Makanya, hukum alamnya adalah memberi dan menerima. Tapi yang akan saya ulas dari sudut pandang sayakali ini adalah memberi. Kalau saya lebih suka menggunakan kata “BERBAGI”, dibandingkan memberi. Kesannya lebih halus hehehe. Ini menurut saya ya.
Namun terkadang, sesuai pengalaman saya, ada hal-hal yang bisa membuat melemah semangat berbagi. Nah, apa saja itu?
Saya yang kasih info, kok malah dia yang dapat?
Ini cerita. Saat saya pertama kali merantau di Jakarta, saya mengontrak di rumah petak. Nah, tetangga saya itu, adiknya baru datang ke Jakarta dan mencari pekerjaan. Sebut saja namanya Flamboyan hahaha. Dia juga suka bertanya pada saya mengenai lowongan pekerjaan.
Nah, waktu itu, saya pun masih kerja serabutan. Makanya tiap minggu saya beli koran untuk mencari lowongan baru. Kebetulan pas ada lowongan di sebuah makanan cepat saji yang terkenal. Saya pun memberi tahu lowongan itu pada Flamboyan. Maka saya dan Flamboyan ikut mendaftar.
Eh.. ternyata yang diterima Flamboyan. Saya gigit jari. Lalu ada teman yang bilang, “Kenapa kamu kasih tahu lowongan pada Flamboyan. Kalau tidak, pasti kamu yang lolos.”
Dulu saya berpikiran juga seperti itu. Tapi itu dulu, seiring waktu, saya selalu percaya, tiap manusia kan rezekinya sudah diatur oleh-NYA. Jadi mungkin rezeki Flamboyan lewat saya. Jangan sampai hal ini melemahkan semangat berbagi saya.
Makanya sekarang, kalau saya mengalami hal seperti di atas, saya santai saja. Misalnya sekarang banyak info job. Saya bagi ke seorang teman. Dia yang diterima, saya tidak. Atau ada info menulis, saya bagi ke teman. Dia yang lolos saya tidak.
Saya percaya, hidup itu ada timbal baliknya. Saya memberi info ke teman A, maka saya akan mendapat info dari teman B. Dan terbukti, teman lain misalnya memberi tahu info menulis, saya ikut, dan lolos. Teman lain memberi tahu info job buzzer, saya ikut dan lolos.
Kok, dia Tdak Berterima kasih?
Sudah ditolong kok tidak terima kasih, ya? Pertanyaan seperti ini dulu sering saya tanyakan sendiri pada diri saya. Padahal dia itu sudah bertanya panjang lebar soal menulis yang cukup menyita waktu. Padahal kalau dipakai buat menulis, sudah kelar. Lalu setelah selesai, tiba-tiba menghilang dari chat hahaha.
Di atas itu hanya salah satu contoh. Lainnya pasti banyak. Dan yang sudah kita “Beri Sesuatu”, lalu lupa mengucapkan terima kasih, bisa melemahkan semangat berbagi. Dan akhirnya, lama-lama akan disama ratakan. Jadi misalnya si A yang lupa berterima kasih, pas si B dan C bertanya, kita sudah malas menjawabnya.
Kalau saya mensiasatinya simpel saja. Setiap orang kan, karakternya berbeda. Si A tabiatnya lupa berterima kasih, tapi si B, si C, si D, dan lainnya kan, tidak. Jadi jangan disamaratakan. Soalnya akan menutup rezeki sendiri. Saya tidak mau berbagi, maka otomatis orang lain tidak akan berbagi sama saya.
Jadi saya menandai saja. Kalau si A tidak berterima kasih, maka saya tandai saja. Kapan dia datang bertanya lagi, maka saya tidak perlu menjawab dan menghabis waktu. Lebih baik meladeni pertanyaan teman yang tau berterima kasih. Dan menurut saya wajar sih, kalau orang sudah memberi sesuatu pada orang lain maka dia berhak mendapatkan ucapan terima kasih.
Uuh.. Kacang lupa kulitnya!
Banyak orang yang sudah diberi sesuatu, lalu lupa. Dan ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Kadang bisa menimbulkan rasa sakit hati. Dan pastinya melemahkan semangat untuk berbagi.
Si Flamboyan dari cerita di atas juga begitu. Setelah kerja dan gajinya lumayan, dia lupa pada saya. Bahkan kalau pas bertemu saat mompa air, dia diam saja. Padahal waktu ngurus surat ini itu, dan sebagainya, saya temani.
Lain lagi cerita di dunia maya. Ada beberapa teman yang dulunya itu baru belajar menulis. Pada rajin inbox saya tanya ini itu, panjang x lebar, dari Sabang sampai Merauke. Terus kadang waktunya suka-suka dia. Mau menjelang tidur juga dia inbox hahaha. Tapi setelah bisa menulis, ceritanya dimuat, bukunya ada, saya malah diunfollow.
Awalnya kaget. Kok begitu? Soalnya tidak bisa dipungkiri, dia bisa sampai begitu, karena ada jasa saya juga. Apalagi saya berbaginya tulus ikhlas, dan gratis. Padahal saya juga tidak pernah minta jatah uang bakso hahaha.
Tapi itu dulu... Sekarang santai. Kalau saya terus memikirkan dan mengingat apa yang saya berikan kepada orang lain, malah tidak berkah. Soal dia sudah lupa dan unfollow saya, itu soal masa pertemanan saja. Kan pertemanan tidak bisa dipaksakan.
Jangan tanyakan siapa-siapa begitu? Karena walau tak berteman, saya tetap menjaga nama baik mereka. Kuncinya jangan terus memikirikan satu orang yang melupakan kita, tapi pikirkan orang-orang yang masih mengingat kita. Dengan begitu, semangat berbagi akan terus berjalan.
Bagaimana mau berbagi, Saya saja pas-pas!
Berbagi itu tidak selama dengan materi. Non materi juga bisa. Dan sesuai pengalaman saya, saya memang lebih banyak berbagi lewat non materi. Makanya ada ungkapan, jangan menunggu kaya dulu, baru mau berbagi.
Seperti yang saya tuliskan di atas, setiap orang mempunyai lebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi saling membutuhkan. Contoh sederhana berbagi info yang bermanfaat bagi orang lain yang akan pahala bagi kita. Termasuk berbagi lewat tulisan kan...
Tapi saya selalu percaya, apa yang saya bagikan, akan kembali pada saya juga. Misalnya nih, suatu hari saya itu pergi dan kebetulan lewat penjual buah. Saya ingin beli salak. Eh, kok dompet lupa, tapi di kantong celana ada uang 20 ribu.
Pas ngantre, ada Bapak yang meminta sedekah. Akhirnya saya kasih uang 20 ribu itu, lalu pulang. Ternyatam sampai di rumah, ada dua kantong salak dari tetangga. Kebetulan saudaranya datang dan bawa sekarung salak hasil panen. Masya Allah.. langsung dibayar tunai oleh-NYA.
Intinya, berbagi itu indah, menyenangkan, dan membawa bahagia. Baik bagi yang memberi, juga yang menerima. Jadi singkirkan segera hal-hal yang bisa melemahkan semangat berbagi kita. Agar kita terus berbagi dan membawa berkah.
Semoga tulisan yang saya bagikan ini bermanfaat ya, teman-teman. Sekali lagi, ini saya tulisa sesuai pengalaman pribadi. Jadi bila ada perbedaan, anggaplah warna-warni kehidupan. Selamat berbagi, teman-teman...
Bambang Irwanto
Namun terkadang, sesuai pengalaman saya, ada hal-hal yang bisa membuat melemah semangat berbagi. Nah, apa saja itu?
Saya yang kasih info, kok malah dia yang dapat?
Ini cerita. Saat saya pertama kali merantau di Jakarta, saya mengontrak di rumah petak. Nah, tetangga saya itu, adiknya baru datang ke Jakarta dan mencari pekerjaan. Sebut saja namanya Flamboyan hahaha. Dia juga suka bertanya pada saya mengenai lowongan pekerjaan.
Nah, waktu itu, saya pun masih kerja serabutan. Makanya tiap minggu saya beli koran untuk mencari lowongan baru. Kebetulan pas ada lowongan di sebuah makanan cepat saji yang terkenal. Saya pun memberi tahu lowongan itu pada Flamboyan. Maka saya dan Flamboyan ikut mendaftar.
Eh.. ternyata yang diterima Flamboyan. Saya gigit jari. Lalu ada teman yang bilang, “Kenapa kamu kasih tahu lowongan pada Flamboyan. Kalau tidak, pasti kamu yang lolos.”
Dulu saya berpikiran juga seperti itu. Tapi itu dulu, seiring waktu, saya selalu percaya, tiap manusia kan rezekinya sudah diatur oleh-NYA. Jadi mungkin rezeki Flamboyan lewat saya. Jangan sampai hal ini melemahkan semangat berbagi saya.
Makanya sekarang, kalau saya mengalami hal seperti di atas, saya santai saja. Misalnya sekarang banyak info job. Saya bagi ke seorang teman. Dia yang diterima, saya tidak. Atau ada info menulis, saya bagi ke teman. Dia yang lolos saya tidak.
Saya percaya, hidup itu ada timbal baliknya. Saya memberi info ke teman A, maka saya akan mendapat info dari teman B. Dan terbukti, teman lain misalnya memberi tahu info menulis, saya ikut, dan lolos. Teman lain memberi tahu info job buzzer, saya ikut dan lolos.
Kok, dia Tdak Berterima kasih?
Sudah ditolong kok tidak terima kasih, ya? Pertanyaan seperti ini dulu sering saya tanyakan sendiri pada diri saya. Padahal dia itu sudah bertanya panjang lebar soal menulis yang cukup menyita waktu. Padahal kalau dipakai buat menulis, sudah kelar. Lalu setelah selesai, tiba-tiba menghilang dari chat hahaha.
Di atas itu hanya salah satu contoh. Lainnya pasti banyak. Dan yang sudah kita “Beri Sesuatu”, lalu lupa mengucapkan terima kasih, bisa melemahkan semangat berbagi. Dan akhirnya, lama-lama akan disama ratakan. Jadi misalnya si A yang lupa berterima kasih, pas si B dan C bertanya, kita sudah malas menjawabnya.
Kalau saya mensiasatinya simpel saja. Setiap orang kan, karakternya berbeda. Si A tabiatnya lupa berterima kasih, tapi si B, si C, si D, dan lainnya kan, tidak. Jadi jangan disamaratakan. Soalnya akan menutup rezeki sendiri. Saya tidak mau berbagi, maka otomatis orang lain tidak akan berbagi sama saya.
Jadi saya menandai saja. Kalau si A tidak berterima kasih, maka saya tandai saja. Kapan dia datang bertanya lagi, maka saya tidak perlu menjawab dan menghabis waktu. Lebih baik meladeni pertanyaan teman yang tau berterima kasih. Dan menurut saya wajar sih, kalau orang sudah memberi sesuatu pada orang lain maka dia berhak mendapatkan ucapan terima kasih.
Uuh.. Kacang lupa kulitnya!
Banyak orang yang sudah diberi sesuatu, lalu lupa. Dan ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Kadang bisa menimbulkan rasa sakit hati. Dan pastinya melemahkan semangat untuk berbagi.
Si Flamboyan dari cerita di atas juga begitu. Setelah kerja dan gajinya lumayan, dia lupa pada saya. Bahkan kalau pas bertemu saat mompa air, dia diam saja. Padahal waktu ngurus surat ini itu, dan sebagainya, saya temani.
Lain lagi cerita di dunia maya. Ada beberapa teman yang dulunya itu baru belajar menulis. Pada rajin inbox saya tanya ini itu, panjang x lebar, dari Sabang sampai Merauke. Terus kadang waktunya suka-suka dia. Mau menjelang tidur juga dia inbox hahaha. Tapi setelah bisa menulis, ceritanya dimuat, bukunya ada, saya malah diunfollow.
Awalnya kaget. Kok begitu? Soalnya tidak bisa dipungkiri, dia bisa sampai begitu, karena ada jasa saya juga. Apalagi saya berbaginya tulus ikhlas, dan gratis. Padahal saya juga tidak pernah minta jatah uang bakso hahaha.
Tapi itu dulu... Sekarang santai. Kalau saya terus memikirkan dan mengingat apa yang saya berikan kepada orang lain, malah tidak berkah. Soal dia sudah lupa dan unfollow saya, itu soal masa pertemanan saja. Kan pertemanan tidak bisa dipaksakan.
Jangan tanyakan siapa-siapa begitu? Karena walau tak berteman, saya tetap menjaga nama baik mereka. Kuncinya jangan terus memikirikan satu orang yang melupakan kita, tapi pikirkan orang-orang yang masih mengingat kita. Dengan begitu, semangat berbagi akan terus berjalan.
Bagaimana mau berbagi, Saya saja pas-pas!
Berbagi itu tidak selama dengan materi. Non materi juga bisa. Dan sesuai pengalaman saya, saya memang lebih banyak berbagi lewat non materi. Makanya ada ungkapan, jangan menunggu kaya dulu, baru mau berbagi.
Seperti yang saya tuliskan di atas, setiap orang mempunyai lebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi saling membutuhkan. Contoh sederhana berbagi info yang bermanfaat bagi orang lain yang akan pahala bagi kita. Termasuk berbagi lewat tulisan kan...
Tapi saya selalu percaya, apa yang saya bagikan, akan kembali pada saya juga. Misalnya nih, suatu hari saya itu pergi dan kebetulan lewat penjual buah. Saya ingin beli salak. Eh, kok dompet lupa, tapi di kantong celana ada uang 20 ribu.
Pas ngantre, ada Bapak yang meminta sedekah. Akhirnya saya kasih uang 20 ribu itu, lalu pulang. Ternyatam sampai di rumah, ada dua kantong salak dari tetangga. Kebetulan saudaranya datang dan bawa sekarung salak hasil panen. Masya Allah.. langsung dibayar tunai oleh-NYA.
Intinya, berbagi itu indah, menyenangkan, dan membawa bahagia. Baik bagi yang memberi, juga yang menerima. Jadi singkirkan segera hal-hal yang bisa melemahkan semangat berbagi kita. Agar kita terus berbagi dan membawa berkah.
Semoga tulisan yang saya bagikan ini bermanfaat ya, teman-teman. Sekali lagi, ini saya tulisa sesuai pengalaman pribadi. Jadi bila ada perbedaan, anggaplah warna-warni kehidupan. Selamat berbagi, teman-teman...
Bambang Irwanto
Alhamdulillah merantau bikin makin mendewasa ya.
ReplyDeleteIn syaa Allah akan banyak amal jariyahnya, salah satunya dari si Flamboyan :)
Iya, Mbak. Merantau itu banyak sekali pelajaran hidup buat bekal hidup selanjutnya.
DeleteIndahnya ya berbagi, bener banget mas berbagi gak kudu nunggu kaya dulu, berbagi bisa banyak cara ya dari sekecil apapun dan percaya akan kebaikan berbagi akan semua akan berbalik ke kita
ReplyDeleteBenar sekali, Mbak Maliha. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita panen. jadi terus semangat berbagi
DeleteBerbagi memang tdk pernah rugi ya Kak.
ReplyDeleteKuyy, semangat berbagi kebaikan
https://bukanbocahbiasa(dot)com
Iya, Mbak Nurul. Semakin ke sini, saya pun makin memahami makna berbagi.
DeleteAh, bener banget yang di share mas bambang. Itulah kejamnya syetan ya. Padahal berbagi itu banyak manfaatnya.
ReplyDeleteIya, Mbak Dyah. Jadi kita harus selalu positif thinking, Mbak. Agar berbagi bisa jalan terus hehehe.
DeleteBerbagi info sama dengan berbagi rejeki ya ... Asal ikhlas ya ... Lillahi Ta'alla Semoga Rejekinya akan selalu bertambah.
ReplyDeleteBenar sekali, Mbak. Jadi nanti, rezeki kita akan terbuka dari info orang lain.
DeleteMas Bambang, kali ini tulisannya bukan tentang jalan-jalan dan casting syuting ya.. Kali ini beneran reminder yang membuat saya merasa bahagia. Melulu memang ketika berbagi, gak harus dapet dari orang yang kita bagi. Kadang melalui tangan oranglain. Saya sering merasakan nikmat ini, dan lagi kadang bukan materi, namun terkadang lebih bernilai dari sekedar materi. Nice reminder mas. Love it so much
ReplyDeleteSoalnya sudah mulai hujan, Mbak Jadi jalan-jalannya dikurangi dulu hahaha.
DeleteIya, Mbak. berbagi indah, menyenangkan dan membawa bahagia.
Kok aku seneng baca ini ya..jadi pengingat diri. Ikutan senang juga apalagi bagian hantaran salak #eh
ReplyDeleteTapi bener, kalau berbagi bikin hepi karena berkali-kali saya sudah dapat bukti.
Trims sudah berbagi juga kisahnya dalam tulisan ini ya, Mas Bambang
Iya, Mbak Dian. Pokoknya saya sudah sering, langsung dibayar tunai oleh Allah SWT. Membuat saya semakin yakin, apa yang kita tanam,itulah yang akan kita panen.
DeleteAku suka dengan kata rezeki itu sudah diatur olehNya, memang sedih juga sih bacanya tadi, aku juga pernah kok merasakannya. Tapi kan kita juga udah dapat pahala besar dengan memberikan bantuan.
ReplyDeleteBetul, Mbak. Rezeki orang lain, tapi memang lewat kita. Tapi Insya Allah akan diganti oleh Allah SWT.
DeleteTulisannya benar benar menginspirasi, mas. Dulu aku ngalamin ketemu teman yang udah habis habisan dibantu tapi bukannya terima kasih malah menusuk dari belakang. Dulu kesal banget tapi sekarang kalau mengalami kejadian serupa sudah lebih legowo.
ReplyDeleteBicara berbagi, berbagi like dan komentar di ig, fb atau blog juga masuk hitungan berbagi he..he...
Keren mas atas tulisan inspiratifnya.
Kalau orang tipe seperti itu, memang harus dihindari ya, Mas. Dan fokus pada orang-orang baik di sekitar kita. Tapi biasanya, nanti dia akan kena ganjarannya juga, Mas hehehe.
DeleteMakjleb bener saya baca postingan ini setelah seharian full baca postingan travelling. Thanks yaa Mas, sudah saling mengingatkan.
ReplyDeleteSaya malah biasanya posting jalan-jalan, Mbak hahaha.
DeleteSama-sama, Mbak. terima kasih sudah mampir.
Bener pak, rejeki ga bakal kemana, ceuk orang Sunda mah "rejeki moal pahili" yang artinya rejeki gak bakal tertukar. Jadi woles aja, pengalaman saya juga agak mirip apa yang diulas pak bam's. Sukses selalu pak.
ReplyDeleteIya, Mbak Ilman. Ibaratnya pedagang di pasar saja ya, Mas. Jualan sama, tapi tetap ada rezeki masing-masing. Aaamin, Mas. Sukses juga untuk Mas Ilman.
Deletesaya suka pendekatan dalam tulisan ini pak, sederhana tapi ngena ke pembaca.
ReplyDeleteAlhamdulillah bila pas tulisannya ya, Mas.
DeleteSaya pun makin bahagia.
Serasa seperti nostalgia zaman dulu juga kakak,aku dulu juga merasa seperti itu dan sekarang seneng berbgai
ReplyDeleteiya, Mbak. Ini juga flashback dari pengalaman sebelumnya. Dan justru itu yang jadi pengalaman dan semakin menempa diri kita ya.
DeletePak Bambang tulisannya kalem nih. Tapi nabok juga. Hahaha.. Tapi benar juga sih kita memberi pasti akan ada balasannya. Mungkin nggak langsung ya. Bisa nanti atau bisa juga apa yang kita dapat lebih besar dari yang kita berikan ke orang lain. Cocok bnget buat reminder nih, Pak
ReplyDeleteBenar, Mbak Malica. Makanya jangan sampai turun semangat berbagi, karena semua akan indah pada waktunya.
DeleteJangan pernah lelah berbagi. Saya percaya saat kita berbagi, kita akan dupertemukan dengan banyak orang baik berkali lipat.
ReplyDeleteSetuju, Mas. Karena masih banyak orang-orang baik di sekitar kita, yang membuat kita semangat terus berbagi.
DeleteSaya setuju tuh dengan tulisan mas, kalo berbagi itu indah, menyenangkan dan membawa kebahagian untuk kita dan orang lain. Sebaliknya dengan berbagi semua apa-apa yg kita punya malah akan bertambah. 😊
ReplyDeleteBenar sekali, Mbak Idah.
DeleteWalau punya sedikit, tapi berbagi, akan berkah dan bisa bertambah lagi.
Wah jadi reminderku nih, yuk ah semangat berbagi & ingat jgn pernah mengharapkan imbalan, aplg maunya cepat, belajar ikhlas ya berarti
ReplyDeleteIya, Mbak Belgie. Saat berbagi, lupakan pahala. Ikhlas wajib, Karena semua sudah 'imbalan' yang lain bagi kita.
DeleteTerima kasih Pak Bambang telah berbagi melalui tulisan ini.
ReplyDeleteIntinya memang kita tak perlu lagi tersugesti dengan hal-hal receh yang kadang membuat semangat kita jadi lemah. Terus berbagi kebaikan saja setiap hari karena niscaya kebaikan akan menghampiri kita juga*
Sama-sama, Mas Maidy.
DeleteIya, Mas. Kita wajib terus berpikiran positif.
Bener banget ketika sudah berbuat kebaikan jangan lagi diingat-ingat. Doain aja berkah buat orang itu. Thanks remindernya...
ReplyDeleteBenar, Mbak Desy. Kalai diingat-ingat terus, jadinya tidak berkah ya, Mbak.
DeleteSama-sama, Mbak Desy.
Keren mas pemikirannya. Kdg secara tdk lgsg kita suka minta pamrih yaa.. pengennya sih ikhlas tp kok kdg suka susah. Boleh nih buat reminder aku juga..
ReplyDelete