Walau Salah Kostum, Tetap Happy Menyusuri Goa Petruk Kebumen-Sebenarnya, tidak ada rencana sama sekali mau ke Goa Petruk Kebumen. Hari itu, setelah menyelesaikan tugas menulis dan membuat laporan job, saya bergegas ke kantor samsat buat bayar pajak motor saya. Memang sih, pajak motor saya tenggang 26 Agustus, tapi tidak apa saya bayar sekarang. Soalnya bulan Juni kemarin, saya lupa dan kelewat bayar pajak motor satunya hahaha. Untung dendanya tidak banyak.
Lima belas menit, saya sudah sampai di kantor samsat Gombong. Kebetulan dekat rumah, sih. Dan ternyata, hari itu tidak terlalu banyak orang yang membayar pajak. Jadi dari mengambil nomor antrean, sampai selesai proses bayar pajak motor, itu Cuma 15 menit.
Happy juga sih. Saya jadi punya banyak waktu. Apalagi saya memang berencana mau muter-muter dulu mencari spot foto. Makanya saya itu sengaja pakai baju batik habis pakai kondangan kemarinnya dipadu celana jins, bawanya juga tas selempang kecil dan tripod.
Tapi ternyata, tiba-tiba kok kepikiran mau pergi jauhan dikit. Apalagi lumayan sudah 2 minggu tidak cuci mata hehehe. Tapi kemana ya? Ke pantai sudah, ke bukit sudah. Jalan-jalan ke hatimu, kamu sudah dan saya sudah ada yang punya.. tsaaah hahaha.
Dalam perjalanan saya terus berpikir dan criiing... terpikir, kenapa saya tidak pergi ke goa saja ya? Apalagi Kebumen ini banyak wisata goa yang memikat. Misalnya, Goa Jatijajar dan Goa Petruk.
Akhirnya, saya memutuskan mau ke Goa Petruk saja. Kebetulan saya memang belum pernah ke sana. Apalagi saya pernah gagal masuk. Ceritanya sudah beli tiket, sudah ada pemandu, eh ada telpon dari rumah suruh pulang. Ada tugas negara mendadak hahaha.
Saya pun melajukan motor saya ke arah barat. Karena sudah tahu jalurnya, maka saya tidak pernah bertanya lagi. 1 jam kemudian, saya sudah sampai di lokasi wisata Goa Petruk.
Suasana agak sepi. Hanya tampak beberapa motor terparkir. Setelah parkir motor, saya pun menuju loket penjualan tiket. Hargan tiketnya 10 ribu termasuk parkir motor. Ibu penjaga loket langsung berkata, “Di dalam goa agak gelap ya, Pak! Jadi nanti dipandu. Bayarnya pemandu seikhlasnya saja."
O, iya. Namanya Goa Petruk, karena di dalam itu ada batu yang bentuknya mirip hidung Petruk, salah satu tokob pewayagan.
Saya pun bergegas masuk ke lokasi, sedangkan Ibu penjaga loket tadi mencari pemandu yang ternyata rumah di sekitar lokasi wisata. Jadi wisata Goa Petruk ini, memang dikitari oleh perumahan penduduk. Jadi lumayan ramai sih, di bagian depan Goa Petruk ini yang masuk wilayah Geopark Karangsambung -Karang Bolong Kebumen.
Tidak lama, Mas Budi yang akan memandu datang menghampiri saya. Karena saya datang sudah siang, sekitar pukul setengah 11, maka saya langsung mengajak Mas Budi menuju lokasi Goa Petruk. Jadi Goa Petruk itu adanya di atas. Untuk menuju ke sana, harus menaiki anak-anak tangga yang kata mas Budi jumlahnya sekitar 300 anak tangga. Wow... kuat tidak, ya? Soalnya tadi pas berangkat, saya makannya Cuma sedikit hahaha.
Anak-anak tangganya adalah coran dan luas, tapi lumayan juga sih, apalagi bagi saya yang sudah tidak muda belia ceria lagi hahaha. Tapi kayaknya saya memang harus lebih rajin olahraga lagi hehehe.
Walau agak ngos-ngosan dan beberapa kali berhenti, tapi saya happy. Apalagi sepanjang perjalanan, pemandangannya sangat indah. Saya pun sudah menanti lokasi mana yang akan saya pakai foto. Misalnya curug dan pohon winong.
Setelah meniti kurang lebih 300 anak tangga, akhirnya saya dan Mas Budi tiba di depan Goa Petruk. Sebelum masuk, Mas Budi menyiapkan lampu petromax untuk penerangan kami. Sambil menunggu, saya pun melihat-lihat sekitar mulut Goa Petruk. Sebenarnya bagus, hanya banyak lumutnya. Jadi tampak hitam. Tapi menurut Mas Budi, batu-batu di dalam tetap berwarna putih.
Setelah lampu petromax siap, Mas Budi mengajak saya masuk. Dan benar, masuk ke Goa Petruk ini wajib ditemani pemandu. Soalnya gelap sekali di dalam. Makanya selain petromax, Mas Budi juga membawa lampu senter kepala. Selain itu, banyak jalanan bercabang. Jadi kalau nekat masuk sendiri, dijamin bisa nyasar hahaha.
Dengan mengucapkan Bismillah, juga doa, dan permisi-permisi dulu, saya pun mengikuti langkah mas Budi masuk ke dalam Goa Petruk. Baru sebentar masuk saja, saya sudah disajikan berbagai model bentuk batu yang membuat saya berdecak kagum. Soalnya baru seumur-umur lihat bentuk-bentu batu seperti itu.
Dan benar kata Mas Budi, di dalam goa, batunya beragam dan putih. Saya pun langsung minta bantuan Mas Budi untuk difoto. Voilah, sepanjang saya ngebolang, inilah proses foto paling menantang. Mas Budi itu, selain harus pegang kamera, juga harus pegang lampu petromax.
Mas Budi pun terus mengajak saya menyusuri goa Petruk. Walau berkali-kali hampir tergelincir, tapi saya semakin bersemangat. Dan saya pun semakin terkagum-kagum dengan bentuk batu-batu yang terbentuk secara alami dan berlangsung selama berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus tahum. Dan itu batunya benarnya-benar mirip dengan namanya. Misalnya batu usus, batu otak, batu bunga kuncup, batu singa putih, dan lainnya.
Pokoknya sangat banyak. Bahkan saat saya bertanya, berapa jumlah batu yang ada di dalam Goa Petruk, Mas Budi tidak bisa menyebutkan. Pokoknya sesuai imajinasi saja. Dan memang benar masuk ke sini main imajinasi maisng-masing. Misalnya ada batu tanpa nama. Tapi menurut saya itu batu mirip bentuk pulau kalimantan.
Batu-batu dalam Goa Petruk ini memang masih sangat alami. Sepanjang jalan, saya terus merasakan tetes-tetes air dari atas. Dan jelas ini akan terus terjadi pembentukan stalkit secara alami. Jadi sayang banget kalau sampai dirusak oleh tangan-tangan jahil. Soalnya menurut Mas Budi, dalam setahun hanya bertambah 0,03 sentimeter.
Menurut Mas Budi, Goa Petruk ini memiliki kedalaman 700 meter. Hanya sayang, saya hanya bisa menjelajah 350 meter saja. Soalnya itu tadi, saya salah kostum. Apalagi tidak dilengkapi perlengkapan standar. Padahal untuk terus lanjut, harus melewati lubang kecil dengan air dibawahnya.
Selain berbagai bentuk batu, di dalam goa petruk juga banyak sendang atau kolam kecil. Jadi sesekali saya bisa membasuh wajah, tangan dan kaki. Bahkan, ada aliran air dari atas yang bisa diminum. Airnya enak, seperti air mineral. Dan sebenarnya, saya pengin berendam di sana juga hahaha.
Akhirnya perjalanan saya berakhir di lokasi batu Semar. Bentuknya memang mirip si Semar. Lalu di mana batu hidung petruknya? Ada di atas. Hanya sayang sekali, untuk ke sana tidak memungkinkan, karena celah lumayan kecil. Apalagi saya Salah kostum. Insya Allah mau ke sini lagi.
Sebelum pulang, loksdi terakhir adalah... footoooo di.. Batu Payudara hahaha. Dan di lokasi inilah jujur saya ingin ketawa ngakak, tapi langsung saya tahan. Apalagi jelas ada tulisannya “Dilarang Menyentuh”. Maaf ya teman-teman. Bukan berniat porno hehehe.
Selepas tengah hari, saya dan Budi meninggalkan Goa Petruk dan turun. Seperti niat saya tadi, saya pun tidak lupa mengambil foto di sekitar Goa Petruk, termasuk di depan goa. Hasilnya bagus sih. Ini karena goa Petruk indah di dalam, indah di luar.
Sejujurya, saya senang sekali menyusuri Goa Petruk ini. Soalnya baru pertama kali masuk ke dalam goa seperti ini. Baru pertama kali melihat batu-batu yang terbentuk secara alami. Masya Allah. Tidak henti-henti saya mengucapkan kekaguman akan kekuasaan Allah.
Hanya sayangnya saya salah kostum tadi. Malah kata Ibu Penjaga loket, “Iya, harusnya Bapak pakai baju merah, ungu atau biru. Jadi perpaduan warna baju dengan batu bagus sekali. Kalau pakai batik sih, mau ke kondangan, Pak!” hahaha.. benar banget kata Ibu tadi.
Dan pas saya mau meninggalkan parkiran, saya kok iseng buka bagasi motor saya. Owalah.. di dalam bagasi ada t-shirt dan celana pendek. Duh.. kok tadi ga periksa dulu sih sebelum masuk hahaha. Ya sudahlah, yang penting kelihatan batu-batu cantiknya. Modelnya kan hanya pemanis saja hahaha. Dan karena masih siang, saya pun lanjut ke Goa Jatijajar yang letaknya tidak terlalu jauh dari Goa Petruk.
Bambang Irwanto
Lima belas menit, saya sudah sampai di kantor samsat Gombong. Kebetulan dekat rumah, sih. Dan ternyata, hari itu tidak terlalu banyak orang yang membayar pajak. Jadi dari mengambil nomor antrean, sampai selesai proses bayar pajak motor, itu Cuma 15 menit.
Happy juga sih. Saya jadi punya banyak waktu. Apalagi saya memang berencana mau muter-muter dulu mencari spot foto. Makanya saya itu sengaja pakai baju batik habis pakai kondangan kemarinnya dipadu celana jins, bawanya juga tas selempang kecil dan tripod.
Tapi ternyata, tiba-tiba kok kepikiran mau pergi jauhan dikit. Apalagi lumayan sudah 2 minggu tidak cuci mata hehehe. Tapi kemana ya? Ke pantai sudah, ke bukit sudah. Jalan-jalan ke hatimu, kamu sudah dan saya sudah ada yang punya.. tsaaah hahaha.
Dalam perjalanan saya terus berpikir dan criiing... terpikir, kenapa saya tidak pergi ke goa saja ya? Apalagi Kebumen ini banyak wisata goa yang memikat. Misalnya, Goa Jatijajar dan Goa Petruk.
Akhirnya, saya memutuskan mau ke Goa Petruk saja. Kebetulan saya memang belum pernah ke sana. Apalagi saya pernah gagal masuk. Ceritanya sudah beli tiket, sudah ada pemandu, eh ada telpon dari rumah suruh pulang. Ada tugas negara mendadak hahaha.
Saya pun melajukan motor saya ke arah barat. Karena sudah tahu jalurnya, maka saya tidak pernah bertanya lagi. 1 jam kemudian, saya sudah sampai di lokasi wisata Goa Petruk.
Suasana agak sepi. Hanya tampak beberapa motor terparkir. Setelah parkir motor, saya pun menuju loket penjualan tiket. Hargan tiketnya 10 ribu termasuk parkir motor. Ibu penjaga loket langsung berkata, “Di dalam goa agak gelap ya, Pak! Jadi nanti dipandu. Bayarnya pemandu seikhlasnya saja."
O, iya. Namanya Goa Petruk, karena di dalam itu ada batu yang bentuknya mirip hidung Petruk, salah satu tokob pewayagan.
Saya pun bergegas masuk ke lokasi, sedangkan Ibu penjaga loket tadi mencari pemandu yang ternyata rumah di sekitar lokasi wisata. Jadi wisata Goa Petruk ini, memang dikitari oleh perumahan penduduk. Jadi lumayan ramai sih, di bagian depan Goa Petruk ini yang masuk wilayah Geopark Karangsambung -Karang Bolong Kebumen.
Tidak lama, Mas Budi yang akan memandu datang menghampiri saya. Karena saya datang sudah siang, sekitar pukul setengah 11, maka saya langsung mengajak Mas Budi menuju lokasi Goa Petruk. Jadi Goa Petruk itu adanya di atas. Untuk menuju ke sana, harus menaiki anak-anak tangga yang kata mas Budi jumlahnya sekitar 300 anak tangga. Wow... kuat tidak, ya? Soalnya tadi pas berangkat, saya makannya Cuma sedikit hahaha.
Anak-anak tangganya adalah coran dan luas, tapi lumayan juga sih, apalagi bagi saya yang sudah tidak muda belia ceria lagi hahaha. Tapi kayaknya saya memang harus lebih rajin olahraga lagi hehehe.
Walau agak ngos-ngosan dan beberapa kali berhenti, tapi saya happy. Apalagi sepanjang perjalanan, pemandangannya sangat indah. Saya pun sudah menanti lokasi mana yang akan saya pakai foto. Misalnya curug dan pohon winong.
Setelah meniti kurang lebih 300 anak tangga, akhirnya saya dan Mas Budi tiba di depan Goa Petruk. Sebelum masuk, Mas Budi menyiapkan lampu petromax untuk penerangan kami. Sambil menunggu, saya pun melihat-lihat sekitar mulut Goa Petruk. Sebenarnya bagus, hanya banyak lumutnya. Jadi tampak hitam. Tapi menurut Mas Budi, batu-batu di dalam tetap berwarna putih.
Setelah lampu petromax siap, Mas Budi mengajak saya masuk. Dan benar, masuk ke Goa Petruk ini wajib ditemani pemandu. Soalnya gelap sekali di dalam. Makanya selain petromax, Mas Budi juga membawa lampu senter kepala. Selain itu, banyak jalanan bercabang. Jadi kalau nekat masuk sendiri, dijamin bisa nyasar hahaha.
Dengan mengucapkan Bismillah, juga doa, dan permisi-permisi dulu, saya pun mengikuti langkah mas Budi masuk ke dalam Goa Petruk. Baru sebentar masuk saja, saya sudah disajikan berbagai model bentuk batu yang membuat saya berdecak kagum. Soalnya baru seumur-umur lihat bentuk-bentu batu seperti itu.
Dan benar kata Mas Budi, di dalam goa, batunya beragam dan putih. Saya pun langsung minta bantuan Mas Budi untuk difoto. Voilah, sepanjang saya ngebolang, inilah proses foto paling menantang. Mas Budi itu, selain harus pegang kamera, juga harus pegang lampu petromax.
Mas Budi pun terus mengajak saya menyusuri goa Petruk. Walau berkali-kali hampir tergelincir, tapi saya semakin bersemangat. Dan saya pun semakin terkagum-kagum dengan bentuk batu-batu yang terbentuk secara alami dan berlangsung selama berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus tahum. Dan itu batunya benarnya-benar mirip dengan namanya. Misalnya batu usus, batu otak, batu bunga kuncup, batu singa putih, dan lainnya.
Pokoknya sangat banyak. Bahkan saat saya bertanya, berapa jumlah batu yang ada di dalam Goa Petruk, Mas Budi tidak bisa menyebutkan. Pokoknya sesuai imajinasi saja. Dan memang benar masuk ke sini main imajinasi maisng-masing. Misalnya ada batu tanpa nama. Tapi menurut saya itu batu mirip bentuk pulau kalimantan.
Batu-batu dalam Goa Petruk ini memang masih sangat alami. Sepanjang jalan, saya terus merasakan tetes-tetes air dari atas. Dan jelas ini akan terus terjadi pembentukan stalkit secara alami. Jadi sayang banget kalau sampai dirusak oleh tangan-tangan jahil. Soalnya menurut Mas Budi, dalam setahun hanya bertambah 0,03 sentimeter.
Menurut Mas Budi, Goa Petruk ini memiliki kedalaman 700 meter. Hanya sayang, saya hanya bisa menjelajah 350 meter saja. Soalnya itu tadi, saya salah kostum. Apalagi tidak dilengkapi perlengkapan standar. Padahal untuk terus lanjut, harus melewati lubang kecil dengan air dibawahnya.
Selain berbagai bentuk batu, di dalam goa petruk juga banyak sendang atau kolam kecil. Jadi sesekali saya bisa membasuh wajah, tangan dan kaki. Bahkan, ada aliran air dari atas yang bisa diminum. Airnya enak, seperti air mineral. Dan sebenarnya, saya pengin berendam di sana juga hahaha.
Akhirnya perjalanan saya berakhir di lokasi batu Semar. Bentuknya memang mirip si Semar. Lalu di mana batu hidung petruknya? Ada di atas. Hanya sayang sekali, untuk ke sana tidak memungkinkan, karena celah lumayan kecil. Apalagi saya Salah kostum. Insya Allah mau ke sini lagi.
Sebelum pulang, loksdi terakhir adalah... footoooo di.. Batu Payudara hahaha. Dan di lokasi inilah jujur saya ingin ketawa ngakak, tapi langsung saya tahan. Apalagi jelas ada tulisannya “Dilarang Menyentuh”. Maaf ya teman-teman. Bukan berniat porno hehehe.
Selepas tengah hari, saya dan Budi meninggalkan Goa Petruk dan turun. Seperti niat saya tadi, saya pun tidak lupa mengambil foto di sekitar Goa Petruk, termasuk di depan goa. Hasilnya bagus sih. Ini karena goa Petruk indah di dalam, indah di luar.
Sejujurya, saya senang sekali menyusuri Goa Petruk ini. Soalnya baru pertama kali masuk ke dalam goa seperti ini. Baru pertama kali melihat batu-batu yang terbentuk secara alami. Masya Allah. Tidak henti-henti saya mengucapkan kekaguman akan kekuasaan Allah.
Hanya sayangnya saya salah kostum tadi. Malah kata Ibu Penjaga loket, “Iya, harusnya Bapak pakai baju merah, ungu atau biru. Jadi perpaduan warna baju dengan batu bagus sekali. Kalau pakai batik sih, mau ke kondangan, Pak!” hahaha.. benar banget kata Ibu tadi.
Dan pas saya mau meninggalkan parkiran, saya kok iseng buka bagasi motor saya. Owalah.. di dalam bagasi ada t-shirt dan celana pendek. Duh.. kok tadi ga periksa dulu sih sebelum masuk hahaha. Ya sudahlah, yang penting kelihatan batu-batu cantiknya. Modelnya kan hanya pemanis saja hahaha. Dan karena masih siang, saya pun lanjut ke Goa Jatijajar yang letaknya tidak terlalu jauh dari Goa Petruk.
Bambang Irwanto
Wah.. Batu-batunya keren banget, mas. Ada satu nama batu yang membuat saya penasaran. Batu yang tidak boleh disentuh itu, hehe
ReplyDeleteHahaha.. iya, Mas. Dan itu bentuk batunya memang mirip. Ada sih fotonya, hanya sengaja tidak saya posting. Biar semakin penasaran hahaha.
Deletekenapa ya kalau aku masuk gua suka sesak nafas, jd suak deg2an kalau masuk gua
ReplyDeleteMemang, Mbak Tira. Dan itu wajar. Soalnya di dalam goa kan kadang pengap. Jadi perlu diperhatikan juga yang suka sesak napas atau mungkin asma.
DeletePakai batik bisa juga ya buat menelusuri goa, tapi fotonya keren2 pak, apalagi memang bagus banget batu2 didalam goa, belum pernah nih masuk2 ke goa, jadi pengen ikutan juga.
ReplyDeleteSebenarnya, ini sekalian satu paket bisa juga ya, Mbak Selvi. Promo wisata goa batik plus batik hahaha. Dan memang, Mbak, kalau wisata ke goa bajunya harus pas, termasuk perlengkapan juga.
DeleteYuk, dolan ke Kebumen Mbak. dan lihat langsung keindahan di dalam goa Petruk.
Wahh serem mas goa nya..
ReplyDeleteMerinding saya klo ternyata nyasar di situ.
Bukan takut hantu, eh iya takut jugak sih, tapi takut sama binatang2 melata yg keknya banyak di situ...
Tapi takut lah hanya kepada Allah ya mas, bukan pada polisi lalu lintas..
Eh apa coba
Karena itu disarankan memang pakai pemandu, Mbak. jadi selain lebih aman, kita juga bisa bertanya seputar seluk beluk goa dan batu-batuannya. Kalau jalan sendiri, saya juga pasti nyasar hehehe.
DeleteWow... pakai outfit batik ke Goa Petruk. Menurutku sih enggak salah kostumlah he..he..he... malah kelihatan unik dan menarik. Jarang-jarang kan ke goa pakai batik. anti mainstream malah. Keren mas... lanjutkan!
ReplyDeleteMemang benar juga ya, Mas Erfano. Apalagi kalau warna baju batiknya merah, jadi memang menyatu dengan warna goanya hehehe. Terima kasih, Mas Erfano.
DeleteBebatuan di guanya bikin speechless saya..eh tiketnya murmer bangets, pemandunya seikhlasnya pula.
ReplyDeleteJujur saya baru tahu Gua Petruk dari artikel ini, Mas. Kalau Jatijajar sering, dulu pas kecil juga pernah diajak ortu ke situ.
Semoga nanti bisa lebih berkembang lagi dan banyak yang datang. Sehingga sarana dan prasarana diperbaiki termasuk ketersedian pencahayaan yang lebih memadai.
Iya, Mbak Dian. Soalnya batu-batuannya masih alami sekali.
DeleteDan Goa Petruk ini tidak jauh dari Jatijajar, Mbak. Jadi nanti harus mampir, Mbak Dian.
Bagus2 banget ya batunya. Atau fotografernya canggih heheh.. ngeri juga ya mad klo masuk smpe 750m. Merinding. Kadang wisata alam gini suka bikin deg2an dan jadi banyak berdoa.
ReplyDeleteIya, Mbak Kartika. Batu-batuannya keren semua dan masih alami.
DeleteKalau soal foto, itu hanya pakai kamera hape, Mbak. Hanya mungkin karena batu-batuannya sudah mendukung.
wuah saya belum pernah ke kebumen nih mas. beneran informatif sekali ulasannya mas. btw, apa gak kepanasan pake bati begitu pergi ke goa mas? luarbiasa gak nyaman sepertinya ya mas. tapi mas tetap totalitas tanpa batas ambil foto nya ya. terbukti dokumentasinya bagus-bagus mas
ReplyDeleteSoalnya ini memang tidak sengaja dan tidak ada rencana sebelumnya, Mbak. Jadi pas habis bayar pajak motor langsung kepikiran hehehe. Padahal pas saya buka bagasi motor, owalah... ternyata ada t-shirt dan celana pendek, Mbak hahaha.
Deleteeksotis bener ya mas, tapi rada ekstrim ya sepertinya jalur wisatanya, bisa untuk keluarga kah?
ReplyDeleteKalau untuk wisata di sekitar goa, bisa untuk keluarga, karena pemandangan bagus juga. hanya untuk masuk goa, mungkin tidak bisa semua orang. Jadi yang fisiknya kuat dan fit saja, untuk menjaga segala kemungkinan.
DeleteEmangnya mesti pakai kostum apa pak supaya bisa sampai ke ke kedalaman 700 meternya? Kaus atau gmn gtu? hehe
ReplyDeleteTrus di sana disediakan peralatan atau kita sendiri yang mesti bawa?
Saya jarang wisata gua, sekali doank pas di Pacitan dulu hehe. Jadi pengen deh berwisata goa lagi :D
yang nyaman itu, pakai kaos dan celana pendek, Mbak April. Untuk yang berhijab bisa pakai lenging.
DeleteNah, sayang pas saya ke sana tidak disinggung masalah peralatan, Mbak. Hanya memang untuk wisata goa seperti ini dan mau masuk lebih ke dalam, harus lengkap, misalnya pakai baju pelampung itu dan helm.
Lucu-lucu ya bentuk batu-batunya. Memang keindahan gua ada pada bentuk batu-batuan bentukan alam... Saya pernah susur gua pindul di Gunung kidul. Itu guanya ada aliran sungainya, jadi kita menikmati dalam gua pakai ban yg saling ditalikan... Seru tapi serem juga..
ReplyDeleteIya, Mbak Sapti. Pesona batu-batunya memang memikat. Nah, di sini ada susur goa seperti itu, Mbak. Di Goa Barat. Jadi di sana, memang dialiri sungai sepanjangnya. Terus ada juga air tenjun di dalam goa. Seru kalau ramai-ramai.
Deletespot-spotnya keren, tapi sayang pak karena salah kostum. Harusnya jangan pake jins dan batik haha...
ReplyDeletetapi tetap tetap keren pak
Iya, Mas Ilham. Soalnya, sebelumnya tidak ada rencana mau ke sini. Makanya salah kostum hahaha.
DeleteAku udh pernah nih ke gua petruk huhu sudah banyak ornamen yang mati. Btw,better kalau bukan kepentingan penelitian,jangan pegang apapun ya mas 😢😢😢😢
ReplyDeleteTapi tetap masih banyak yang hidup, Mbak. Hanya memang prosesnya lama. jadi diharapkan pengunjung jangan sampai merusak.
DeleteEh perasaan saya dah komen de di sini..
ReplyDeleteKok ndak da yaa... 😔
Keren-keren batunya,saya sudah pernah ke Goa Petruk tapi hanya di depan saja, ha, ha...
ReplyDelete