Semangat menulis itu perlu. Justru semangat itu jadi salah satu modal menulis. Semangat menulis inilah yang terus memacu diri kita untuk menulis. Makanya semangat menulis harus terus kita pertahankan agar terus membara di dalam dada. Cailah..
Semangat angot-angotan ini adalah semangat menulis yang muncul saat kamu melihat keberhasilan teman lain. Eh si A.ceritanya dimuat, si B punya buku, ikutan menulis juga aah... biar tulisan bisa dimuat dan diterbitkan. Apalagi nanti dapat honor dan royalti. Siapa yang tidak mupeng hehehe.
Semangatnya seperti ini yang muncul seketika, sebenarnya bagus, karena ada motivasi baru untuk menulis. Dan ini harus kamu manfaatkan sebaik-baiknya.
Jadi saat mendapatkan semangat seperti ini, ubah semangatnya jadi panas, lalu membara. Kalau baru angot-angotan lalu tidak dipertahankan, akhirnyanya redup. Keinginan menulis hanya akan jadi sia-sia.
Baca juga : Yang Harus Dimiliki Penulis Dari Diri Sendiri
Akhirnya, akan selalu begitu. Saat melihat teman tulisannya dimuat atau ditebitkan, semangat lagi ingin ikutan. Tapi tidak menulis-menulis. Apalagi saat baru mulai menulis sudah merasa mentok, langsung ditinggalkan. Soalnya proses menulis itu kan, lama dan panjang. Jangan hanya melihat keberhasilan seseorang, tapi cari tahu bagaimana prosesnya sampai berhasil. Dan itu wajib kamu tiru.
Saya pribadi, memulai menulis dari semangat angot-angotan ini. Saya jadi semangat ingin belajar menulis juga, saat membaca cerita-cerita di majalah Bobo. Saya ingin cerita saya dimuat dan dibaca banyak orang. Dan semangat angot-angotan itu saya pertahankan terus, akhirnya panas dan membara.
Kalau yang ini, semangat menulisnya sudah ada. Tapi masih malas untuk memulainya. Selalu saja ada alasannya. Mulai dari tak ada waktu, capek, dan lainnya. Padahal Ingin tulisannya dimuat, ingin punya buku, tapi untuk menulis kok masih malas dan belum konsisten.
Belum adanya kebulatan tekad menulis, akhirnya percuma. Idr kerennya melayang.bahkan bisa lupa dengan ide sendiri yang akan ditulis. Ibaratnya maju mundur, nulis nggak.. nulis nggak.. alhirnha tidak jadi.
Hari ini nulis.aah... dapat 3 halaman. Besok, mau lanjut kok malas. Nanti saja deh... Akhirnya sudah dapat ide bagus, tapi tidak segera dieksekusi, ide pun melayang. Giliran lihat tulisan teman kok idenya sama ya, langsung nangis bombay. Itu kan ideku dulu...
Padahal soal menulis itu, kita yang mengatur dan sesuaikan dengan aktivitas kita lainnya. Lagipula zaman no itu menulis sudah lebih enak dibandingkan zaman dulu. Menulis bisa di mana saja dan kapan saja. Misalnya di smartphone yang bisa kita bawa ke mana-mana.
Soalnya ide itu seperti udara. Setiap orang bisa merasakan. Dan yang akan bersorak kegirangan adalah orang yang duluan menulis ide tesebut. Orang pertama adalah pelopor, lainnya pengikut. Bila kamu duluan menulis ide A, dan teman-teman lain menulis sama ide, maka pengikut. Sama dengan misalnya mie merek yang pertama hadir. Saat merek-merek lain hadir, orang kok tetap menyebut merek pertama ya. jadi merek pertama memang pelopor hehehe.
Untuk mensiasati semangat seperti ini, kamu harus paksakan menulis. Malas itu harus dilawan, jangan dibiarkan keenakan dalam dirimu. Dijamin, kamu akan malas melulu saat akan mulai menulis.
Sangat perlu menetapkan target menulis. Dan itu diawali dengan target pribadi. Misalnya, seminggu menulis 1 cerita. Nanti meningkat seminggu menulis 2 cerita. Sampai akhirnya bisa menulis satu cerita setiap hari.
Baca juga : Pilih Mana 7x1 atau 1x7?
Sama juga, misalnya menargetkan sehari cukup setengah halaman per hari. Lalu lama-lama naik dari 1 halaman, 2 halaman, sampai seenjoy-nya kamu menulis setiap hari. Soal target pribadi ini, bisa disesuaikan masing-masing. Bisa juga dari target waktu. Misalnya dimulai sehari cukup 15 menit, naik 30 menit, naik 1 jam, dan seterusnya.
Nanti setelah target pribadi tercapai, akan mudah mencapai target deadline dari luar. Misalnya sesuai menulis sebelum deadline lomba. Selesai menulis sebelum deadline penerbit. Selesai menulis sebelum aktu yang ditetapkan klien.
Pokoknya menulis dibawa happy saja. Jangan dijadikan beban. Makanya targetnya pribadi dulu. Tida perlu menargetkan seperti target orang yang sudah lama mulai menulis. Misalnya 1 bulan harus ada tulisan yang menghasil. Percaya.. itu akan jadi beban dan akhirnya kamu akan malas menulis.
Belum adanya kebulatan tekad menulis, akhirnya percuma. Idr kerennya melayang.bahkan bisa lupa dengan ide sendiri yang akan ditulis. Ibaratnya maju mundur, nulis nggak.. nulis nggak.. alhirnha tidak jadi.
Menulis itu ada rumus-rumusnya juga, lho. Perhatikan saja rumus menulis di baah ini :
Jadi menulis itu ada rumus-rumusnya juga. Misalnya :
Rajin menulis = banyak tulisan
Banyak tulisan = banyak peluang dan kesempatan dimuat dan diterbit
Banyak kesempatan dimuat dan diterbitkan = banyak karya dihasil.
Banyak karya dihasilkan = dikenal/penghasilakn meningkat/Peluang selain menulis terbuka
Begitulah, menulis juga ada hukum alamnya. Si A rajin menulis, Si B malas menulis, hasilnya tidak akan sama. Si A jelas jauh melesat ke depan dibandingkan si B. Bahkan si B akan mudah tersalip dari si C, D, E, bahkan sampai si Z. Soalnya dunia menulis itu progresnya sangat cepat. Terlena sedikit, akan tertinggal.
Makanya memotivasi dan menyemangati diri sendiri untuk menulis itu sangat perlu. Semangat dari luar itu hanya 1 %, sedangkan 99 % memang semangat dari diri sendiri. Jadi walau saya berkoar-koar pada si B, "Ayo.. semangat menulis. Semangat... semangat...!" Kalau si B dalam dirinya tidak semangat, akan percuma.
Tapi memang harus diakui. Apapun yang dilakukan secara rutin, termasuk menulis, pasti akan menimbulkan kejenuhan, dna larinya tidak semangat. Makanya perlu sekali ada waktu untuk ‘sejenak’ meninggalkan aktivitas menulis. Tapi sejenak saja, jangan kelamaan hehehe.
Saat jenuh mulai menyerang, rehat sejenak, lalu cari atau lakukan hal-hal yang menyenangkan yang bisa mengembalikan semangat menulis. Kalau saya, saya akan jalan-jalan, nonton, naik sepeda, masak, sampai membersihkan taman. Sesuaikan saja dengan hal-hal yang kamu sukai.
Cara lainnya adalah variasi tulisan. Misalnya selama ini kamu fokus menulis cerita anak saja. Bisa menulis cerita remaja dan dewasa, menulis artikel, ngeblog dan lainnya.
Baca Juga : Perlu Lakukan Hal-Hal Ini Saat Menulis
Bisa juga dengan mencari aktivitas lain, tapi masih kaitannya dengan menulis. Misalnya jadi blogger. Selain menulis di blog, bisa juga ikut banyak event. Ini jelas menambah ilmu dan pengalaman juga.
Tapi untuk semangat ini, tetap perhatikan kesehatan ya. jangan karena semangat menulis, teruussss menulis sampai telat makan dan kurang tidur. Karena bagaimana pun, kesehatan tetap nomor satu. Kalau badan sehat, maka semua ide bisa kita ekesekusi dengan bagus. Namun sebaliknya, kalau badan tidak sehat, maka sejuta ide keren akan sia-sia.
Jadi seberapa gregetnya semangat menulismu? Nomor 1,2, atau 3? Usahakan nomor 3 saja, ya. Biar kamu bisa maksimal dalam menulis. Kalau maksimal, maka hal-hal menyenangkan di dunia menulis akan kamu rasakan. Salam semangat menulis...
Bambang Irwanto
Desain Canva |
Nah, seberapa gregetnya semangat menulismu?
Saya merangkumnya sesuai pengalaman menulis saya (yang masih seuprit), ya. Jadi bila ada perbedaan, anggapah warna-warni dunia menulis hehehe.Semangat Menulis Angot-Angotan
Saat lihat tulisan teman dimuat di media, terbit buku baru.ih.. jadi semangat ingin ikutan menulis juga.Semangat angot-angotan ini adalah semangat menulis yang muncul saat kamu melihat keberhasilan teman lain. Eh si A.ceritanya dimuat, si B punya buku, ikutan menulis juga aah... biar tulisan bisa dimuat dan diterbitkan. Apalagi nanti dapat honor dan royalti. Siapa yang tidak mupeng hehehe.
Semangatnya seperti ini yang muncul seketika, sebenarnya bagus, karena ada motivasi baru untuk menulis. Dan ini harus kamu manfaatkan sebaik-baiknya.
Jadi saat mendapatkan semangat seperti ini, ubah semangatnya jadi panas, lalu membara. Kalau baru angot-angotan lalu tidak dipertahankan, akhirnyanya redup. Keinginan menulis hanya akan jadi sia-sia.
Baca juga : Yang Harus Dimiliki Penulis Dari Diri Sendiri
Akhirnya, akan selalu begitu. Saat melihat teman tulisannya dimuat atau ditebitkan, semangat lagi ingin ikutan. Tapi tidak menulis-menulis. Apalagi saat baru mulai menulis sudah merasa mentok, langsung ditinggalkan. Soalnya proses menulis itu kan, lama dan panjang. Jangan hanya melihat keberhasilan seseorang, tapi cari tahu bagaimana prosesnya sampai berhasil. Dan itu wajib kamu tiru.
Saya pribadi, memulai menulis dari semangat angot-angotan ini. Saya jadi semangat ingin belajar menulis juga, saat membaca cerita-cerita di majalah Bobo. Saya ingin cerita saya dimuat dan dibaca banyak orang. Dan semangat angot-angotan itu saya pertahankan terus, akhirnya panas dan membara.
Semangat Menulis Naik Turun
Ada ide keren nih, mau ditulis. Tapi kok malas, ya. Nanti saja deh...Kalau yang ini, semangat menulisnya sudah ada. Tapi masih malas untuk memulainya. Selalu saja ada alasannya. Mulai dari tak ada waktu, capek, dan lainnya. Padahal Ingin tulisannya dimuat, ingin punya buku, tapi untuk menulis kok masih malas dan belum konsisten.
Belum adanya kebulatan tekad menulis, akhirnya percuma. Idr kerennya melayang.bahkan bisa lupa dengan ide sendiri yang akan ditulis. Ibaratnya maju mundur, nulis nggak.. nulis nggak.. alhirnha tidak jadi.
Hari ini nulis.aah... dapat 3 halaman. Besok, mau lanjut kok malas. Nanti saja deh... Akhirnya sudah dapat ide bagus, tapi tidak segera dieksekusi, ide pun melayang. Giliran lihat tulisan teman kok idenya sama ya, langsung nangis bombay. Itu kan ideku dulu...
Padahal soal menulis itu, kita yang mengatur dan sesuaikan dengan aktivitas kita lainnya. Lagipula zaman no itu menulis sudah lebih enak dibandingkan zaman dulu. Menulis bisa di mana saja dan kapan saja. Misalnya di smartphone yang bisa kita bawa ke mana-mana.
Soalnya ide itu seperti udara. Setiap orang bisa merasakan. Dan yang akan bersorak kegirangan adalah orang yang duluan menulis ide tesebut. Orang pertama adalah pelopor, lainnya pengikut. Bila kamu duluan menulis ide A, dan teman-teman lain menulis sama ide, maka pengikut. Sama dengan misalnya mie merek yang pertama hadir. Saat merek-merek lain hadir, orang kok tetap menyebut merek pertama ya. jadi merek pertama memang pelopor hehehe.
Untuk mensiasati semangat seperti ini, kamu harus paksakan menulis. Malas itu harus dilawan, jangan dibiarkan keenakan dalam dirimu. Dijamin, kamu akan malas melulu saat akan mulai menulis.
Sangat perlu menetapkan target menulis. Dan itu diawali dengan target pribadi. Misalnya, seminggu menulis 1 cerita. Nanti meningkat seminggu menulis 2 cerita. Sampai akhirnya bisa menulis satu cerita setiap hari.
Baca juga : Pilih Mana 7x1 atau 1x7?
Sama juga, misalnya menargetkan sehari cukup setengah halaman per hari. Lalu lama-lama naik dari 1 halaman, 2 halaman, sampai seenjoy-nya kamu menulis setiap hari. Soal target pribadi ini, bisa disesuaikan masing-masing. Bisa juga dari target waktu. Misalnya dimulai sehari cukup 15 menit, naik 30 menit, naik 1 jam, dan seterusnya.
Nanti setelah target pribadi tercapai, akan mudah mencapai target deadline dari luar. Misalnya sesuai menulis sebelum deadline lomba. Selesai menulis sebelum deadline penerbit. Selesai menulis sebelum aktu yang ditetapkan klien.
Pokoknya menulis dibawa happy saja. Jangan dijadikan beban. Makanya targetnya pribadi dulu. Tida perlu menargetkan seperti target orang yang sudah lama mulai menulis. Misalnya 1 bulan harus ada tulisan yang menghasil. Percaya.. itu akan jadi beban dan akhirnya kamu akan malas menulis.
Belum adanya kebulatan tekad menulis, akhirnya percuma. Idr kerennya melayang.bahkan bisa lupa dengan ide sendiri yang akan ditulis. Ibaratnya maju mundur, nulis nggak.. nulis nggak.. alhirnha tidak jadi.
Semangat Menulis On Terus
Ada ide langsung eksekusi, akhirnya tulisan cepat selesai. Lanjut nulis lagi.Menulis itu ada rumus-rumusnya juga, lho. Perhatikan saja rumus menulis di baah ini :
Jadi menulis itu ada rumus-rumusnya juga. Misalnya :
Rajin menulis = banyak tulisan
Banyak tulisan = banyak peluang dan kesempatan dimuat dan diterbit
Banyak kesempatan dimuat dan diterbitkan = banyak karya dihasil.
Banyak karya dihasilkan = dikenal/penghasilakn meningkat/Peluang selain menulis terbuka
Begitulah, menulis juga ada hukum alamnya. Si A rajin menulis, Si B malas menulis, hasilnya tidak akan sama. Si A jelas jauh melesat ke depan dibandingkan si B. Bahkan si B akan mudah tersalip dari si C, D, E, bahkan sampai si Z. Soalnya dunia menulis itu progresnya sangat cepat. Terlena sedikit, akan tertinggal.
Makanya memotivasi dan menyemangati diri sendiri untuk menulis itu sangat perlu. Semangat dari luar itu hanya 1 %, sedangkan 99 % memang semangat dari diri sendiri. Jadi walau saya berkoar-koar pada si B, "Ayo.. semangat menulis. Semangat... semangat...!" Kalau si B dalam dirinya tidak semangat, akan percuma.
Tapi memang harus diakui. Apapun yang dilakukan secara rutin, termasuk menulis, pasti akan menimbulkan kejenuhan, dna larinya tidak semangat. Makanya perlu sekali ada waktu untuk ‘sejenak’ meninggalkan aktivitas menulis. Tapi sejenak saja, jangan kelamaan hehehe.
Saat jenuh mulai menyerang, rehat sejenak, lalu cari atau lakukan hal-hal yang menyenangkan yang bisa mengembalikan semangat menulis. Kalau saya, saya akan jalan-jalan, nonton, naik sepeda, masak, sampai membersihkan taman. Sesuaikan saja dengan hal-hal yang kamu sukai.
Cara lainnya adalah variasi tulisan. Misalnya selama ini kamu fokus menulis cerita anak saja. Bisa menulis cerita remaja dan dewasa, menulis artikel, ngeblog dan lainnya.
Baca Juga : Perlu Lakukan Hal-Hal Ini Saat Menulis
Bisa juga dengan mencari aktivitas lain, tapi masih kaitannya dengan menulis. Misalnya jadi blogger. Selain menulis di blog, bisa juga ikut banyak event. Ini jelas menambah ilmu dan pengalaman juga.
Tapi untuk semangat ini, tetap perhatikan kesehatan ya. jangan karena semangat menulis, teruussss menulis sampai telat makan dan kurang tidur. Karena bagaimana pun, kesehatan tetap nomor satu. Kalau badan sehat, maka semua ide bisa kita ekesekusi dengan bagus. Namun sebaliknya, kalau badan tidak sehat, maka sejuta ide keren akan sia-sia.
Jadi seberapa gregetnya semangat menulismu? Nomor 1,2, atau 3? Usahakan nomor 3 saja, ya. Biar kamu bisa maksimal dalam menulis. Kalau maksimal, maka hal-hal menyenangkan di dunia menulis akan kamu rasakan. Salam semangat menulis...
Bambang Irwanto
0 Response to "Seberapa Gregetnya Semangat Menulismu?"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.