Alhamdulillah...
hari ini Indonesia merayakan hari kemerdekaan yang ke 73 tahun. Hari ini meriah
dengan acara dan lomba-lomba seru.
Tapi
kali ini, saya tidak ingin membahas soal kemerdekaan RI ya, tetapi kemerdekaan seputar
penulis. Ehm... kira-kira penulis Indonesia sudah merdeka belum tidak, ya?
Hehehe...
Dari
sisi 'kacamata' saya, ada beberapa hal yang membuat penulis Indonesia belum
merdeka. Hal-hal inilah yang membuat kadang penulis Indonesia sedikit ragu
bergerak dalam dunia menulis. Nah, apa saja itu? Berikut saya susun sesuai
pengalaman menulis saya, ya.
Pajak Penulis yang
Tinggi
Ya,
ini yang masih saya rasakan. Perlu diketahui ya, kalau pajak penulis itu sangat
tinggi. Bahkan saat tulisan dimuat di media pun, sebenarnya ada pajaknya juga.
Begitu
juga dengan pajak penerbitan buku. Setiap menerima royalti, penulis kena pajak.
Pajak itu pun besarnya, sesuai dengan jumlah penjualan buku. Sesuai banyak
penjualan buku, maka penulis juga besar membayar nilai pajaknya.
Besaran
ini juga masih bisa berbeda, lho. Bagi penulis yang punya Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan tidak, itu berbeda. Tentu saja persenan yang dikeluarkan oleh
penulis yang belum mempunya NPWP akan lebih besar dibandingkan dengan penulis
yang belum mempunyai NPWP. Makanya sebisa mungkin, penulis pun mempunyai NPWP.
Honor yang Tidak Dibayar
Ini
sering dialami oleh teman-teman. Tulisan sudah lama dimuat, tapi honor belum
turun juga alias belum dibayar. Padahal kewajiban membayar honor itu harusnya disegerakan.
Tapi masih ada media yang kurang amanah.
Ada
juga peraturan, kalau pengambilan honor itu dirapel. Misalnya, minimal 5 kali
pemuatan, baru bisa diambil. Bahkan kadang ada juga yang membuat peraturan,
honor harus diambil sendiri, walau beda propinsi.
Misalnya
medianya ada di kota Medan, lalu penulisnya domisili di Yogyakarta. Nah, tentu
saja memberatkan penulis. Kalau pun bisa, harus minta tolong pada teman yang
domisili di kota Medan, dan harus pakai surat kuasa.
Saya
pribadi menghindari mengirim naskah ke media seperti ini. Soalnya, biar
bagaimana pun, ada perasaaan bagaimana begitu, saat honor yang didamba tidak
cair juga. Bahkan bisa juga teman penulis jadi turun semangatnya.
Plagiat
Soal
plagiat itu ibaratnya hama, ya. Diberantas, nanti ada lagi. Plagiat satu
hilang, nanti tumbuh 10 plagiat baru. Padahal pelakunya itu sudah cukup umur
dan mengerti, kalau plagit itu hukumnya ‘haram’ dalam dunia menulis.
Sebabnya,
hadir dari orang-orang yang ingin jadi penulis, tapi inginnya instan. Tidak mau
menikmati proses nenulis. Inginnya segera mencapai hasil. Akhirnya memilih
jalan pintas.
Padahal
proses menulis sebuah tulisan itu sangat panjang. Ibaratnya dari sepotong kayu.
Dipikirkan dulu ingin membuat patung
bentuk apa, lalu dipikirkan ingin dipahat model apa, diberi warna cat
apa sampai akhirnya menjadi patung yang bagus. Tapi pas sudah jadi, eh... malah
ditiru plek keteplek oleh orang lain. Sakitnya bukan hanya tuh di sini (nunjuk
hati) tapi di jiwa dan raga hehehe.
Masalah
plagiat bagi sebagian penulis seperti duri dalan daging. Banyaj yang chat
dengab saya, katanya takut menulis, karena takut tulisannya dijiplak. Padahal
mengeksekusi 1 ide saja, itu butuh waktu lama.
Tidak Menghargai Proses
Penulis
juga belum merdeka bila masih ada orang yang belum menghargai proses menulis. Jadi
imbasnya pada malas membeli buku. Maunya minta gratisan hehehe.
Ibaratnya
ada orang jualan makanan. Dari membeli bahan makanan, meracik, memasak sampai
akhirnya makanan siap saji kan butuh proses. Lalu setelah jadi, tiba-tiba ada
yang minta makanan gratusan.
Meminta
buku gratisan secara pribadi, padahal mampu membeli, menurut saya jelas tidak
menghargai penulis padahal sumber
pemasukan penulis itu dari royalti penjualan buku.
Nah,
itulah hal-hal yang menurut saya membuat penulis Indonesia belum merdeka. Ini
saya susun sesuai pengalaman pribadi, ya. Bila ada tidak sesuai, anggap saja
warna-warni dunia menulis. Boleh juga ditambahi. Salam Semangat menulis....
Bambang
Irwanto
0 Response to "Hal-Hal yang Membuat Penulis Indonesia Belum Merasa Merdeka"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.