Julid?
Kalau dengar kata Julid, pasti teman-teman langsung ingat si Princess Syahrini.
Apalagi kemarin sempat ramai soal seputar ide lagu cantik manjah. Dan si Jambul
Khatulistiwa ini sampai memakai kaos bertulisan ‘Anda Jangan Julid!’
Awalnya
kening saya berkerut mendengar kata julid itu. Jujur saya memang baru dengar
dan tidak tahu artinya. Makanya saya buru-buru browsing, biar terus kekinian
hahaha. Ternyata julid itu berarti iri hati atau dengki.
Kalau
dimasukan ke dunia menulis, kata julid ini bisa kena juga. Walau kata lebih
halusnya itu nyinyir hahaha. Dan memang, sesuai pengamatan dan pengalaman
menulis saya (yang masih seuprit), di kalangan penulis ada juga yang sering
nyinyir. Dan seringnya, penulis yang nyinyir itu, justru penulis yang belum
lama menulis. Jadi dia nyinyir pada penulis yang sudah lama menulis.
Nah,
apa saja yang sering dinyinyirin penulis satu pada penulis lain ya. Sesuai
pengamatan saya inilah :
Posting Karya
Ini
paling sering dijulidin adalah saat ada penulis yang posting tulisannya yang
dimuat di media atau bukunya baru terbit. Sering ada yang komentar, pemer...
ria...
Padahal
menurut saya sangat wajar. Sebuah cerita dimuat di media itu prosesnya panjang.
Sangat jarang, begitu kirim naskah cerita di media, langsung dimuat, termasuk
saya. Soalnya yang kirim naskah memang banyak.
Naskah kita memang harus bersaing dengan naskah lain. Bahkan bisa bersaing
dengan naskah sendiri kalau kirimnya banyak. Makanya, saat mengirim, usahakan
memang ceritanya sesuai dan disukai oleh media itu.
Begitu
juga saat menerbitkan buku. Prosesnya sangat panjang. Bisa lebih panjang dari
proses pemuatan di media. Dari ide, proses menulis, kirim ke penerbit, proses
seleksi sampai diacc.
Saat
naskah diterima Penerbit pun,
perjalanannya masihn panjang. Ada proses revisi, proses edit lagi, bahkan
permak sana sini-sini. Belum kalau ada ilsutrasinya, buat kaver, sampai
akhirnya cetak, lalu dipajang di toko buku. Kalau bukunya bertema, misalnya
tema Idul Fitri, itu keluarnya harus sesuai momen.
Jadi
wajar, kalau mereka bergembira, kerena sudah melalui perjuangan panjang Lagipula,
promo buku sendiri wajib. Kalau tidak promo, siapa yang tahu. Kalau menurut
saya, semakin banyak promo, maka peluang akan semakin banyak. Saya pun rajin menjual diri alias promosi hehehe
Karya Penulis Lain
Lebih Banyak
Hal
ini juga sering dijulidin. Saat melihat cerita teman banyak dimuat, atau banyak
bukunya terbit dalam setahun. Masih banyak tuh, yang bilang, kok dia mulu?
Pasti ada kenalan orang dalam. Pasti suka ‘main mata’ dengan editor. Kayaknya
anak kesayangan penerbit itu, deh.
Padahal,
cerita yang dimuat di media atau naskahnya yang diacc itu, penilaian utamanya
yang dilihat bukan karena penulisnya, tapi tulisannya sesuai apa tidak. Lagi
pula, kalau kita terus semangat menulis, maka semakin banyak tulisan yang kita
hasilkan. Artinya, semakin banyak peluang juga.
Secara
matematika, hitungannya begini. Kalau si A hanya menulis 1 cerita dalam
seminggu, sedangkan si B menulis cerita setiap hari selama seminggu. Nah,
pastinya si B lebih banyak bank naskahnya.
Saat Menang Lomba
Saat
ada pengumuman pemenang lomba menulis, pasti ada saja yang julid. Di antara
komentar-komentar yang memberi semangat, teselip komentar nyinyir. Misalnya,
wajarlah menang, sudah senior, aku kan amsih newbie atau Ah..dia lagi, dia
lagi.
Padahal
bisa saja mereka itu memang bersemangat ikut lomba. Karena semangat, tulisan
dipersiapkan jauh-jauh hari dengan matang. Kalau menulisnya menjelang DL, tidak
sempat diedit, lalu kirimnya 5 menit sebelum deadline, bagaimana bisa menang?
Jadi
sekali lagi, yang dinilai itu bukan penulisnya atau orangnya. Mau senior, mau
newbie, bukan patokan. Yang penting tulisannya bagus, dan sesuai. Lagipula,
penulis senior juga pernah ada di posisi newbie atau yunior. Jadi saatnya terus
semangat menulis, agar tidak stop digelar penulis pemula.
Nah,
biar tidak julid lagi, saya ada tips sederhana nih. Tentunya saya susun
berdasarkan pengamatan dan pengalaman menulis saya. Siapa tahu cocok, ya.
Ubah
prasangka buruk, jadi prasangka baik. Misalnya, wajarlah, kalau ceritanya
dimuat terus, dia kan rajin menulis. Lagian memang harus rajin promo kan, biar
orang lain jadi tahu tulisan yang sudah ada
Ubah
aura negatif jadi positif. Saat melihat
kesuksesan penulis lain, justru jadikan cambuk penyemangat. Kalau dia bisa,
maka saya tidak bisa. Sama-sama makan nasi ini hahaha.
Satu
lagi, jangan hanya melihat kesuksesan orang, tapi cari tahu dan ikuti bagaimana
prosesnya, bagaimana caranya mereka meraih sukses.
Soalnya,
semua kesuksesan itu, apapun itu butuhn proses. Tidak instan, pakai simsalabin
atau abrakadabra, tidak sekedar membalikan telapak tangan, semuan butuh proses.
Jadi kalau ingin sukses seperti mereka,harus mau nikmati proses.
Demikian
sharing saya. Jadi ini sekedar berbagi cerita saya ya, dan saya tulis
berdasarkan pengalaman pribadi saya. Jadi ingat Neng Syahrini, ‘Anda Jangan
Julid!’ hahaha. Salam semangat menulis...
Bambang
Irwanto
0 Response to "Sesama Penulis Jangan Julid!"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.