Menulis Itu Gampang. Lalu yang Susah Apanya, ya? - Ada yang bilang menulis itu gampang. Cuma
duduk sebentar depan laptop, maka tulisan yang diinginkan selesai. Dan memang
banyak orang yang seperti itu. Saking mudahnya menulis, maka menulisnya cepat
selesai, dan banyak juga tulisan yang dihasilkan. Akhirnya, semakin banyak
tulisan yang bisa dikirim, dipublikasikan dan mendapat uang.
Lalu yang membuat menulis susah itu di bagian mananya, ya?
Saya coba telurusi ya, sesuai pengalaman menulis saya yang masih seuprit. Dam ternyata penyebab dasarnya ada 3. Kalau 3 ini bisa dilewati, Insya Allah proses menulis jadi gampang.
Saya coba telurusi ya, sesuai pengalaman menulis saya yang masih seuprit. Dam ternyata penyebab dasarnya ada 3. Kalau 3 ini bisa dilewati, Insya Allah proses menulis jadi gampang.
Susah Diprosesnya
Menulis itu gampang. Ya, kalau sudah biasa menulis, maka
akan cepat, mudah, dan menyenangkan. Dapat ide, dikembangkan, ditulis selesai.
Nah, semua itu butuh proses menulis yang panjang.
Kesimpulannya adalah yang susah prosesnya. Untuk menulis
cepat, mudah, dan menyenangkan itu prosesnya sangat lama. Tidak sekarang ingin
menulis, besok langsung bisa. Tidak bisa cara instan. Malah makanan instan saja
perlu proses memasak atau membuat dulu.
Nah, proses menulis yang panjang ini, yang banyak orang
tidak mampu melewatinya. Padahal proses menulis itu step by step (uuuuh...
beibe hehehe). Tidak ada dari anak tangga pertama, langsung sampai ke atas.
Faktor Penyebab
Kegagalan Diproses
Ada faktor yang
menyebabkan seseorang gagal dalam proses menulisnya. Padahal di sinilah
kuncinya. Nah apa saja itu.
Pertama, tidak
sabar menikmati proses. Maunya baru belajar menulis sudah ingin tulisannya
dimuat di media atau diterbitkan dalam bentuk buku. Memeangnya menulis itu sim
salabim atau abrakadabra hehehe.
Tidak sabar inilah yang sangat rawan. Makanya sering sekali akan
cepat tergoda ikutan audisi berbayar yang nanti iming-imingnya tulisannya
diterbitkan dalam buku. Padahal hanya antologi dan kemasanny seadanya.
Bahkan paling parah, tergoda untuk plagiat tulisan orang.
Padahal plagiat adalah "haram hukumnya" dalam dunia menulis. Sekali
melakukan, sama saja menjerumuskan diri sendiri ke lubang paling dalam.
Jadi cara terbaik adalah mau tidak mau harus menikmati
setiap proses menulis yang panjang dengan senang hati, dan biarkan semua indah
pada waktunya. Apalagi di setiap proses menulis, selalua da pelajaran yang
keren dalam dunia menulis/
Yang kedua yang
menghambat proses menulis karena terlalu mengikuti rasa malas. Sudah dapat ide,
tapi kok nulisnya malas. Besok saja ah... nanti saja ah... padahal baru
diproses dari dapat ide sampai ditulis. Belum lanjut ke proses-proses lainnya.
Ini belum lanjut proses selesai ditulis, harus diedit lagi,
dibaca lagi, self editing lagi. Kalau proses di sini sudah sering terhambat,
maka progres menulis dijamin jalan di tempat. Sejatinya, proses menulis harus
terus berlanjut, bahkan menyesusaikan dengan perkembangan waktu.
Padahal, dunia menulis itu, progresnya sangat cepat. Lengah
sedikit saja, maka langsung akan terlibas dengan lainnya. Termasuk ide-ide
segar dan menarik yang awalny duluan didapat, karena telat dieksekusi, akhirnya
dieksekusi teman lain. Tinggal gigit jari atau nangis di bawah pohon tauge.
Duh.. itu kan dulu sama dengan ideku.
Makanya menjaga semangat menulis itu wajib. Dan semangat
menulis itu 99 % dari diri sendiri. 1 % dari luar. Apalagi zaman now belajar
menulis, termasuk membangun semangat menulis lebih mudah. Misalnya banyaknya grup-grup menulis di media
sosial.
Faktor ketiga
yang sering menghambat adalah sejak awal masuk dunia menulis karena
ikut-ikutan. Melihat teman lain karyanya dimuat di media, kepengin. Teman ada
karyanya diterbitkan kepengin juga. Tapi tidak disertai dengan poin pertama dan
kedua di atas.
Makanya hasilnya ya begitu-begitu saja. Gagal menulis 1
tulisan tidak apa-apa, kan coba-coba. Akhirnya akan segera balik badan dan
tidak akan menulis lagi.
Padahal, ingin punya tulisan yang dimuat atau dibukukan
seperti teman lain itu sudah awal yang bagus. Asalkan disertai poin 1 dan 2.
Malah akan sangat maksimal, karena terus semangat menulis, sampai akhirnya
tulisannya dimuat atau diterbitkan.
Nah itu dia ulasan singkat mengenai menulis itu gampang.
Lalu yang susah di mana? Ini saya tulis sesuai pengalaman menulis saya yang
masih seuprit ya. Semoga bisa bermanfaat, dan membuat teman-teman semakin
semangat menulis.
Salam semangat menulis.
Bambang Irwanto
mencerahkan sekali ya mas
ReplyDeleteAlhamdulillah, Mbak Tanti.
DeleteAyo, terus semangat menulis, Mbak.
Qiqiqiq, benerrr banget Kak!
ReplyDeleteYuk yuk semangaaatt menulis dan menebarkan virus cinta nulis dan baca yeayy!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Ayo, terus semangat menulis, Mbak Nurul.
DeleteYang susah di bagian malas, ya Allah tutup muka, nanti nanti akhirnya deadline lewat, gagal, padahal ide sudah adaa,
ReplyDeleteKira-kira obat malas ada gak ya mas xixixi
Obat malas ya harus dilawan dengan semangat menulis, Mbak.
ReplyDeleteJadi kalau terus semangat menulis... maka bye..bye malas hahaha.
Tidak sabar menikmati proses, bener banget.
ReplyDeleteBeberapa teman blogger japri kok dah ngeblog belum ada hasilnya. Wah, padahal kalau dinikmati prosesnya enggak akan terasa bakal tuai hasilnya. Terus berproses, belajar dari kesalahan dan meningkatkan kualitas diri agar bisa menulis lebih baik lagi.
Nah, betul sekali, Mbak Dian.
DeleteSaya juga itu, jujur saja awalnya ngeblog karena lihat teman-teman yang berhasil. Jadi pengin merasakan juga. Lalu saya segera sadar diri, dan akhirnya ngeblog dibawa enjoy. Alhamdulillah sudah menikmati manisnya ngeblog, Mbak hehehe.
Yang ke dua saya masih mengalaminya hehehe. Sehingga nulispun kadang masing mepet2 dead line. Tapi sekalinya mood bagus bisa nulis cepat dan mengalirr..
ReplyDeleteMemang banyak teman juga yang mengalami hal itu, Mas. Tapi untuk Mas Andik ini, nulis karena memang belum dapat ide. Tapi yang maksud di atas, sudha dapat ide, masih saja menunda menulis hehehe.
DeleteRasa malas memang harus dihilangkan biar menulis tidak terhambat, sama jangan pegang hape terus biar fokusnya gak terpecahkan hihi
ReplyDeleteBenar sekali, Mbak.
DeleteSegera singkirkan rasa malas. Kelar tulisan satu, bisa lanjut tulisan lainnya.
Rasa malas ini kadang susah banget di hilangkan. Sering kejadian udh dapet ide mau buka laptop tp tanggung Lg ngerjain kerjaan yg lain. Nulis di notebook dlu akhirnya tentang poin nya . Giliran sudah semangaaat ngerjain nya buka laptop setengah jam mau mulai kata pertama aja susah nya minta ampun kalau otak lagi mentok.
ReplyDeleteSaya biasa ngedraf dulu di hape, Mbak. Nanti setelah poin-poinnya saya tulis, tinggal dikembangkan saat buka laptop. Jadi tidak terlalu lama duduk tampan rupawan depan laptop, Mbak hehehe.
DeleteTerus semangat menulis, Mbak Yulia.
Saya banget ini yg bagian hambatan menulisnya, Mas. Suka menunda. Makanya buku soloku terbengkalai. Ada 2 judul, blm jadi². Akhirnya antologi lg yg terbit, wkwk. Menulis mmg butuh konsistensi tinggi. Sampai sakit akutu 2 minggu kemaren gak bs nulis deh jadinya, hohoho
ReplyDeleteAyo, Mbak Mia. Segera lanjutkan. Jangan ditunda terus. Soalnya kalau sudah mulai menulis, dan terus, maka akan susah berhentinya.
DeleteKalo saya yang susah itu kata2 awalnya, karena susah dapet jadi males. Begitu seterusnya. Akhirnya nggak jadi2 nulis, hehe.. Makanya aku kadang suka Cari inspirasi, salah satu nya dengan blogwalking kayak gini nih.
ReplyDeleteKalau masih draf, tidak apa, Mbak. Tulis saja apa yang ada di kepala. Nanti setelah jadi, ada waktunya self editing. Nah, saat itu biasa akan disesuaikan lagi jadi kalimat-kalimat yang menarik.
Deletesaya itu kesulitan menulis dengan gaya kekinian. Bahasa diartikel saya kok udah tuaaa banget yak wkkk faktor umur kali ye
ReplyDeleteSoal usia tidak masalah, Mbak Dona. Mbak Dona bisa banyak-banyak membaca artikel kekinian. Karena kadang ada permintaan tulisan disesuaikan. Jadi kita harus fleksibel mengikuti. Tapi tetap tidak menghilangkan gaya menulis kita yang asli.
DeleteSetuju mas, menulis itu gampang sebenarnya. Aku punya cerita, murid di club sastraku awal ikutan susah banget buat nulisnya. Satu cerita bisa berbulan-bulan. Setiap pertemuan cuma nambah satu paragraf. Di situ saya merasa sedih.
ReplyDeleteTapi karena kegigihannya, sekarang sekali duduk dia bisa menyelesaikan setengah ceritanya dengan mudah. Satu cerita bisa selesai dalam waktu beberapa hari. Salut akuh. Banyak muridku yang begitu. Ada juga yang terpental karena ikut ikutan temannya ha..ha...
Memang, Mas Erfano. Itulah proses menulis, dan saya pun mengalaminya.
DeleteJadi dulu itu satu cerita bisa 2 minggu. Seiring proses menulis, saya sekali duduk, bisa kelar satu cerita dengan waktu 30 menit. Hahaha... gaya benar saya ini.
ya memang begitu, keteguhan hati dan niat yang membuat para penulis bisa bertahan. termasuk mungkin pak Bams :D
ReplyDeleteBenar, Mas Ilham. Dengan terus menulis, maka proses menulis jadi lebih mudah, cepat, dan menyenangkan.
DeleteKarenna terus menulis, akhirnya cinta dan candu pada menulis. Akhirnya tak bisa berhenti menulis hehehe. Semangat, Mas.
yang susah itu memulainya wkwkwk..
ReplyDeleteDua mingguan kemarin habis sakit, benar benar harus bedrest. Begitu mulai buat postingan baru lagi, duh kok susah bener ya? Pas satu postingan jadi, terus dibaca lagi, malah gak puas sama tulisan sendiri. Hmm..apa efek lama gak nulis?
Ini kuncinya harus memulai kembali. Jadi mulai dengan mambaca artikel lagi atau tulisan-tulisan. Selanjutnya mulai menulis. tidak apa pelan-pelan dulu. Tapi tetap memperhatikan kondisi kesehatan juga. Soalnya baru pulih dari sakit. Jangan sampai dipaksakan menulis, jadi sakit lagi.
DeleteAku setuju banget jika menulis itu mudah. Yang susah ya di proses. Banyak yang menggebu2 semangtnya saat memulai. Eh, giliran proses, aduduh capek.aku kayak gini nih pak. Hahaha... Tip dong
ReplyDeleteBenar, Mbak Malica. Proses itulah yang menentukan, seseorang berhasil atau tidak dalam menulis. Terus semangat menulis, Mbak Malica.
ReplyDeleteSaya sendiri baru bisa istiqomah menulis akhir-akhir ini saja. ternyata memang menulis itu butuh konsentrasi yang tinggi. kadang kalau ada ide muncul lalu gak sempat menulis biasanya saya rekam suara saya di handphone, nanti ketika ada waktu untuk di depan laptop baru deh rekaman saya putar ulang dan saya tulis.
ReplyDeletesekarang juga ada fasilitas voice to text, jadi kita tinggal ngomong aja nanti otomatis tulisan akan terketik sendiri di handphone. sangat menghemat waktu.