan pisang kepok,
ya. Jadi tidak perlu bereksperimen dengan jenis pisang lain, karena rasanya
akan beda. Dan saya beruntung, di belakang rumah saya banyak pisang kepok. Jadi
kalau pas panen, selain bisa diolah jadi pisang Epe, juga bisa dibuat sriping
atau kripik pisang, barangkoh (kue pisang khas Makassar) hehehe.
Jadi, kalau teman-teman berkunjung ke Makassar, jangan lupa
mencoba Pisang Epe, ya. Dijamin akan membawa kenangan manis yang akan
tertinggal di dalam hati. Cailah... bahasanya hahaha.
Bambang
Irwanto
0 Response to "Sepotong Kenangan Manis dari Pisang Epe"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.