Serunya Mengunjungi Pasar Pereng Kali Desa Grenggeng Kemit Kebumen - kemarin 21 April 2019 sangat saya nanti. Soalnya saya mau ke pasar Pereng Kali di Desa Grenggeng kecamatan Kemit Kebumen. Pasar Tradisional yang hanya dibuka 35 hari sekali, setiap minggu legi atau minggu manis. Bisa jadi wisata andalan kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Sebenarnya, bulan lalu saya sudah menyusun rencana ke pasar Pereng Kali ini. Hanya, pas hari H-nya, hujan terus dari sabtu siang sampai senin pagi. Bahkan saya sempat kehujanan sepanjang perjalanan sampai tempat wisata, saat nekat pergi ke suatu tempat wisata. Padahal sejak pagi sudah mendung hahaha.
Baca juga : 12 Pantai Kebumen yang Wajib Dikunjungi
Makanya kali ini saya happy, karena sejak sabtu cuaca cerah ceria. Makin happy pas minggu cuaca juga cerah. Pukul setengah tujuh saya sudah mandi, lalu bersiap.berangkat bersama krucil.
Pukul 7, saya sudah sampai di lokasi. Kebetulan letaknya dekat dari rumah saya. Setelah parkir motor dan langsung membayar 3000 rupiah, saya, krucil dan pengunjung lain berjalan kaki menuju lokasi. Suasananya asri sekali dan sejuk.
Wuih pengunjung sudah ramai. Soalnya Pasar Pereng Kali ini memang selalu dinanti yang bisa jadi ajang wisata kuliner. Dan tujuan saya juga memang wisata kuliner hehehe.
Pasar Pereng Kali adalah sebuah pasar tradisional yang lokasinya berada di pinggir kali makanya namanya pasar pereng kali alias pasar pinggir kali. Dulunya, lokasi ini adalah hutan bambu yang dibabat di beberapa tempat, sehingga menjadi lapang. Kemudian dibuat juga saung-saung bambu beratap daun kelapa untuk berjualan, termasuk tempat-tempat duduk yang juga terbuat dari bambu.
Begitu tiba di lokasi, saya dan krucil langsung disambut gerbang yang juga terbuat dari bambu. Jempol dengan kreativitas karang taruna pemuda Desa Grenggeng ini. Makanya tidak tidak heran, pasar Pereng Kali ini masuk wisata Happiiie.
Sebelum masuk, saya menuju loket penukaran kepeng dulu. Inilah yang membedakan pasar Pereng Kali dengan pasar tradisonal biasa. Jadi nantinya, para pengunjung membeli dengan mengggunakan uang kepeng yang yang terbuat dari anyaman daun pandan. Satu kepengnya bernilai 2000 rupiah. Saya menukar 100 ribu, dan mendapatkan 2 ikat. Masing-masing i ikat terdiri dari 25 kepeng.
Krucil sempat berkomentar, banyaknya...! Si Mas dan Mbak yang bagian penukaran tersenyum. Lalu si Mas mejawab, kalau uang kepengnya tidak habis dibelanjakan, boleh ditukar lagi kok, Dik!
Keren sih, daripada nanti pas asyik belanja kehabisan uang kepeng, lalu balik menukar lagi.
Kepeng sudah digenggam, saatnya saya dan krucil pun mulai mengitari Pasar Pereng Kali. Saya pun langsung tertarik dengan saung kerajinan anyaman daun pandan atau cumplung. Kerajinan ini memang khas dari daerah kebumen. Mulai dari tas, sandal, sampai gantungan kunci ada.
Saya pun tertarik membeli topi seharga 13 kepeng atau 26 ribu. Lumayan, topinya buat menambah properti foto hahaha. Duh.. krucil juga tidak mau kalah. Dia ikutan memilih dan minta dibeliin topi seharga 10 kepeng atau 20 ribu. Tidak apalah, besok topinya bisa saya pinjam buat pemotretan hahaha.
Habis membeli topi, saya mengajak krucil jalan lagi. Saya pun ikutan membeli keranjang bambu buat nanti wadah menaruh makanan yang saya beli. Soalnya di Pasar Pereng Kali, memang tidak diperbolehkan menggunakan kresek. Semua harus serba tradisional. Makanya pembungkus makanan itu dari daun pisang. Tataan makanan dari bambu. Mangkuk dari batok kelapa, termasuk gelas dari bambu. Keren sekali.
Suasana semakin ramai. Ini karena liburan yang lumayan panjang, jadi banyak juga pengunjung dari luar kota yang kebetulan sedang mudik. Sudah terlihat antrean di berbagai saung makanan. Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya membeli 5 biji arem-arem seharga 5 kepeng. Lalu saya pindah ke saung lain membeli lapis setengah loyang seharga 5 kepeng. Kemudian onde-onde 2 biji, getuk 3 biji, lalu wingko 2 biji. Total beli jajanan 17 kepeng alias 34 ribu.
Eh, baru jalan sudah banyak belanja. Hitung dulu, soalnya takut nombok hahaha. Topi 23 kepeng, keranjang 2 kepeng, jajanan 17 kepeng. Totalnya 42 kepeng alias 84 ribu. Sip masih ada 8 Kepeng.
Kelar membeli jajanan pasar, saya pun mencari tempat duduk. Tampak pengunjung lain asyik menikmati santapan masing-masing. Dari pecel, nasi gudeg, sate lontong dan lainnya. Saya sengaja tidak membeli makanan berat, soalnya saya memang niatnya cari jajanan tradisional. Lagipula, habis dari sini mau ke kondangan. Jadi makannya di sana saja. Eh... hahaha.
Selesai menikmati dua arem-arem, krucil mengajak saya melihat hewan. Ada burung kakaktua, burung beo dan ular. Pengunjung bisa berfoto dengan salah satu hewan dengan membayar 3 kepeng. Kalau foto dengan 3 hewan bayar 9 kepeng. Krucil minta foto dengan Kakaktua. Boleh lah... sayang anak hahaha.
Setelah itu, saya kembali melihat-lihat suasana pasar pereng. Pasar Pereng Kali memang lebih dominan menjual jajanan tradisional. Tapi pengunjung tetap bisa menikmati hal lain. Misalnya main kano di kali. Termasuk menikmati suasana pasarnya. Rumpun-rumpun bambu hijau dengan hiasan dari bambu juga seperti kurungan ayam.
Tampak keramaian di satu titik, karena diadakan lomba mewarnai dalam rangka hari Kartini. O iya, di sini ibu-ibu penjualnya juga berkebaya. Pas sekali momennya di hari Kartini.
Puas berkeliling, saya pun mengajak krucil pulang. Eh, saya kok kepengin jagung rebus. Saya pun mampir dan membeli 1 biji jagung seharga 2 kepeng. Jadi total belanjaan saya 47 kepeng dan masih ada 3 kepeng. Karena tidak ada lagi yang ingin saya belanjakan, maka saya pun menukarkan kembali.
Konsep pasar Pereng kali ini sangat bagus. Mungkin saran saya, bisa ditambah spot-spot foto, agar bisa jadi daya tarik. Soalnya kan, zaman now orang datang ke suatu tempat itu untuk foto dan diunggah ke sosial media. Pasti banyak kreasi yang bisa dibuat dari bambu. Soalnya spot selfie instagramnnya di pasar Pereng Kali ini sudah rusak.
O, iya. Kabarnya edisi berikutnya pasar Pereng akan libur dulu, karena bertepatan bulan puasa. Mungkin akan buka pas lebaran. Jadi momen-nya pas dan pengunjung semakin banyak sip... Insya Allah saya akan ke sini lagi. Semoga angpao lebaran banyak hahaha.
Bambang Irwanto
Sebenarnya, bulan lalu saya sudah menyusun rencana ke pasar Pereng Kali ini. Hanya, pas hari H-nya, hujan terus dari sabtu siang sampai senin pagi. Bahkan saya sempat kehujanan sepanjang perjalanan sampai tempat wisata, saat nekat pergi ke suatu tempat wisata. Padahal sejak pagi sudah mendung hahaha.
Baca juga : 12 Pantai Kebumen yang Wajib Dikunjungi
Makanya kali ini saya happy, karena sejak sabtu cuaca cerah ceria. Makin happy pas minggu cuaca juga cerah. Pukul setengah tujuh saya sudah mandi, lalu bersiap.berangkat bersama krucil.
Pukul 7, saya sudah sampai di lokasi. Kebetulan letaknya dekat dari rumah saya. Setelah parkir motor dan langsung membayar 3000 rupiah, saya, krucil dan pengunjung lain berjalan kaki menuju lokasi. Suasananya asri sekali dan sejuk.
Wuih pengunjung sudah ramai. Soalnya Pasar Pereng Kali ini memang selalu dinanti yang bisa jadi ajang wisata kuliner. Dan tujuan saya juga memang wisata kuliner hehehe.
Pasar Pereng Kali adalah sebuah pasar tradisional yang lokasinya berada di pinggir kali makanya namanya pasar pereng kali alias pasar pinggir kali. Dulunya, lokasi ini adalah hutan bambu yang dibabat di beberapa tempat, sehingga menjadi lapang. Kemudian dibuat juga saung-saung bambu beratap daun kelapa untuk berjualan, termasuk tempat-tempat duduk yang juga terbuat dari bambu.
Begitu tiba di lokasi, saya dan krucil langsung disambut gerbang yang juga terbuat dari bambu. Jempol dengan kreativitas karang taruna pemuda Desa Grenggeng ini. Makanya tidak tidak heran, pasar Pereng Kali ini masuk wisata Happiiie.
Sebelum masuk, saya menuju loket penukaran kepeng dulu. Inilah yang membedakan pasar Pereng Kali dengan pasar tradisonal biasa. Jadi nantinya, para pengunjung membeli dengan mengggunakan uang kepeng yang yang terbuat dari anyaman daun pandan. Satu kepengnya bernilai 2000 rupiah. Saya menukar 100 ribu, dan mendapatkan 2 ikat. Masing-masing i ikat terdiri dari 25 kepeng.
Krucil sempat berkomentar, banyaknya...! Si Mas dan Mbak yang bagian penukaran tersenyum. Lalu si Mas mejawab, kalau uang kepengnya tidak habis dibelanjakan, boleh ditukar lagi kok, Dik!
Keren sih, daripada nanti pas asyik belanja kehabisan uang kepeng, lalu balik menukar lagi.
Kepeng sudah digenggam, saatnya saya dan krucil pun mulai mengitari Pasar Pereng Kali. Saya pun langsung tertarik dengan saung kerajinan anyaman daun pandan atau cumplung. Kerajinan ini memang khas dari daerah kebumen. Mulai dari tas, sandal, sampai gantungan kunci ada.
Saya pun tertarik membeli topi seharga 13 kepeng atau 26 ribu. Lumayan, topinya buat menambah properti foto hahaha. Duh.. krucil juga tidak mau kalah. Dia ikutan memilih dan minta dibeliin topi seharga 10 kepeng atau 20 ribu. Tidak apalah, besok topinya bisa saya pinjam buat pemotretan hahaha.
Habis membeli topi, saya mengajak krucil jalan lagi. Saya pun ikutan membeli keranjang bambu buat nanti wadah menaruh makanan yang saya beli. Soalnya di Pasar Pereng Kali, memang tidak diperbolehkan menggunakan kresek. Semua harus serba tradisional. Makanya pembungkus makanan itu dari daun pisang. Tataan makanan dari bambu. Mangkuk dari batok kelapa, termasuk gelas dari bambu. Keren sekali.
Suasana semakin ramai. Ini karena liburan yang lumayan panjang, jadi banyak juga pengunjung dari luar kota yang kebetulan sedang mudik. Sudah terlihat antrean di berbagai saung makanan. Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya membeli 5 biji arem-arem seharga 5 kepeng. Lalu saya pindah ke saung lain membeli lapis setengah loyang seharga 5 kepeng. Kemudian onde-onde 2 biji, getuk 3 biji, lalu wingko 2 biji. Total beli jajanan 17 kepeng alias 34 ribu.
Eh, baru jalan sudah banyak belanja. Hitung dulu, soalnya takut nombok hahaha. Topi 23 kepeng, keranjang 2 kepeng, jajanan 17 kepeng. Totalnya 42 kepeng alias 84 ribu. Sip masih ada 8 Kepeng.
Kelar membeli jajanan pasar, saya pun mencari tempat duduk. Tampak pengunjung lain asyik menikmati santapan masing-masing. Dari pecel, nasi gudeg, sate lontong dan lainnya. Saya sengaja tidak membeli makanan berat, soalnya saya memang niatnya cari jajanan tradisional. Lagipula, habis dari sini mau ke kondangan. Jadi makannya di sana saja. Eh... hahaha.
Selesai menikmati dua arem-arem, krucil mengajak saya melihat hewan. Ada burung kakaktua, burung beo dan ular. Pengunjung bisa berfoto dengan salah satu hewan dengan membayar 3 kepeng. Kalau foto dengan 3 hewan bayar 9 kepeng. Krucil minta foto dengan Kakaktua. Boleh lah... sayang anak hahaha.
Setelah itu, saya kembali melihat-lihat suasana pasar pereng. Pasar Pereng Kali memang lebih dominan menjual jajanan tradisional. Tapi pengunjung tetap bisa menikmati hal lain. Misalnya main kano di kali. Termasuk menikmati suasana pasarnya. Rumpun-rumpun bambu hijau dengan hiasan dari bambu juga seperti kurungan ayam.
Tampak keramaian di satu titik, karena diadakan lomba mewarnai dalam rangka hari Kartini. O iya, di sini ibu-ibu penjualnya juga berkebaya. Pas sekali momennya di hari Kartini.
Puas berkeliling, saya pun mengajak krucil pulang. Eh, saya kok kepengin jagung rebus. Saya pun mampir dan membeli 1 biji jagung seharga 2 kepeng. Jadi total belanjaan saya 47 kepeng dan masih ada 3 kepeng. Karena tidak ada lagi yang ingin saya belanjakan, maka saya pun menukarkan kembali.
Konsep pasar Pereng kali ini sangat bagus. Mungkin saran saya, bisa ditambah spot-spot foto, agar bisa jadi daya tarik. Soalnya kan, zaman now orang datang ke suatu tempat itu untuk foto dan diunggah ke sosial media. Pasti banyak kreasi yang bisa dibuat dari bambu. Soalnya spot selfie instagramnnya di pasar Pereng Kali ini sudah rusak.
O, iya. Kabarnya edisi berikutnya pasar Pereng akan libur dulu, karena bertepatan bulan puasa. Mungkin akan buka pas lebaran. Jadi momen-nya pas dan pengunjung semakin banyak sip... Insya Allah saya akan ke sini lagi. Semoga angpao lebaran banyak hahaha.
Bambang Irwanto
cadass, lokasinya mengingatkanku akan setting film silat kolosal ya, apalagi ada kepeng, nuansa old days nya makin kental , banyak produk anyaman kreasi seni yang harganya jg terjangkau
ReplyDeleteIya Mas Aan.
DeleteIni kalau dipakai lokasinya buat syuting zamwn tempoe doeloe, bisa ya, Mas.
Dan nanti saya mau daftar jadi figuran, Mas hahaha.
Terima kasih sudah mampir, Mas.
wah semau dari bambu, ketren ya, sptnay di daerahku juga bakal ada tp baru dibangun
ReplyDeleteIya, Mbak Tira.
DeleteNuansa bambunya sangat kental. Dan yang paling penting happy karena banyak jajanan pasar enak hehehe.
Nah, keren tuh Mbak Tira. Pasar-pasar seperti ini harus dikembangkan, karena bisa jadi tujuan wisata.