Hal -hal yang Membuat
Seseorang Tidak Berhasil Menjadi Penulis Cerita Anak-Menjadi penulis cerita anak sampai sekarang masih memikat. Apalagi buku-buku cerita anak masih terus mengeliat. Makanya banyak orang yang tertarik untuk ikutan menulis cerita anak.
Namun sayangnya, tidak sedikit yang gagal menjadi penulis cerita anak. Banyak yang berhenti di tengah jalan, lalu balik badan sebelum berhasil. Bahkan banyak yang berhenti menulis, saat belum berhasil mempublikasikan satu cerita anak. Banyak hal sebagai penyebabnya dan...
Dan memang kan, paling bagus itu melakukan hal-hal yang kita sukai. Kerana suka, makanya akan enjoy atau melaukan dengan senang hati.. Soalnya banyak dari awalnya suka atu hobi, nanti jadi passion. Bahkan akhirnya profesi.
Kayak saya yang awalnya suka membaca membaca cerita di majalah Bobo. Lalu lama kelamaan, dengan sendirinya muncul keinginan untuk belajar menulis. Dan karena saya suka melakukannya, maka saya bisa bertahan sampai sekarang.
Tapi dibedakan ya, teman-teman. Ada orang yang ikut-ikutan dan coba-coba menulis cerita anak. Ada juga, orang yang ikut-ikutan menulis cerita anak, tapi memang niat. Ini hasilnya akan berbeda, lho.
Orang yang ikut-ikutan menulis cerita anak, tapi niat, maka dia akan terus semangat belajar menulis sampai berhasil. Justru keberhasilan dari penulis lain, dijadikan semangat. Dan saat ada batu batu sandungan saat proses menulis, dia malah semakin tertantang untuk menaklukkannya.
Berbeda dengan orang yang ikut-ikutan menulis cerita anak, dan coba-coba. Karena sekedar ikut-ikutan dan coba-coba, maka saat proses menulis, dia tidak maksimal. Naskah masihbelum maksimal diolah, sudah dipaksakan dikirim ke media atau penerbit. Prinsipnya, ah.. namanya coba-coba. Lolos apa tidak, tidak masalah. Kan coba-coba.
Makanya saat ada teman yang bertanya, “Mas Baim, saya ingin menulis cerita anak. Tapi saya malas membaca cerita.”
Maka saya langsung menyarankan, sebaiknya tidak usah ikut menulis cerita anak. Tidak akan berhasil dan hanya akan membuang waktu saja.
Soalnya, yang suka membaca saja, belum tentu suka menulis. Tapi yang suka menulis pasti suka membaca. Karena dengan membaca, maka akan menambah referensi kita. Bisa menambah ide, mempelajari alur, memunculkan konflik, dan sabagainya.
Jadi penulis itu, termasuk penulis cerita, harus percaya diri dengan dirinya dan karyanya. Soalnya kalau kita sendiri tidak percaya diri dengan karya kita, lalu bagaimana menyakinkan orang lain untuk mau membaca karya kita.
Singkirkan semua perasaan semacam, Aduh.. saya kan newbie. Saingannya banyak. Nanti bagaimana kalau naskah saya tidak dibaca dan langsung dibuang di tong sampah blablabla...
Percayalah, yang semacam ini, akan membuat semangat menulis akan turun.
Padahal, semua penulis senior dan beken juga itu dari bawah. Selalu ada anak tangga pertama, sebelum sampai akhirnya sampai ke atas. Jadi percaya diri dengan diri dan naskah cerita. Soalnya kan, yang dinilai utama itu bukan personalnya dulu, tapi naskahnya yang dinilai.
O, iya, penulis yang tidak percaya diri, kadang malah julid dengan penulis lain. Misalnya, ah.. wajar dia dimuat terus. Sudah senior, banyak kenalan. Ah.. wajar dia menang lomba, sudah senior, karyanya banyak. Sedangkan saya apalah.. newbie hanya remahan rengginang.
Dan memang, karena menulis sudah lama, dan sudah menghasilkan banyak karya, maka nama akan mengikuti sendiri. Jadi terkenal, banyak penggemar. Maka hal inilah yang menyebabkan buku-bukunya terbit terus atau tulisannya banyak dimuat di media. Tapi kan untuk sampai tahap itu butuh proses.
Dan proses menulis itu sangat panjang dan lama. Tidak sehari dua hari, sebulan dua bulan. Bisa bertahun-tahun. Dan itulah yang saya rasakan selama ini.
Sekedar cerita saja, saya itu belajar menulis dari usia 15 tahun atau masih SMP. Karena saya belajarnya otodidak atau sendiri, maka prosesnya sangat panjang dan lama. Di usia 23 tahun, cerita pertama saya baru dimuat di majalah Bobo. Tapi karena saya menikmati setiap proses, maka proses menulis itu tidak terasa. Dan akhirnya indah pada waktunya.
Soalnya orang yang tidak mau menjalani proses menulis dan maunya langsung mendapatkan hasil, makanya rawan nih, terhjdi plagiat. Padahal plagiat itu adalah hal yang “haram” dilakukan dalam dunia menulis. Sekali melakukan plagiat, maka seperti menceploskan diri ke dalam lubang paling terdalam dan akan sudah bangkit lagi.
Nah itu dia hal-hal yang membuat seseorang tidak berhasil menjadi penulis cerita anak. Ini saya susun berdasarkan pengalaman menulis saya yang masih seuprit ya. Semoga bermanfaat. Dan bagi yang mau menonton videonya, bisa langsung mampir. Hanya maaf videonya masih amburadul ya hehehe.
Salam semangat menulis...
Namun sayangnya, tidak sedikit yang gagal menjadi penulis cerita anak. Banyak yang berhenti di tengah jalan, lalu balik badan sebelum berhasil. Bahkan banyak yang berhenti menulis, saat belum berhasil mempublikasikan satu cerita anak. Banyak hal sebagai penyebabnya dan...
Inilah hal-hal yang menyebabkan seseorang tidak berhasil menjadi penulis cerita anak :
Tidak Suka Dunia Anak
Saat memutuskan ingin menjadi seorang penulis cerita anak, maka hal utama adalah harus suka dulu dengan dunia anak. Soalnya kan yang akan ditulis itu adalah seputar dunia abak-anak. Mulai dari tokohnya, konfliknya, dan sebagainya. Jadi agak aneh, kalau ada orang yang ingn menjadi penulis cerita anak, tapi tidak suka dunia anak. Dan inilah hal utama yang menyebabkan seseorang tidak berhasil menjadi penulis cerita anak.Dan memang kan, paling bagus itu melakukan hal-hal yang kita sukai. Kerana suka, makanya akan enjoy atau melaukan dengan senang hati.. Soalnya banyak dari awalnya suka atu hobi, nanti jadi passion. Bahkan akhirnya profesi.
Kayak saya yang awalnya suka membaca membaca cerita di majalah Bobo. Lalu lama kelamaan, dengan sendirinya muncul keinginan untuk belajar menulis. Dan karena saya suka melakukannya, maka saya bisa bertahan sampai sekarang.
Ikut-ikutan dan Coba-Coba
Yang kedua, yang menyebabkan seseorang tidak ebrhasil menjadi penulis cerita anak adalah kaena ikut-ikutan dan coba-coba menulis cerita anak. Ini biasanya, karena melihat keberhasilan orang lain dalam menulis cerita anak. Misalnya teman itu ceritanya dimuat di majalah , lalu dapat honor. Atau melihat teman yang banyak menerbitkan buku, lalu banyak dapat royalti. Makanya langsung ingin ikut-ikutan dan coba-coba menulis cerita anak.Tapi dibedakan ya, teman-teman. Ada orang yang ikut-ikutan dan coba-coba menulis cerita anak. Ada juga, orang yang ikut-ikutan menulis cerita anak, tapi memang niat. Ini hasilnya akan berbeda, lho.
Orang yang ikut-ikutan menulis cerita anak, tapi niat, maka dia akan terus semangat belajar menulis sampai berhasil. Justru keberhasilan dari penulis lain, dijadikan semangat. Dan saat ada batu batu sandungan saat proses menulis, dia malah semakin tertantang untuk menaklukkannya.
Berbeda dengan orang yang ikut-ikutan menulis cerita anak, dan coba-coba. Karena sekedar ikut-ikutan dan coba-coba, maka saat proses menulis, dia tidak maksimal. Naskah masihbelum maksimal diolah, sudah dipaksakan dikirim ke media atau penerbit. Prinsipnya, ah.. namanya coba-coba. Lolos apa tidak, tidak masalah. Kan coba-coba.
Tidak Suka Membaca
Hal lain yang membuat seseorang tidak berhasil menjadi penulis cerita anak adalah... tidak suka membaca, termasuk tidak suka membaca cerita anak. Padahal menulis dan membaca itu pasangan sejati. Di setiap proses menulis, pasti ada yang harus membaca.Makanya saat ada teman yang bertanya, “Mas Baim, saya ingin menulis cerita anak. Tapi saya malas membaca cerita.”
Maka saya langsung menyarankan, sebaiknya tidak usah ikut menulis cerita anak. Tidak akan berhasil dan hanya akan membuang waktu saja.
Soalnya, yang suka membaca saja, belum tentu suka menulis. Tapi yang suka menulis pasti suka membaca. Karena dengan membaca, maka akan menambah referensi kita. Bisa menambah ide, mempelajari alur, memunculkan konflik, dan sabagainya.
Tidak Percaya Diri
Soal percaya diri ini, bisa menyebabkan seseorang tidak berhasil menjadi penulis cerita anak. Misalnya nih, sudah capek-capek menulis banyak cerita. Tapi karena tidak peecaya diri dengan diri dan naskahnya, maka naskah-naskah cerita itu tidak dikirim ke media atau penerbit. Tetap saja jadi penghuni abadi di folder laptop. Bisa juga sudah diprint, malah diumpetin di baah kasur hehehe.Jadi penulis itu, termasuk penulis cerita, harus percaya diri dengan dirinya dan karyanya. Soalnya kalau kita sendiri tidak percaya diri dengan karya kita, lalu bagaimana menyakinkan orang lain untuk mau membaca karya kita.
Singkirkan semua perasaan semacam, Aduh.. saya kan newbie. Saingannya banyak. Nanti bagaimana kalau naskah saya tidak dibaca dan langsung dibuang di tong sampah blablabla...
Percayalah, yang semacam ini, akan membuat semangat menulis akan turun.
Padahal, semua penulis senior dan beken juga itu dari bawah. Selalu ada anak tangga pertama, sebelum sampai akhirnya sampai ke atas. Jadi percaya diri dengan diri dan naskah cerita. Soalnya kan, yang dinilai utama itu bukan personalnya dulu, tapi naskahnya yang dinilai.
O, iya, penulis yang tidak percaya diri, kadang malah julid dengan penulis lain. Misalnya, ah.. wajar dia dimuat terus. Sudah senior, banyak kenalan. Ah.. wajar dia menang lomba, sudah senior, karyanya banyak. Sedangkan saya apalah.. newbie hanya remahan rengginang.
Dan memang, karena menulis sudah lama, dan sudah menghasilkan banyak karya, maka nama akan mengikuti sendiri. Jadi terkenal, banyak penggemar. Maka hal inilah yang menyebabkan buku-bukunya terbit terus atau tulisannya banyak dimuat di media. Tapi kan untuk sampai tahap itu butuh proses.
Tdak Mau Menikmati Proses Menulis
Selanjutnya, ini tidak kalah penting, hal yang menyebabkan seseorang tidak berhasil menjadi penulis cerita anak, yaitu tidak mau melalui proses menulis. Kalau ini sih, tidak hanya penulis ya, profesi apa saja butuh proses. Bahkan membuat mie instan pun ada prosesnya.Dan proses menulis itu sangat panjang dan lama. Tidak sehari dua hari, sebulan dua bulan. Bisa bertahun-tahun. Dan itulah yang saya rasakan selama ini.
Sekedar cerita saja, saya itu belajar menulis dari usia 15 tahun atau masih SMP. Karena saya belajarnya otodidak atau sendiri, maka prosesnya sangat panjang dan lama. Di usia 23 tahun, cerita pertama saya baru dimuat di majalah Bobo. Tapi karena saya menikmati setiap proses, maka proses menulis itu tidak terasa. Dan akhirnya indah pada waktunya.
Soalnya orang yang tidak mau menjalani proses menulis dan maunya langsung mendapatkan hasil, makanya rawan nih, terhjdi plagiat. Padahal plagiat itu adalah hal yang “haram” dilakukan dalam dunia menulis. Sekali melakukan plagiat, maka seperti menceploskan diri ke dalam lubang paling terdalam dan akan sudah bangkit lagi.
Nah itu dia hal-hal yang membuat seseorang tidak berhasil menjadi penulis cerita anak. Ini saya susun berdasarkan pengalaman menulis saya yang masih seuprit ya. Semoga bermanfaat. Dan bagi yang mau menonton videonya, bisa langsung mampir. Hanya maaf videonya masih amburadul ya hehehe.
Salam semangat menulis...
Kalau saya mungkin tidak percaya diri,
ReplyDeleteGaya bahasanya masih terlalu susah dan berat, sehingga anak-anak dijamin tidak paham dengan apa yang saya ceritakan