5 Tahapan Penulis Bekerjasama dengan Ilustrator - Seorang penulis itu bekerjasama dengan banyak orang, termasuk dengan ilustrator. Nah, penulis dan ilustrator itu menurut saya seperti dua mata sisi yang tidak terpisahkan. Penulis ganre apapun, pasti akan membutuhkan sebuah ilustrator untuk melengkapi tulisannya.
Misalnya saja nih, sebuah artikel yang dimuat di koran, kadang disertai ilustrasi yang menarik perhatian pembaca. Begitu juga mulai cerpen yang dimuat di koran, sapai cerita anak-anak yang dimuat di majalah anak-anak, juga membutuhkan ilustrasi. Bahkan Novel yang nyaris isinya tanpa ilustrasi, tetap membutuhkan iluatrator untuk kaver.
Apalagi seorang penulis cerita anak, itu sama sama sekali tak terpisahkan dari ikustrator. Cerita anak akan semakin menarik dengan adanya dukungan ilustrasi yang indah. Bahkan sebenarnya, anak-anak itu kadang tertarik membaca sebuah cerita, dari pertama melihat gambarnya dulu. Dari pictbook yang memang sangat membutuhkan ganbar, sampai novel anak yang tiap bab membutuhkan setidaknya 1 ilustrasi.
Nah, kesempatan kali ini, saya ingin sharing tahapan-tahapan saya bekerjasama dengan seorang ilustrator. Dan karena saya penulis cerita anak, maka pembahasannya lebih mengarah ke buku anak ya. Dan ini saya tulis sesuai dengan pengalaman menulis saya yang masih seuprit hehehe.
Pertama, saat naskah saya diacc oleh penerbit, maka hal yang termasuk dibicarakan adalah mencari ilustrator. Biasanya penerbit yang diwakili oleh seorang editor akan chat-chit dengan saya. Dan mereka akan memberi pilihan, ilustratornya mau dicarikan penerbit atau saya yang mencari.
Karena sejak awal saya menulis naskah saya sudah ada gambaran ilustrasinya, maka saya sudah bisa mengira-ngira seperti apa style ilustrasi di buku saya nanti. Dan jelas, ini tetap masuk dalam pembahasan dengan editor. Maka saya pun memberi gambaran-gambaran ilustrasi yang terbayang dalam benak saya. Nanti pastinya saya akan mendapat masukan dari sang editor.
Kalau misalnya saya minta tolong penerbit yang mencarikan ilustratornya, maka editor yang akan mengontak ilustrator yang sesuai. Nanti setelah dapat, editor akan memperlihatkan sampel-sampel ilustrasi dari para ilustrator yang sudah dikontak. Kalau belum pas, maka bisa cari atau kontak ilustrator baru.
Nah, kalau saya yang mencari ilustratornya, maka saya akan kontak ilustrator langsung. Misalnya saya sudah membayangkan style gambarnya seperti ini dan kebetulan saya kenal ilustrator itu. Atau kalau saya ingin mencari style lain, saya mencari kembali ilustrator lain dan itu bisa saya kepoin akun medsos teman-teman ilustrator.
Bisa juga, saya menbuka lowongan di media sosial. Postingannya berisi saya mencari ilustrator untuk buku saya dengan syarat bla-bla. Bila berminat, silakan email disertai contoh-contoh ilustrasi yang sudah pernah dibuat. Termasuk yang sudah dipakai untuk buku lain. Nah, dari situ, saya bisa memilih, mana yang pas dengan yang saya cari.
Tahap selanjutnya, setelah saya menentukan ilustrator yang sesuai, maka saya akan mengontak para ilustrator, dan mengabarkan kalau saya memilih mereka. Biasanya, saya meminta lagi beberapa contoh gambar. Ini nantinya akan saya perlihatkan pada editor juga untuk didiskusikan dan dipilih kembali.
Kalau misalnya saya meminta dibuatkan sampel dari cerita saya, maka saya harus membayarnya, soalnya sudah masuk hitungan 1 ilustrasi. Soalnya membuat 1 ilustrasi itu butuh waktu, tenaga dan lainnya, teman-teman.
Jadi perlu teman-teman ketahui, dalam satu buku cerita anak itu, bisa seorang menulis bekerjasama dengan 1 ilustrator saja, atau 1 penulis bisa bekerjasama dengan beberapa ilustrator. Dan biasanya opsi kedua ini, dipakai untuk buku yang di dalamnya ada beberapa cerita dengan tokoh berbeda. Jadi biar bervariasi. Sedangkan kalau 1 buku ada beberapa cerita dengan tokoh-tokoh yang sama, atau semacam serial, maka bagusnya 1 ilustrator, agar style-nya tidak berubah.
Tahap ketiga setekah pemilihan ilustrator, maka dibicarakan soal bentuk kerjasamanya. Jadi kerjasama antara penulis dan ilustrator dalam sebuah buku itu berbeda. Bahkan tiap penerbit bisa menerapkan kerjasama yang berbeda juga. Jadi kerjasama di dunia penerbitan buku fleksibel dan bisa disesuaikan ya, teman-teman.
Pertama, sistem kerjasama penulis dan ilustrator itu sistem royalti. Jadi penulis dan ilustrator akan sama-sama mendapat royalti. Misalnya royalti dari 1 buku 10 %, maka akan dibagi dua. Penulis 5 %dan ilustrator 5 %. Royalti ini akan dibayarkan dalam jangka waktu tertentu ya, teman-teman. Biasanya per 6 bulan. Jadi dalam setahun, 2 kali turun royalti.
Nantinya, baik penulis juga ilustrator, akan masing-masing menandatangani surat kontrak. Jadi begitu saatnya pembayaran, royalti akan masuk ke rekenig masing-masing. Bahkan kalau penulis dan ilustratornya sama dalam satu buku, tetap surat perjanjiannya dipisah.
Kedua sistem putus. Jadi penerbit membeli langsung seluruh ilustrasi yang sudah dibuat oleh ilustrator. Tapi nantinya, royalti penulis tidak akan 10 %. Tapi 5 % karena jatah 5 % sudah dipakai buat membayar ilustrator.
Nah, sistem kedua ini, biasanya dpakai untuk proyek 1 buku dengan beberapa cerita dan beberapa ilustrasi. Soalnya kalau pakai sistem royalti, bakal ribet baginya hehehe. Jadi penerbit langsung membayar harga per ilustrasi itu kepada penebit.
Misalnya, si A mengerjakan 1 cerita yang membutuhkan 5 ilustrasi. 3 gambar single dan 2 gambar spread. 1 gambar single harganya 100 ribu, dan 1 gambar spread 200 ribu. Jadi totalnya 3 gambar single seharga 300 ribu, ditambah 2 gambar spread (berpasangan) 400 ribu. Total 700 ribu.
Sistem kedua ini, juga diterapkan oleh studio gambar yang menaungi banyak ilustrator. Jadi sesuai pengalaman saya bekerjasama dengan sebuah studio, kerja mereka memang cepat dan on time. Janji setor seminggu, 6 hari sudah setor. Ini karena ilustrasinya dikerjakan secara ‘keroyokan’. Ada yang bain sket, ada yang warnain, sampai finishing. Makanya studio tidak mau sistem royalti, karena ribet. Mereka maunya beli putus. Pertimbangannya, agar hasilnya bisa segera dibagi rata hehehe.
Ketiga adalah penulis yang membayar ilustrator. Tetap.masuk jual putus. Jadi nantinya, penulis akan dapat royalti lebih besar dan penuh. Misalnya royaltinya 10 %, ya penulis dapat 10 %. Dan penulis bisa menerapkan sistem kerjasama ini baik untuk ilsutrator perorangan ataupun studio gambar. Sesuai kesepakatan saja.
Kerjasama sistem ini, penulis wajib gencar promo, agar bukunya laris manis. Semakin banyak terjual bukunya, kan semakin banyak royaltinya. Apalagi kalau sampai bisa cetak ulang berkali-kali hehehe.
O, iya, sekedar tambahan info, sistem ketiga ini bisa dibuat fleksibel juga. Misalnya seorang penulis menulis sebuah cerita. Setelah jadii, dia mencari seorang ilustrator untuk mengilustrasi ceritanya. Selesai, penulis membayar langsung seluruh ilustrasi.
Kini penulis sudah punya cerita lengkap dengan ilustrasinya. Maka penulis bisa menawarkan ke penerbit. Bisa sistem royalti, bisa juga sistem jual putus. Nanti hasilnya jual putus naskah, jadi hak sepenuh si penulis.
Setelah ilustrator terpilih, maka langkah selanjutnya jelas mengilustrasi naskah kita. Biar hasilnya sesuai, maka harus chat-chit, saling tik-tok agar ilustrasinya pas. Makanya biasaya penulis itu memberikan panduan ilustrasi pada ilustrator.
Bahkan sekarang bisa membuat grup khusus yang isinya editor, penulis dan ilsutrasi. Jadi kalaua da hal baru atau yang ingin dibicarakan bisa capat. Jangan sungkan untuk mengingatkan, bila ilustrator belum mengirimkan ilustrasi sesuai yang dijanjikan.
Tapi yang perlu diingat, penulis juga harus sabar, ya. Soalnya membuat ilustrasi itu lebih lama dan sulit dibandingkan menulis. Jadi dalam sehari penulis bisa membuat 10 cerita, ilustrator baru menegrjakan 1 cerita.
Jadi sabar dan berikan waktu yang sesuai. apalagi bila ilustrasinya banyak macam. Dari single dan spread. Ada lanscape, ada potroid. Apalagi kalau ilustrasinya manual. Makanya proses menerbitkan sebuah buku anak itu, lamanya ada di proses ilustrasinya. Jadi penulis dan ilustrator saling pengertian dan memahami. Kayak syair lagu, jangan ada dusta diantara kita hahaha.
Setelah buku terbit, mau sistem kerjasama mana saja maka menurut saya nama ilustrator harus ada dicantumkan. Baik di kaver ataupun isi buku. Soalnya kadang saya lihat, ada buku yang tidak mencantumkan nama ilsutratornya. Padahal ilustrator dengan ilsutrasi cantiknya sudah ikut mendukung proses lahirnya sebuah buku.
Lalu saat buku sudah terbit, jangan lupa penulis dan ilustrator gencar promo bukunya. Soalnya walau sistemnya putus dan ilustrator tidak mendapat apa-apa lagi, tapi akan mendapatkan hal lain, yaitu menambah portofolio. Dengan promo, orang-orang akan lebih mengenal karyanya lagi.
Misalnya seorang ilustrator yang mengilustrasi untuk buku luar negeri. Biasanya ini dipakai sistem putus. Karena rajin promo, orang jadi tahu, oh.. si A keren ya, sudah go internasional. Maka Insya Allah job baru akan datang hehehe.
Nah, demikian 5 Tahapan Penulis Bekerjasama dengan Ilustrator. Sekali lagi ini saya tulis berdasarkan pengalaman menulis saya yang masih seuprit. Semoga bermanfaat ya. Dan.. terus semangat menulis dan mengilustasi. Salam...
Bambang Irwanto
Misalnya saja nih, sebuah artikel yang dimuat di koran, kadang disertai ilustrasi yang menarik perhatian pembaca. Begitu juga mulai cerpen yang dimuat di koran, sapai cerita anak-anak yang dimuat di majalah anak-anak, juga membutuhkan ilustrasi. Bahkan Novel yang nyaris isinya tanpa ilustrasi, tetap membutuhkan iluatrator untuk kaver.
Apalagi seorang penulis cerita anak, itu sama sama sekali tak terpisahkan dari ikustrator. Cerita anak akan semakin menarik dengan adanya dukungan ilustrasi yang indah. Bahkan sebenarnya, anak-anak itu kadang tertarik membaca sebuah cerita, dari pertama melihat gambarnya dulu. Dari pictbook yang memang sangat membutuhkan ganbar, sampai novel anak yang tiap bab membutuhkan setidaknya 1 ilustrasi.
Nah, kesempatan kali ini, saya ingin sharing tahapan-tahapan saya bekerjasama dengan seorang ilustrator. Dan karena saya penulis cerita anak, maka pembahasannya lebih mengarah ke buku anak ya. Dan ini saya tulis sesuai dengan pengalaman menulis saya yang masih seuprit hehehe.
Inilah 5 Tahapan Penulis Bekerjasama dengan Ilustrator
Saat Naskah Diterima Penerbit
Pertama, saat naskah saya diacc oleh penerbit, maka hal yang termasuk dibicarakan adalah mencari ilustrator. Biasanya penerbit yang diwakili oleh seorang editor akan chat-chit dengan saya. Dan mereka akan memberi pilihan, ilustratornya mau dicarikan penerbit atau saya yang mencari.
Karena sejak awal saya menulis naskah saya sudah ada gambaran ilustrasinya, maka saya sudah bisa mengira-ngira seperti apa style ilustrasi di buku saya nanti. Dan jelas, ini tetap masuk dalam pembahasan dengan editor. Maka saya pun memberi gambaran-gambaran ilustrasi yang terbayang dalam benak saya. Nanti pastinya saya akan mendapat masukan dari sang editor.
Kalau misalnya saya minta tolong penerbit yang mencarikan ilustratornya, maka editor yang akan mengontak ilustrator yang sesuai. Nanti setelah dapat, editor akan memperlihatkan sampel-sampel ilustrasi dari para ilustrator yang sudah dikontak. Kalau belum pas, maka bisa cari atau kontak ilustrator baru.
Nah, kalau saya yang mencari ilustratornya, maka saya akan kontak ilustrator langsung. Misalnya saya sudah membayangkan style gambarnya seperti ini dan kebetulan saya kenal ilustrator itu. Atau kalau saya ingin mencari style lain, saya mencari kembali ilustrator lain dan itu bisa saya kepoin akun medsos teman-teman ilustrator.
Bisa juga, saya menbuka lowongan di media sosial. Postingannya berisi saya mencari ilustrator untuk buku saya dengan syarat bla-bla. Bila berminat, silakan email disertai contoh-contoh ilustrasi yang sudah pernah dibuat. Termasuk yang sudah dipakai untuk buku lain. Nah, dari situ, saya bisa memilih, mana yang pas dengan yang saya cari.
Saat Sudah Memilih Ilustrator
Tahap selanjutnya, setelah saya menentukan ilustrator yang sesuai, maka saya akan mengontak para ilustrator, dan mengabarkan kalau saya memilih mereka. Biasanya, saya meminta lagi beberapa contoh gambar. Ini nantinya akan saya perlihatkan pada editor juga untuk didiskusikan dan dipilih kembali.
Kalau misalnya saya meminta dibuatkan sampel dari cerita saya, maka saya harus membayarnya, soalnya sudah masuk hitungan 1 ilustrasi. Soalnya membuat 1 ilustrasi itu butuh waktu, tenaga dan lainnya, teman-teman.
Jadi perlu teman-teman ketahui, dalam satu buku cerita anak itu, bisa seorang menulis bekerjasama dengan 1 ilustrator saja, atau 1 penulis bisa bekerjasama dengan beberapa ilustrator. Dan biasanya opsi kedua ini, dipakai untuk buku yang di dalamnya ada beberapa cerita dengan tokoh berbeda. Jadi biar bervariasi. Sedangkan kalau 1 buku ada beberapa cerita dengan tokoh-tokoh yang sama, atau semacam serial, maka bagusnya 1 ilustrator, agar style-nya tidak berubah.
Saatnya Urusan Kerjasama
Tahap ketiga setekah pemilihan ilustrator, maka dibicarakan soal bentuk kerjasamanya. Jadi kerjasama antara penulis dan ilustrator dalam sebuah buku itu berbeda. Bahkan tiap penerbit bisa menerapkan kerjasama yang berbeda juga. Jadi kerjasama di dunia penerbitan buku fleksibel dan bisa disesuaikan ya, teman-teman.
Pertama, sistem kerjasama penulis dan ilustrator itu sistem royalti. Jadi penulis dan ilustrator akan sama-sama mendapat royalti. Misalnya royalti dari 1 buku 10 %, maka akan dibagi dua. Penulis 5 %dan ilustrator 5 %. Royalti ini akan dibayarkan dalam jangka waktu tertentu ya, teman-teman. Biasanya per 6 bulan. Jadi dalam setahun, 2 kali turun royalti.
Nantinya, baik penulis juga ilustrator, akan masing-masing menandatangani surat kontrak. Jadi begitu saatnya pembayaran, royalti akan masuk ke rekenig masing-masing. Bahkan kalau penulis dan ilustratornya sama dalam satu buku, tetap surat perjanjiannya dipisah.
Kedua sistem putus. Jadi penerbit membeli langsung seluruh ilustrasi yang sudah dibuat oleh ilustrator. Tapi nantinya, royalti penulis tidak akan 10 %. Tapi 5 % karena jatah 5 % sudah dipakai buat membayar ilustrator.
Nah, sistem kedua ini, biasanya dpakai untuk proyek 1 buku dengan beberapa cerita dan beberapa ilustrasi. Soalnya kalau pakai sistem royalti, bakal ribet baginya hehehe. Jadi penerbit langsung membayar harga per ilustrasi itu kepada penebit.
Misalnya, si A mengerjakan 1 cerita yang membutuhkan 5 ilustrasi. 3 gambar single dan 2 gambar spread. 1 gambar single harganya 100 ribu, dan 1 gambar spread 200 ribu. Jadi totalnya 3 gambar single seharga 300 ribu, ditambah 2 gambar spread (berpasangan) 400 ribu. Total 700 ribu.
Sistem kedua ini, juga diterapkan oleh studio gambar yang menaungi banyak ilustrator. Jadi sesuai pengalaman saya bekerjasama dengan sebuah studio, kerja mereka memang cepat dan on time. Janji setor seminggu, 6 hari sudah setor. Ini karena ilustrasinya dikerjakan secara ‘keroyokan’. Ada yang bain sket, ada yang warnain, sampai finishing. Makanya studio tidak mau sistem royalti, karena ribet. Mereka maunya beli putus. Pertimbangannya, agar hasilnya bisa segera dibagi rata hehehe.
Ketiga adalah penulis yang membayar ilustrator. Tetap.masuk jual putus. Jadi nantinya, penulis akan dapat royalti lebih besar dan penuh. Misalnya royaltinya 10 %, ya penulis dapat 10 %. Dan penulis bisa menerapkan sistem kerjasama ini baik untuk ilsutrator perorangan ataupun studio gambar. Sesuai kesepakatan saja.
Kerjasama sistem ini, penulis wajib gencar promo, agar bukunya laris manis. Semakin banyak terjual bukunya, kan semakin banyak royaltinya. Apalagi kalau sampai bisa cetak ulang berkali-kali hehehe.
O, iya, sekedar tambahan info, sistem ketiga ini bisa dibuat fleksibel juga. Misalnya seorang penulis menulis sebuah cerita. Setelah jadii, dia mencari seorang ilustrator untuk mengilustrasi ceritanya. Selesai, penulis membayar langsung seluruh ilustrasi.
Kini penulis sudah punya cerita lengkap dengan ilustrasinya. Maka penulis bisa menawarkan ke penerbit. Bisa sistem royalti, bisa juga sistem jual putus. Nanti hasilnya jual putus naskah, jadi hak sepenuh si penulis.
Saat Proses Buku
Setelah ilustrator terpilih, maka langkah selanjutnya jelas mengilustrasi naskah kita. Biar hasilnya sesuai, maka harus chat-chit, saling tik-tok agar ilustrasinya pas. Makanya biasaya penulis itu memberikan panduan ilustrasi pada ilustrator.
Bahkan sekarang bisa membuat grup khusus yang isinya editor, penulis dan ilsutrasi. Jadi kalaua da hal baru atau yang ingin dibicarakan bisa capat. Jangan sungkan untuk mengingatkan, bila ilustrator belum mengirimkan ilustrasi sesuai yang dijanjikan.
Tapi yang perlu diingat, penulis juga harus sabar, ya. Soalnya membuat ilustrasi itu lebih lama dan sulit dibandingkan menulis. Jadi dalam sehari penulis bisa membuat 10 cerita, ilustrator baru menegrjakan 1 cerita.
Jadi sabar dan berikan waktu yang sesuai. apalagi bila ilustrasinya banyak macam. Dari single dan spread. Ada lanscape, ada potroid. Apalagi kalau ilustrasinya manual. Makanya proses menerbitkan sebuah buku anak itu, lamanya ada di proses ilustrasinya. Jadi penulis dan ilustrator saling pengertian dan memahami. Kayak syair lagu, jangan ada dusta diantara kita hahaha.
Saat Buku Terbit
Setelah buku terbit, mau sistem kerjasama mana saja maka menurut saya nama ilustrator harus ada dicantumkan. Baik di kaver ataupun isi buku. Soalnya kadang saya lihat, ada buku yang tidak mencantumkan nama ilsutratornya. Padahal ilustrator dengan ilsutrasi cantiknya sudah ikut mendukung proses lahirnya sebuah buku.
Lalu saat buku sudah terbit, jangan lupa penulis dan ilustrator gencar promo bukunya. Soalnya walau sistemnya putus dan ilustrator tidak mendapat apa-apa lagi, tapi akan mendapatkan hal lain, yaitu menambah portofolio. Dengan promo, orang-orang akan lebih mengenal karyanya lagi.
Misalnya seorang ilustrator yang mengilustrasi untuk buku luar negeri. Biasanya ini dipakai sistem putus. Karena rajin promo, orang jadi tahu, oh.. si A keren ya, sudah go internasional. Maka Insya Allah job baru akan datang hehehe.
Nah, demikian 5 Tahapan Penulis Bekerjasama dengan Ilustrator. Sekali lagi ini saya tulis berdasarkan pengalaman menulis saya yang masih seuprit. Semoga bermanfaat ya. Dan.. terus semangat menulis dan mengilustasi. Salam...
Bambang Irwanto
Keren informasinya ini, mau ikutan memperlajari ah.
ReplyDeleteSilakan Mbak Naqi.
DeleteSemoga bermanfaat ya, Mbak.
Terima kasih sudah mampir, Mbak.
Ternyata si penulis juga perlu nyari ilustrator ya, saya kira kita tinggal serahin naskah lalu langsung jadi. Ternyata lumayan berproses agar mendapat hasil yg memuaskan
ReplyDeleteJadi sesuai sikonnya saja, Mbak Elva dan bisa dibuat lebih fleksibel. Ilustrator pun bisa dicarikan oleh penerbit.
DeleteDari dulu pengen nulis buku anak, tapi masih blm pede.. jadi terinspirasi nih mas.. tfs :)
ReplyDeleteAyo, semangat, Mbak Kartika.
DeleteSoalnya kan menulis cerita anak semuanya bisa dipelajari. Yang penting terus semangat dan konsisten.
Sudah punya sich beberapa cerita bahan buku anak, tapi masih bingung nyari ilustrator. nah, ketemu ini jadi tahu dech cara nyari ilustrator. Makasih ya stas sharingnya.
ReplyDeleteLangsung kirim saja naskahnya ke penerbit, Mbak Sugi.
DeleteKalau diacc naskahnya, nanti penerbit yang akan mencarikan ilustratornya.
Mas, emang masalah ikustrasi ini tanggung jawabnya penulis juga? Kirain penulis cukup memberikan text ilustrasinya, terusbyang membentuk team dari penerbitnya.
ReplyDeleteJadi felksibel, Mbak Ida.
DeleteBisa disesuaikan. Makanya di atas banyak opsi yang bisa ditempuh.
lumayan ribet juga ya mas, thanks infonya ya untuk dikemudian hari
ReplyDeleteProses menerbitkan buku memang panjang. Apalagi buku anak itu, biasanya lama di ilustrasinya.
Deletebisa lupa jalan ceritanya tapi gak bakal lupa gambar karakternya.Kerjasama penulis dan ilustrator jadi unik banget
ReplyDeleteUntuk buku anak, terutama yang memelurkan banyak ilustrasi, penulis dan ilustrator adalah pasangan sejati, Mbak Dona hehehe.
Deletewah ribet juga ya, belum sanggup kalo nulis dibuku, harus konsistennya ini, semangat
ReplyDeleteSemangat, Kak.
Deletekarena semuanya bisa dipelajari. Yang penting terus semangat dan konsisten.
Buku kumcer pertamaku dongeng afrizal ada ilustrasinya. Kenalan di medsos. Eh dia mau bikin.
ReplyDeleteAyo, tulis cerita lainnya, Mas Pring.
DeleteBener banget menulis itu kudu ada ilustrator, karena tujuan penulis juga mengajak membaca mengilustrasikan apa yang sedang dibaca
ReplyDeleteIlustrasi itu memperkuat cerita dan menambah minat membaca anak, Mbak Sevi.
DeleteSoalnya kadang dari pertama melihat gambarnya, anak-anak tertarik untuk membaca ceritanya.
Wah ternyata lumayan panjang proses pembuatan buku. Dan perlu kerjasama dengan berbagai pihak dengan baik ya. Tapi memang kalau buku anak wajib banget ada illustrasi biar lebih menarik
ReplyDelete