Menyusuri Jejak Pejuangan di Monumen Perjuangan 45 Kemit Karanganyar Kebumen - Namanya Momumen Perjuangan 45, tapi orang-orang lebih sering menyebutnya Monumen Tugu Kemit. Bahkan pas saya google, yang muncul memang Monumen Tugu Kemit. Letaknya memang di daerah Kemit.
Bila teman-teman melewati jalan Nasional III Kemit Karanganyar Kebumen, pasti akan melihat monumen Perjuangan 45 ini. Letaknya di sisi kanan jalan bila teman-teman dari Gombong ke Kebumen. Sebaliknya kalau teman-taman dari Kebumen menuju Gombong, maka berada di sisi kiri.
Saya sebenarnya sudah sangat sering melewati monumen ini. Bahkan pernah menjepret dari kejauhan. Hanya sengaja mampir dan melihat detailnya belum sempat. Maklumlah.. banyak job syuting dan pemotretan hahaha gaya benar saya ini.
Makanya, setelah berburu jajanan langka di pasar Pereng Kali, saya sengaja menyempatkan ke Monumen perjuangan 45 ini. Apalagi memang jarak antara Pasar Pereng Kali dan monumen Perjuangan 45 sangat dekat. Hanya sekitar 300-400 meter. Naik motor.. seeeeeer.. 5 menit sampai hehehe.
Matahari hangat menyambut saya begitu sampai di depan monumen. Keadaan sekitar sepi, walau jalan raya tetap ramai kendaraan. Soalnya jalan Nasional III ini memang jalan lintas propinsi. Jadi mau ke Yogya, Purworejo, Magelang, Semarang, sampai Surabaya lewat sini. Sedangkan jalur menuju daerah barat seperti Purwokerto, Cilacap, Banyumas, dan lainnya.
Setelah memarkir motor, saya pun bergegas melihat-lihat sekitar monumen Tugu Kemit yang diresmikan pada tanggal 19 Desember 1974 oleh Bupati Kebumen Bapak Supeno Soerjodiprodjo. Monumen ini sendiri dirancang dan dibuat oleh Bapak Teguh Twan, seorang pelukis dan pemahat yang merupakan lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia tahun 1960.
O, iya Monumen Tugu Kemit ini didirikan untuk memperingati pertempuran yang terjadi antara tentara pelajar indonesia melawan pasukan tentara Belanda yang berlangsung di tempat ini. Waktu itu, Belanda melanggar perjanjian Linggarjati dengan melewati batas wilayah indonesia yang dibatasi oleh kali Kemit. Makanya tidak jauh dari monumen, ada jembatan yang di bawahnya adalah kali kemit. Di sana juga ada tugu.
Monumen Tugu Kemit ini terdiri dari landasan. Penopangnya berbentuk segiempat memanjang yang kedua sisinya terdapat relief yang memggambarkan perjuangan. Setelah itu ada bentuk cawan yang di atasnya ada dua patung pejuang. Lalu di sekeliling monumen ada patok berbentuk bambu runcing yang terbuat dari semen lalu pakai rantai. Tampak juga di 4 sisi ada lampu sorot. Hanya saya tidak bisa memastikan apa.kalau malam berfungsi.
Di puncak monumen, ada dua patung pejuang. Satu patung sedang berdiri sambil memegang bambu runcing, sedangkan satupatung setengah terduduk. Jadi ini menggambarkan seorang pejuang yang melindungi temannya yang sedang terluka.
Saya pun melihat-lihat dulu dari sisi depan. Di depannya tampak 3 prasasti. Pertama, ada prasasti yang bertuliskan “KURELAKAN JIWA RAGAKU UNTUK BANGSAKU , GUGUR SATU TUMBUH SERIBU”.
Sepertinya prasti ini dibuat untuk menandakan bahwa Monumen Perjuangan 45 ini pernah dipugar pada 6 Oktober 2006
Lalu Prasasti di bawahnya tentang Bapak Teguh Twan sebagai perancang dan pelaksana terciptanya Monumen Pejuangan 45 ini. Sedangkan di bawahnya, prasasti saat diresmikan tahun 1974
Lalu di kedua sisi penopang ada relief bernuansa hijau yang menggambarkan perjuangan melawan pasukan belanda dulu. Relief yang bercerita itu, sukses membuat mata saya jadi berembun. Saya membayangkan betapa beratnya perjuangan dulu. Sedangkan saya, sekarang enak tinggal menikmati.
Sayangnya, monumen ini harus segera dibenahi kembali. Terutama cat-nya harus segera diperbaharui, karena sudah memudar dan mengelupas. Lalu beberapa bagian pagar tembok ada yang retak.
Yang bikin sedih, beberapa tulisan tak pantas ada di bagian monumen. Makanya, saya sengaja tidak samarkan fotonya, biar tulisan tidak bermoral di Monumen Tugu Perjuangan 45 terlihat jelas. Agar nanti bisa segera diperbaiki.
Setelah puas melihat Monumen Perjuangan 45, saya pun memutuskan untuk ke arah jembatan Kemit. Untuk lebih lengkap acara jalan-jalan kali ini, saya pun menyambangi kali kemit yang letaknya tidak jauh dari Monumen Perjuangan 45.
Benar, di salah satu sisi jembatan yang menghadap utara, ada tugu. Lalu di kedua sisinya ada bendera merah putih. Saya tercenung sejenak, membayangkan dulu pastinya di sini terjadi pertempuran yang merengut banyak nyawa.
Menyusuri jejak perjuangan dari Monumen sampai tugu Pejuangan 45 Kemit ini, membuat saya semakin tersadar. Seharusnya saya harus banyak-banyak bersyukur dengan nikmat kemerdekaan yang saya rasakan saat ini.
Bambang Irwanto
Bila teman-teman melewati jalan Nasional III Kemit Karanganyar Kebumen, pasti akan melihat monumen Perjuangan 45 ini. Letaknya di sisi kanan jalan bila teman-teman dari Gombong ke Kebumen. Sebaliknya kalau teman-taman dari Kebumen menuju Gombong, maka berada di sisi kiri.
Saya sebenarnya sudah sangat sering melewati monumen ini. Bahkan pernah menjepret dari kejauhan. Hanya sengaja mampir dan melihat detailnya belum sempat. Maklumlah.. banyak job syuting dan pemotretan hahaha gaya benar saya ini.
Makanya, setelah berburu jajanan langka di pasar Pereng Kali, saya sengaja menyempatkan ke Monumen perjuangan 45 ini. Apalagi memang jarak antara Pasar Pereng Kali dan monumen Perjuangan 45 sangat dekat. Hanya sekitar 300-400 meter. Naik motor.. seeeeeer.. 5 menit sampai hehehe.
Matahari hangat menyambut saya begitu sampai di depan monumen. Keadaan sekitar sepi, walau jalan raya tetap ramai kendaraan. Soalnya jalan Nasional III ini memang jalan lintas propinsi. Jadi mau ke Yogya, Purworejo, Magelang, Semarang, sampai Surabaya lewat sini. Sedangkan jalur menuju daerah barat seperti Purwokerto, Cilacap, Banyumas, dan lainnya.
Setelah memarkir motor, saya pun bergegas melihat-lihat sekitar monumen Tugu Kemit yang diresmikan pada tanggal 19 Desember 1974 oleh Bupati Kebumen Bapak Supeno Soerjodiprodjo. Monumen ini sendiri dirancang dan dibuat oleh Bapak Teguh Twan, seorang pelukis dan pemahat yang merupakan lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia tahun 1960.
O, iya Monumen Tugu Kemit ini didirikan untuk memperingati pertempuran yang terjadi antara tentara pelajar indonesia melawan pasukan tentara Belanda yang berlangsung di tempat ini. Waktu itu, Belanda melanggar perjanjian Linggarjati dengan melewati batas wilayah indonesia yang dibatasi oleh kali Kemit. Makanya tidak jauh dari monumen, ada jembatan yang di bawahnya adalah kali kemit. Di sana juga ada tugu.
Monumen Tugu Kemit ini terdiri dari landasan. Penopangnya berbentuk segiempat memanjang yang kedua sisinya terdapat relief yang memggambarkan perjuangan. Setelah itu ada bentuk cawan yang di atasnya ada dua patung pejuang. Lalu di sekeliling monumen ada patok berbentuk bambu runcing yang terbuat dari semen lalu pakai rantai. Tampak juga di 4 sisi ada lampu sorot. Hanya saya tidak bisa memastikan apa.kalau malam berfungsi.
Di puncak monumen, ada dua patung pejuang. Satu patung sedang berdiri sambil memegang bambu runcing, sedangkan satupatung setengah terduduk. Jadi ini menggambarkan seorang pejuang yang melindungi temannya yang sedang terluka.
Saya pun melihat-lihat dulu dari sisi depan. Di depannya tampak 3 prasasti. Pertama, ada prasasti yang bertuliskan “KURELAKAN JIWA RAGAKU UNTUK BANGSAKU , GUGUR SATU TUMBUH SERIBU”.
Sepertinya prasti ini dibuat untuk menandakan bahwa Monumen Perjuangan 45 ini pernah dipugar pada 6 Oktober 2006
Lalu Prasasti di bawahnya tentang Bapak Teguh Twan sebagai perancang dan pelaksana terciptanya Monumen Pejuangan 45 ini. Sedangkan di bawahnya, prasasti saat diresmikan tahun 1974
Lalu di kedua sisi penopang ada relief bernuansa hijau yang menggambarkan perjuangan melawan pasukan belanda dulu. Relief yang bercerita itu, sukses membuat mata saya jadi berembun. Saya membayangkan betapa beratnya perjuangan dulu. Sedangkan saya, sekarang enak tinggal menikmati.
Sayangnya, monumen ini harus segera dibenahi kembali. Terutama cat-nya harus segera diperbaharui, karena sudah memudar dan mengelupas. Lalu beberapa bagian pagar tembok ada yang retak.
Yang bikin sedih, beberapa tulisan tak pantas ada di bagian monumen. Makanya, saya sengaja tidak samarkan fotonya, biar tulisan tidak bermoral di Monumen Tugu Perjuangan 45 terlihat jelas. Agar nanti bisa segera diperbaiki.
Setelah puas melihat Monumen Perjuangan 45, saya pun memutuskan untuk ke arah jembatan Kemit. Untuk lebih lengkap acara jalan-jalan kali ini, saya pun menyambangi kali kemit yang letaknya tidak jauh dari Monumen Perjuangan 45.
Benar, di salah satu sisi jembatan yang menghadap utara, ada tugu. Lalu di kedua sisinya ada bendera merah putih. Saya tercenung sejenak, membayangkan dulu pastinya di sini terjadi pertempuran yang merengut banyak nyawa.
Menyusuri jejak perjuangan dari Monumen sampai tugu Pejuangan 45 Kemit ini, membuat saya semakin tersadar. Seharusnya saya harus banyak-banyak bersyukur dengan nikmat kemerdekaan yang saya rasakan saat ini.
Bambang Irwanto
Bener mas, kalau liat tugu/monumen perjuangan jadi inget betapa susahnya dulu para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
ReplyDeleteIYa, Mbak Dyah.
DeleteMakanya saya harus banyak-banyak bersyukur dengan nikmat kemerdekaan yang saya rasakan sekarang.
Biyuuhh, menyebalkan sekali itu yang berani corat-coret di monumennya. Pakai kata-kata kasar pula. Btw mas, saya kayaknya beberapa kali melewati jalan ini tapi kok enggak ngeh ya? Makasih liputannya
ReplyDeleteIya, Mbak. Makanya saya sengaja tampilan saja fotonya, biar tulisan kasar itu kelihatan dan bisa segera dibenahi.
DeleteAduh, ada jejak vandalisme ya mas Bambang. Ini kadang gak liat2 objeknya. Dimana2 kadang dibuat sembarangan aja sama pelaku vandalisme. Gak mensyukuri nikmat hidup merdeka.
ReplyDeleteIya, Mbak. Kesal juga lihatnya. Sama sekali tidak menghargai arti sebuah perjuangan. Maknaya semoga segera diperbaiki, Mbak.
ReplyDeleteMas Bambang ini patut dinyatakan duta pariwisata kebumen hihihi
ReplyDeleteKarena memberi info terkait kebumen, serasa ikut menjelajah tempat-tempat itu, bahkan ikut merasakan perjuangan pahlawan di masa lalu, semoga negeri ini terus merdeka dan tidak pernah dijajah lagi
Hwhwhw.. soalnya duta sampo kan sudah ada, Mbak. Jadi ga apa saya duta pariwisata Kebumen saja hahaha.
DeleteAamiin, Mbak Una. Indonesia terus merdeka, makmur, aman, damai, sentosa.
Wisata sejarah seperti ini penting ya, agar kita bisa menghargai perjuangan dari para pahlawan dan bisa mengisinya dg sesuatu yang positif. Dengan ngeblog misalnya..hihi.
ReplyDeleteIYa, Mbak Sapti. Jadi secara tidak langsung merasakan jejak-jejak perjuangan juga.
DeleteBerati kita harus banyak bersyukur ya dengan kondisi negara saat ini.
ReplyDeleteHarus, Mbak Puput.
DeleteDengan segala nikmat kemerdekaan ini, kondsi kita lebih baik dibandingkan zaman perjuangan dulu.
Jadi jalannya ini lintas wilayah dan bisa dilalui saat ke kota2 tsb ya
ReplyDeleteTertohok sama statement "Saya membayangkan betapa beratnya perjuangan dulu, sedangkan sekarang saya tinggal enak menikmati,"
Sayang banget itu vandalism nya T_T
Bisa sekali, Mbak. Karena monumennnya ini pas di pinggir jalan dan tidak terhalang apapun.
DeleteIya, itu sangat saya sayangkan. Semoga segera bisa dicat ulang.
Banyak sebenernya tugu/monumen seperti ini di kota-kota lain, tapi jarang ada yang mengulasnya di tulisan. Salut buat mas Bambang lah, hehe...
ReplyDeleteBenar sekali, Mbak. Apalagi sampai terlupakan dan akhirnya rusak. Padahal setiap monumen atau tugu yang dibangun, ada peristiwa yang terjadi di baliknya.
DeleteMakanya saya coba angkat, Mbak.
Enggak kalah ya mas, sama monumen monumen yang ada di kota kota lain. Kebumen juga punya monumen perjuangan. Mantaap.
ReplyDeleteTapi kalau ke Kebumen, yang bakalan aku cari dan nikmati adalah kulinerannya ha..ha..ha...masih kebayang tuh Pasar Pereng yang kemarin dengan kue tradisionalnya *masih blom move on
Hahaha.. pastinya sambil jalan dong, Mas Erfano.
DeleteWisata tempatnya dapat, wisata kulinernya dapat.
Makanya segera jadwalkan dolan ke sini, Mas.
Pak Bambang ini luar biasa, dari satu tugu bisa bikin artikel sepanjang ini :D
ReplyDeleteBahkan mungkin org yang sering melewatinya gak paham itu tugu apaan ya pak kalau gak ditulis gini hehe.
Ternyata jd penanda atas kejadian bersejarah TFS :D
Semua bisa diceritakan, Mbak April. Walau hanya satu tempat, tapi kita detail, maka akan panjang ceritanya hahaha.
DeleteIya, Mbak. Kan yang cuma lewat saja, akan bertanya-tanya, ini monumen atau tugu apa, ya?
Dan semoga dengan saya tulis, teman-teman lain banyak yang tahu soal Monumen Perjuangan 45 Kmeit ini.
Bisa mengunjungi monumen,apalagi jika monumen tersebut ada nilai sejarahnya.
ReplyDeleteBisa menambah wawasan tentang sejarahnya
This comment has been removed by the author.
DeleteBenar sekali, Mbak Ela.
DeleteMakanya saya semangat sekali kalau mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Selain tambah wawasan, saya seakan diajak masuk ke lorong waktu hehehe.
Ternyata Kebumen banyak ya mas tempat wisatanya. Sepertinya harus disamperin biar gak baca doang, tapi bisa merasakan langsung hehehe
ReplyDeleteAku jadi terinspirasi untuk lebih teliti untuk mencari tempat wisata di sekitar, agar bisa meningkatkan potensi daerah
Iya, Mbak Tika. Harus kita samperin, agar bisa melihat dan merasakan lebih detailnya.
DeleteNah, itu bagus, Mbak. Jadi teman-teman di dearah lainn, tau kalau di dearah Mbak Tika ada apa saja.
Saya malah tidak tahu mengenai lokasi pertempuran bersejarah yang heroik itu di mana. Alhamdulillah, baca tulisan Pak Bambang. Bisa mengingatkan saya juga agar bersyukur karena para pejuang bangsa kita sudah rela mengorbankan jiwa raga bahkan harta bendanya agar bisa mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini.
ReplyDeleteTugu Kemit bukan sekadar monumen biasa, itu pengingat agar generasi muda tidak lupa pada akarnya. Semoga bisa segera dipugar dan tulisan tidak pantas itu dihilangkan.
Iya, Mbak Rohyati. Makanya sedih kalau ada tulisan-tulisan seperti itu. Jadi tidak perlu dipugar, tetap saja, hanya dicat dan dihilangkan tulisan-tulisan itu.
Deleteduuh pak, aku malah gagal fokus dengan kelakuan yang corat-coret monumennya. Malah menjadi merusak pemandangan akhirnya, semoga mereka segera sadar dan tidak mengulang kesalahan yang sama lagi.
ReplyDeleteMemang Mas Ilham.
DeleteKesal banget. Apalagi tulisannya tidak sopan seperti itu.
Kalau orang luar negeri yang baca, kan bisa mengurangi rasa kunjungan mereka ke sana.
Saya juga suka melakukan perjalanan menguak sejarah suatu lokasi, Mas. Apalagi jika bersama teman yang punya kesamaan minat dan doran sinau.
ReplyDeleteAkan ada banyak pertanyaan yang buutuh jawaban. Akan ada keinginan kuat merekonstruksi sejarahnya.
Sama, Mbak Susi.
DeleteMakanya saya pasti semangat mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Banyak sekali yang bisa kita dapatkan ya, Mbak.
Sayang ya ada tangan jahil yang corat-soret di Monumen Perjuangan 45 ini. Semoga nanti ada renovasi dan masyarakat makin peduli dengan ikut menjaganya.
ReplyDeleteIya, Mbak Dian. Apalagi tulisannya tidak sopan.
DeleteDan memang ahrus ada peran serta warga sekitar. Jadi kalau ada orang jahil, langsung ditangani.
Baca sampai akhir tulisan baru ngeh saya kalo namanya kemit.
ReplyDeleteDari awal saya bacanya kermit
Duhhh..
Kemit, Mbak Vivi hahaha
DeleteJadi sesuai nama daerahnya waktu itu.
Ini Kemit jadi salah satu kecamatan di Kebumen, Mbak.
sering lewat kebumen kalau ke arah jogja, tapi ini sebelah mananya yaa mas? hufff vandalisme bikin jelek aja ya mas sayang banget
ReplyDeleteJadi ancer-ancarnya jembatan, Mbak Farhati. Lalu ada pasar Kemit. Nah, tidak jauh di sisi kanan, Mbak.
DeleteSalut sama Mas Bambang yg mau mengangkat ttg Monumen Perjuangan 45 di Kebumen. Tulisan seperti ini amat sangat berfaedah bagi anak bangsa terutama anak milenial zaman now. Merawat rasa nasionalisme ya Mas. Mantul
ReplyDeleteIya, Mbak Mia.
DeleteMOnumen atau tugu dibangun, bukan hanya sekedar dibangun. Ada peristiwa besar yang terjadi dibaliknya. Jadi tugas kita tinggal merawat dan menjaga ya, Mbak.
Belum pernah ke Kebumen euy. Tapi baca postingan ini bikin saya jadi tahu tentang Monumen Perjuangan 45 di sana. Makasih ya mas.
ReplyDeleteNanti kalau pas lewat sini wajib mampir, Mbak Yanti.
DeleteSama-sama, Mbak.
Mas kok monumennya terlihat kotor dan tak terawat yac, sayang sekali yac mas, padahal kan itu bagian dari sejarah bangsa. Kurang perhatian dari pemerintah daerah yac..
ReplyDeleteNah, itu dia, Mbak Idah.
DeleteSemoga leat tulisan ini, segera ada perhatian dan dibenahi lagi.
wah, ulah siapa tuh, tangan yang suka corat-coret monumen ? Saya pun heran mas, disini ada juga monumen yang habis estetikanya gara-gara dicoret-coret sama orang-orang nggak bertanggungjawab
ReplyDelete