Saat Tengah Hari Menyusuri Benteng Pendem Cilacap - Sudah lama saya ingin ke Benteng Pendem Cilacap. Apalagi dari foto-foto yang saya kepoin di instagram, lokasinya sangat menarik. Ditambah lagi, para tetangga saya pernah mengadakan tur bareng ke sana. Maka semakin membaralah semangat saya untuk ke Benteng peninggalan Belanda itu.
Akhirnya senin, 25 November 2019 saya sudah ancer-ancer mau ke sana. Padahal rencananya hari sabtu atau minggu, tapi ada saja urusan. Maklum seleb, ya banyak urusan hahaha. Makanya saya sudah tekadkan dengan bulat, senin harus berangkat jalan-jalan hahaha.
Tapi ternyata, senin pagi sekitar setengah 6, itu hujan turun dengan deras. Waduh.. bisa gagal lagi nih, acara jalan-jalan saya. Doa pun saya panjatkan, semoga hujan segera berhenti. Dan Alhamdulillah menjelang pukul 8, hujan sudah reda. Maka saya pun melajukan motor saya dari Gombong kebumen menuju Cilacap. Kalau tidak salah jaraknya sekitar 57 kilometer.
Saya memang agaknya kurang beruntung. Sepanjang perjalanan, ternyata hujan gerimis masih menyapa saya di beberapa titik jalan. Lalu Pas masuk wilayah Buntu Banyumas, eh... cuaca tak hujan deras datang menyapa. Saya pun terpaksa berhenti menunggu sedikit reda. Walau saya bawa jas hujan yang jaket dan celana, tapi tetap saja pasti basah.
Hampir pukul 10, hujan agak sedikit reda. Sejak saya Bambang Bimbang Marhambang hahaha. Antara mau kembali ke rumah atau lanjut ke Cilacap. Akhirnya setelah merenung sejenak, menimbang, dan memutuskan, saya lanjut ke Cilacap. Sayang sih, sudah jauh perjalanan hehehe.
Gerimis tetap menemani sepanjang perjalanan saya dari Sampang sampai pertigaan yang lurus ke Adipala dan belok kanan menuju Cilacap. Syukurlah setelah itu, matahari mulai kembali menyapa.Tapi.. sekalinya menyapa.. teriiiiiiik banget. Puanasss pool. Kulit saya yang diperam selama seminggu biar agak bersihan, langsung keling hahaha.
Tapi saya tetao semangat kok. Dan saya memang selalu merasakan sensasi berbeda saat akan mengunjungi suatu tempat yang baru. Padahal saya hanya berbekal alamat saya, dan andalan saya adalah tanya orang-orang sepanjang jalan.
Tapi.. saat itu, barulah saya tersadar sesuatu. Alamak.. tripod saya ketinggalan. Wah, bagaimana saya bisa pose-pose, nih? hahaha. Akhirnya saya hanya busa pasrah. Saya yakin bisa mensiasatinya.
Akhirnya saya sampai juga di area pantai. Wah, kayaknya akan dekat nih. Apalagi sesuai petunjuk, saya sudah melewati PLTA, lalu belok kanan lurus ikuti jalan. Lalu di jalan bercabang, saya tetap ambil kiri yang menuju pelabuhan ikan.
Cilacap ini memang pusatnya ikan. Makanya saat memasuki area, sudah tercium bau ikan. Saya pun belok kanan, lalu belok kiri, belok kanan lagi melewati jembatan. Heppi juga melihat banyak perahu-perahu nelayan yang rata-rata berisi muatan ikan.
Setelah belok kiri lagi, tidak lama saya melihat gerbang bertuliskan Pantai Teluk Penyu. Tampak sebuah loket di sisi kanannya. Tapi kok loket Pantai Teluk Penyu? Benteng Pendemnya mana?
Ternyata area Benteng Pendem itu letaknya di pesisir Pantai Teluk Penyu. Benteng Pendem ini dibangun tahun 1861di area seluas 6,5 hektar. Pembangunannya pun secara bertahap, dari tahun 1861 sampai tahun 1879. Cukup lama juga ya, sekitar 18 tahun.
O, iya. Tiket masuk ke Pantai Teluk Penyu tadi 7500 rupiah + 2000 rupiah untuk parkir. Tapi Mas loketnya menggenapkan 10 .000 rupiah.
Saya makin heppi saat memasuki area Pantai Teluk Penyu. Dan saya baru tahu, ternyata, di sini ada Pertamina. Dan Benteng Pendem itu termasuk satu area dengan Pertamina. Duh, ke mana saja saya hahaha
Akhirnya sampai juga saya di lokasi Benteng Pendem. Saya pun segera Saya pun membelokkan motor saya memasuki parkiran Benteng Pendem. Saya pun segera memngecek kembali perlengkapan, mana saja yang masuk ke rangsel dan mana saja yang ditinggal.
Dan saaat saya buka bagasi motor.. jreng-jreng.. saya menemukan tripod kecil saya. Hahaha.. saya jadi tertawa sendiri. Selamatlah saya. Walau tidak bisa diandalkan seperti tripod saya yang satu, satidaknya tripod ini bisa jadi dewa penolong.
Setelah itu, semua alat tempur siap, saya bergegas menuju pintu masuk yang sebelah kanannya adalah loket. Seorang Mas-Mas langsung menyapa saya. Harga tiketnya 7500 rupiah.
Sebelum mengitari Benteng Pendem, saya duduk sejenak di salah satu gazebo yang banyak di area benteng. Walau banyak pohoh, tapi cuaca memang lagi panas-panasnya. Saya pun pasrah kalau nantinya pulang tambah keling hahaha.
Cukup 10 menit melepas lelah, sambil ganti kostum buat pemotretan hahaha. Saya pun mulai menyusuri Benteng Pendem ini. Jadi begitu masuk gerbang bambu, ini belum termasuk dalam benteng. Makanya hanya tampak taman. Ada juga patung dinosaurus.
Lepas taman, saya baru memasuki sebuah pintu menuju dalam benteng. Begitu masuk, saya langsung melihat barak-barak. Pastinya di sini barak para tentara. Saya langsung membayangkan hebohnya suasana barak. Soalnya pasti satu kamar diisi beberapa tentara. Saya pun langsung pose-pose di tempat ini hahaha.
Selesai melihat area barak, saya pun kembali berjalan menyusuri area benteng. Di tengah benteng tampak area lapang yang kini dijadikan taman. Lalu tampak denah Benteng pendem mulai dari pintu masuk tadi. Keren nih, jadi pengunjung lebih mudah menentukan arah menjelajah.
Saya pun memutuskan untuk mengikuti alur denah. Saya berbelok ke kiri, dan mendapati bangunan untuk ruang Klinik. Ruangan ini hanya terdiri dari satu pintu besar dan satu pintu agak kecil. Lah.. kok tidak ada jendelanya? Apa dulu tidak pengap ya? Hehehe..
Dari ruang klinik, saya berjalan sekitar 300 meter. Nah sesuai denah, di area ini ada perlindungan, lalua da ruang perwira, Ruang Akomodasi, Ruang Penjara, dan Gudang Senjata.
Nah, dari padangan saya, hanya melihat Ruang Akomodasi yang dari luar terlihati hanya terdiri dari satu pintu saja dan dua lubang kecil yang sepertinya untuk lubang angin. Ehm.. masih wajar ya, soalnya paling diiisi alat-alat akomodasi.
Lalu ruang perwiranya di mana ya? Nah, itulah kesalahan saya. Saya kok lupa memeriksa masuk. Saya terlalu fokus pada tangga biasa dari batu, dan bidang miringkayak seluncuran. Saya mengira itu sebagai jalur lalu lintas akomodasi dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Pindah ke ruang yang berada di tengah yaitu ruang penjara. Ruangan ini pintunya ada 4 dengan satu jendela di tengah. Pas saya masuk, itu ruangannya sempit dan pengap. Tapi ini masih mending dibandingkan ruang penjara yang ada di museum Fatahillah Jakarta.
Pindah ke gudang senjata, ini malah kebalikan dari ruanh penjara yang 4 pintu 1 jendela. Gudang senjata malah terdiri 4 jendela dan 1 pintu. Saya menduga, keluar masuk senjata bisa lewat jendela-jendela itu hehehe.
Walau udara semakin panas, tapi tidak menyurangi semangat saya menyusuri Benteng Pendem ini. Saya pun tertarik pada terowongan. Pas saya masuk, itu ada yang bercabang ke terowongan lain, ada yang mengarah ke luar tapi masih area benteng. Hanya saya memutuskan tidak menyusuri. Soalnya saya sendiri hehehe.
Dari area terowongan ini, saya banyak mendapat angle bagus. Baik dari temboknya atau pun jendela bundarnya. Dan ternyata setelah saya sudah meninggalkan lokasi, dan melihat lagi denahnya, ternyata ada ruang rapat di sana. Wajar kalau ruangannya tersembuyi jauh di dalam terowongan. Kan rapat mengatur siasat hehehe.
Di depan terowongan ini tampak daerah pertahanan. Makanya ada unduk-undukan. Lalu yang saya suka, di depannya itu parit yang suasananya saat eksotis untuk view foto. Apalagi kalau obyeknya berada di air. Hanya seperti yang saya ceritakan tadi, kalau tripod utama saya ketinggalan, dan kalau pakai tripod kecil ini sangat beresiko. meleng dikit, jatuh ke air, nangis bombaylah saya hape ganti LCD lagi hahaha.
O, iya. Di sekitar banyak juga terdapat sumur. Saya bahkan sempat duduk-duduk di salah satu dekat sumur. Pas saya menengok, kok kayaknya sumurnya dangkal, ya. Tapi cukup eksotis juga buat view foto hehehe.
Setelah istirahat sejenak, saya pun lanjut melangkah. Eh.. ternyata di sini ada 5 ruangan yang sesuai denah yaitu, 3 ruang penjara, dan 2 ruang senjata. Tapi ternyata ruangan paling kiri tertulis ruang Amunisi. Nah, lho? Ruang Penjara atau Ruang Amunisi? Hehehe.
Di sini juga ada tembok yang dibangun miring. Saat saya sedang istirahat. Eh.. tiba-tiba ada seekor kancil yang turun dari atas. Apa dia sedang mencari timun ya? Hahaha.
Setetelah melewati 5 ruangan ini, jalanan agak menanjak ke atas. Nah dari sini tampak ada jembatan dan parit. Pastinya parir itu digunakan sebagai area pertahanan juga ya, biar musuh tidak langsung memasuki benteng. Tapi sekarang parit digunakan unruk wisata perahu bebek.
Di atas sini juga ada tempat duduk. Jadi asyik juga melihat pemandangan dari atas. Saya malah membayangkan asyik jjuga nulis di sini. Apalagi tidak jauh dari area ini, tampak juga sebuah warung. Jadi kalau mau tinggal mesan hahaha.
Hanga yang menarik perhatian saga adalah ruang-ruang yang dibangun berjejer. Saya pun langsung menuju ke sana. Namu saya penasaran, ini area apa, ya? Soalnya tidak ada di denah hehehe
Akhirnya kelar juga saya menyusuri benteng Pendem ini. Saya pun bergegas keluar. Menyenangkan sih, menyusuri Benteng Pendem ini. Hanya sayangnya, saya tidak menemukan papan-papan informasi tentang setiap ruangan. Jadi para pengunjung bisa tahu. Apalagi bagi anak-anak sekolah, ini sangat penting.
Tapi walau begitu, Benteng Pendem termasuk bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Jadi harus dirawat dan dijaga. Apalagi sudah masuk cagar budaya. Agar bisa terus dilihat oleh anak cucu kelak. Banyak sekali view-view foto.
Hanya saya sarankan kalau ke sini, pakainya baju polos, biar fotonya makin menarik. Soalnya kan, dinding benteng sudah ada aksennya. Baik dari batu batanya, dinding yang berlumut, atau ornamen semennya.
Sekitar pukul setengah 3, saya ebrgegas keluar dari lokasi Benteng Pendem. Saya pun membayar parkiran 3 ribu. Tapi sebelum pulang, saya santai sejenak di Pantai Teluk Penyu. Sayang saya kesorean, jadi tidak bisa menyebrang ke Nusakambangan. Next time, saya akan kembali lagi.
Bambang Irwanto.
Akhirnya senin, 25 November 2019 saya sudah ancer-ancer mau ke sana. Padahal rencananya hari sabtu atau minggu, tapi ada saja urusan. Maklum seleb, ya banyak urusan hahaha. Makanya saya sudah tekadkan dengan bulat, senin harus berangkat jalan-jalan hahaha.
Tapi ternyata, senin pagi sekitar setengah 6, itu hujan turun dengan deras. Waduh.. bisa gagal lagi nih, acara jalan-jalan saya. Doa pun saya panjatkan, semoga hujan segera berhenti. Dan Alhamdulillah menjelang pukul 8, hujan sudah reda. Maka saya pun melajukan motor saya dari Gombong kebumen menuju Cilacap. Kalau tidak salah jaraknya sekitar 57 kilometer.
Saya memang agaknya kurang beruntung. Sepanjang perjalanan, ternyata hujan gerimis masih menyapa saya di beberapa titik jalan. Lalu Pas masuk wilayah Buntu Banyumas, eh... cuaca tak hujan deras datang menyapa. Saya pun terpaksa berhenti menunggu sedikit reda. Walau saya bawa jas hujan yang jaket dan celana, tapi tetap saja pasti basah.
Hampir pukul 10, hujan agak sedikit reda. Sejak saya Bambang Bimbang Marhambang hahaha. Antara mau kembali ke rumah atau lanjut ke Cilacap. Akhirnya setelah merenung sejenak, menimbang, dan memutuskan, saya lanjut ke Cilacap. Sayang sih, sudah jauh perjalanan hehehe.
Gerimis tetap menemani sepanjang perjalanan saya dari Sampang sampai pertigaan yang lurus ke Adipala dan belok kanan menuju Cilacap. Syukurlah setelah itu, matahari mulai kembali menyapa.Tapi.. sekalinya menyapa.. teriiiiiiik banget. Puanasss pool. Kulit saya yang diperam selama seminggu biar agak bersihan, langsung keling hahaha.
Tapi saya tetao semangat kok. Dan saya memang selalu merasakan sensasi berbeda saat akan mengunjungi suatu tempat yang baru. Padahal saya hanya berbekal alamat saya, dan andalan saya adalah tanya orang-orang sepanjang jalan.
Tapi.. saat itu, barulah saya tersadar sesuatu. Alamak.. tripod saya ketinggalan. Wah, bagaimana saya bisa pose-pose, nih? hahaha. Akhirnya saya hanya busa pasrah. Saya yakin bisa mensiasatinya.
Akhirnya saya sampai juga di area pantai. Wah, kayaknya akan dekat nih. Apalagi sesuai petunjuk, saya sudah melewati PLTA, lalu belok kanan lurus ikuti jalan. Lalu di jalan bercabang, saya tetap ambil kiri yang menuju pelabuhan ikan.
Cilacap ini memang pusatnya ikan. Makanya saat memasuki area, sudah tercium bau ikan. Saya pun belok kanan, lalu belok kiri, belok kanan lagi melewati jembatan. Heppi juga melihat banyak perahu-perahu nelayan yang rata-rata berisi muatan ikan.
Setelah belok kiri lagi, tidak lama saya melihat gerbang bertuliskan Pantai Teluk Penyu. Tampak sebuah loket di sisi kanannya. Tapi kok loket Pantai Teluk Penyu? Benteng Pendemnya mana?
Ternyata area Benteng Pendem itu letaknya di pesisir Pantai Teluk Penyu. Benteng Pendem ini dibangun tahun 1861di area seluas 6,5 hektar. Pembangunannya pun secara bertahap, dari tahun 1861 sampai tahun 1879. Cukup lama juga ya, sekitar 18 tahun.
O, iya. Tiket masuk ke Pantai Teluk Penyu tadi 7500 rupiah + 2000 rupiah untuk parkir. Tapi Mas loketnya menggenapkan 10 .000 rupiah.
Saya makin heppi saat memasuki area Pantai Teluk Penyu. Dan saya baru tahu, ternyata, di sini ada Pertamina. Dan Benteng Pendem itu termasuk satu area dengan Pertamina. Duh, ke mana saja saya hahaha
Akhirnya sampai juga saya di lokasi Benteng Pendem. Saya pun segera Saya pun membelokkan motor saya memasuki parkiran Benteng Pendem. Saya pun segera memngecek kembali perlengkapan, mana saja yang masuk ke rangsel dan mana saja yang ditinggal.
Dan saaat saya buka bagasi motor.. jreng-jreng.. saya menemukan tripod kecil saya. Hahaha.. saya jadi tertawa sendiri. Selamatlah saya. Walau tidak bisa diandalkan seperti tripod saya yang satu, satidaknya tripod ini bisa jadi dewa penolong.
Setelah itu, semua alat tempur siap, saya bergegas menuju pintu masuk yang sebelah kanannya adalah loket. Seorang Mas-Mas langsung menyapa saya. Harga tiketnya 7500 rupiah.
Sebelum mengitari Benteng Pendem, saya duduk sejenak di salah satu gazebo yang banyak di area benteng. Walau banyak pohoh, tapi cuaca memang lagi panas-panasnya. Saya pun pasrah kalau nantinya pulang tambah keling hahaha.
Cukup 10 menit melepas lelah, sambil ganti kostum buat pemotretan hahaha. Saya pun mulai menyusuri Benteng Pendem ini. Jadi begitu masuk gerbang bambu, ini belum termasuk dalam benteng. Makanya hanya tampak taman. Ada juga patung dinosaurus.
Lepas taman, saya baru memasuki sebuah pintu menuju dalam benteng. Begitu masuk, saya langsung melihat barak-barak. Pastinya di sini barak para tentara. Saya langsung membayangkan hebohnya suasana barak. Soalnya pasti satu kamar diisi beberapa tentara. Saya pun langsung pose-pose di tempat ini hahaha.
Selesai melihat area barak, saya pun kembali berjalan menyusuri area benteng. Di tengah benteng tampak area lapang yang kini dijadikan taman. Lalu tampak denah Benteng pendem mulai dari pintu masuk tadi. Keren nih, jadi pengunjung lebih mudah menentukan arah menjelajah.
Saya pun memutuskan untuk mengikuti alur denah. Saya berbelok ke kiri, dan mendapati bangunan untuk ruang Klinik. Ruangan ini hanya terdiri dari satu pintu besar dan satu pintu agak kecil. Lah.. kok tidak ada jendelanya? Apa dulu tidak pengap ya? Hehehe..
Dari ruang klinik, saya berjalan sekitar 300 meter. Nah sesuai denah, di area ini ada perlindungan, lalua da ruang perwira, Ruang Akomodasi, Ruang Penjara, dan Gudang Senjata.
Nah, dari padangan saya, hanya melihat Ruang Akomodasi yang dari luar terlihati hanya terdiri dari satu pintu saja dan dua lubang kecil yang sepertinya untuk lubang angin. Ehm.. masih wajar ya, soalnya paling diiisi alat-alat akomodasi.
Lalu ruang perwiranya di mana ya? Nah, itulah kesalahan saya. Saya kok lupa memeriksa masuk. Saya terlalu fokus pada tangga biasa dari batu, dan bidang miringkayak seluncuran. Saya mengira itu sebagai jalur lalu lintas akomodasi dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Pindah ke ruang yang berada di tengah yaitu ruang penjara. Ruangan ini pintunya ada 4 dengan satu jendela di tengah. Pas saya masuk, itu ruangannya sempit dan pengap. Tapi ini masih mending dibandingkan ruang penjara yang ada di museum Fatahillah Jakarta.
Pindah ke gudang senjata, ini malah kebalikan dari ruanh penjara yang 4 pintu 1 jendela. Gudang senjata malah terdiri 4 jendela dan 1 pintu. Saya menduga, keluar masuk senjata bisa lewat jendela-jendela itu hehehe.
Walau udara semakin panas, tapi tidak menyurangi semangat saya menyusuri Benteng Pendem ini. Saya pun tertarik pada terowongan. Pas saya masuk, itu ada yang bercabang ke terowongan lain, ada yang mengarah ke luar tapi masih area benteng. Hanya saya memutuskan tidak menyusuri. Soalnya saya sendiri hehehe.
Dari area terowongan ini, saya banyak mendapat angle bagus. Baik dari temboknya atau pun jendela bundarnya. Dan ternyata setelah saya sudah meninggalkan lokasi, dan melihat lagi denahnya, ternyata ada ruang rapat di sana. Wajar kalau ruangannya tersembuyi jauh di dalam terowongan. Kan rapat mengatur siasat hehehe.
Di depan terowongan ini tampak daerah pertahanan. Makanya ada unduk-undukan. Lalu yang saya suka, di depannya itu parit yang suasananya saat eksotis untuk view foto. Apalagi kalau obyeknya berada di air. Hanya seperti yang saya ceritakan tadi, kalau tripod utama saya ketinggalan, dan kalau pakai tripod kecil ini sangat beresiko. meleng dikit, jatuh ke air, nangis bombaylah saya hape ganti LCD lagi hahaha.
O, iya. Di sekitar banyak juga terdapat sumur. Saya bahkan sempat duduk-duduk di salah satu dekat sumur. Pas saya menengok, kok kayaknya sumurnya dangkal, ya. Tapi cukup eksotis juga buat view foto hehehe.
Setelah istirahat sejenak, saya pun lanjut melangkah. Eh.. ternyata di sini ada 5 ruangan yang sesuai denah yaitu, 3 ruang penjara, dan 2 ruang senjata. Tapi ternyata ruangan paling kiri tertulis ruang Amunisi. Nah, lho? Ruang Penjara atau Ruang Amunisi? Hehehe.
Di sini juga ada tembok yang dibangun miring. Saat saya sedang istirahat. Eh.. tiba-tiba ada seekor kancil yang turun dari atas. Apa dia sedang mencari timun ya? Hahaha.
Setetelah melewati 5 ruangan ini, jalanan agak menanjak ke atas. Nah dari sini tampak ada jembatan dan parit. Pastinya parir itu digunakan sebagai area pertahanan juga ya, biar musuh tidak langsung memasuki benteng. Tapi sekarang parit digunakan unruk wisata perahu bebek.
Di atas sini juga ada tempat duduk. Jadi asyik juga melihat pemandangan dari atas. Saya malah membayangkan asyik jjuga nulis di sini. Apalagi tidak jauh dari area ini, tampak juga sebuah warung. Jadi kalau mau tinggal mesan hahaha.
Akhirnya kelar juga saya menyusuri benteng Pendem ini. Saya pun bergegas keluar. Menyenangkan sih, menyusuri Benteng Pendem ini. Hanya sayangnya, saya tidak menemukan papan-papan informasi tentang setiap ruangan. Jadi para pengunjung bisa tahu. Apalagi bagi anak-anak sekolah, ini sangat penting.
Tapi walau begitu, Benteng Pendem termasuk bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Jadi harus dirawat dan dijaga. Apalagi sudah masuk cagar budaya. Agar bisa terus dilihat oleh anak cucu kelak. Banyak sekali view-view foto.
Hanya saya sarankan kalau ke sini, pakainya baju polos, biar fotonya makin menarik. Soalnya kan, dinding benteng sudah ada aksennya. Baik dari batu batanya, dinding yang berlumut, atau ornamen semennya.
Sekitar pukul setengah 3, saya ebrgegas keluar dari lokasi Benteng Pendem. Saya pun membayar parkiran 3 ribu. Tapi sebelum pulang, saya santai sejenak di Pantai Teluk Penyu. Sayang saya kesorean, jadi tidak bisa menyebrang ke Nusakambangan. Next time, saya akan kembali lagi.
Bambang Irwanto.
kadang lihat benteng peninggalan belanda itu suak ngeri pasti deh banyakuka2nya
ReplyDeleteBanyakuka-kukanya apa, Mbak Tira?
ReplyDeleteBanyak hantunya? hahaha.
Yang pasti, benteng Belanda itu sangat eksotis, Mbak.
Mas Bambang, serunya dirimu jalan-jalan terus euy. Baca tentang Benteng Pendem ini menarik banget ya. Itu sungguh ada bekas penjaranya gitu ya? Serem tidak kalau masuk ke dalam bentengnya? Aku jadi penasaran. Nanti kalau ke Cilacap mau juga ah mampir ke sini
ReplyDeleteKebetulan ini dekat dengan Gombong, Mbak. Hanya 1,5 jam naik motor. Dan ternyata Cilacap punya banyak wisata yang memikat juga. Jadi wajib Mbak Monica ke Cilacap
DeleteSiaaap. Perlu dijadwalkan segera nih main ke Cilacap, terutama ke benteng Pendem ini
DeleteWisata sejarah begini memang mrnarik ya mas. Kita seperti masuk ke kapsul waktu dan dibawa kembali ke jaman itu.
ReplyDeleteBiasanya klo bagian penjara itu rada serem lo. Tapi belum diceritakan bagaimana dalamnya? Seperti di lawang sewu konon katanya ada yg cuma seluas orang jongkok saja. Katanya sih, krna aku juga blm ke sana
Betul sekali, Mbak Kartika. Makanya saya sangat suka sekali jalan-jalan ke benteng termasuk bangunan-bangunan tua zaman belanda.
DeleteNah, waktu ke lawang Sewu, saya terlewatkan pas ke bagian penjaranya, Mbak. Hanya memang bagian penjara adalah bagian paling seram.
Bpak ini jalan jalan terus euy.. tp faedah dari jalan jalan kita bisa tau nih info seperti ini. Thx ya
ReplyDeleteSoalnya jalan-jalan seru, asyik, dan banyak mendapat ispirasi, Mbak Puput. Bisa dapat bahan buat blog juga. Siapa tau dipilih jadi duta wisata hahaha.
DeleteSelalu asyik liat artikel mas Bambang ini, Seru. Emang enak jalan-jalan tuh pas hari biasa ya mas, JAdi fotonya bisa cakep krn sepi pengunjung.
ReplyDeleteIya, Mbak Dyah. Makanya saya suka jalan-jalan pas hari biasa. Puas saat mau foto di suatu tempat incaran.
DeleteSoalnya eprnah coba pergi pas liburan. Itu mau foto di satu view saja, harus antre dan lama hahaha.
Aku emoh ah mas diajak ke benteng pendem. Udah jaraknya jauh, 57 kilo dari kebumen ke cilacap, gitu liat fotonya... aku merasa creepy. Serius mas e gak takut foto di situ meskipun siang gitu aku merasa ada horornya itu loh.. haha
ReplyDeleteHahaha... ini Benteng oenuh sejarah, Mbak. jadi wajib dikunjungi. Apalagi nanti bisa santai di pantai Teluk Penyu yang ada di depannya.
DeleteJadi pas masuk permisi dulu, jadi penampakan-penampakan bakal jauh hehehe.
Noted, kalau ke Benteng Pendem bajunya polos aja jangan bercorak. Terus jangan ketinggala tripod kwkwkw eh. Jangan kesorean biar bisa sekalian nyebrang ke Nusakambangan.
ReplyDeleteMas Bambang aku senang lihat Benteng Pendem Cilacap terwata sekali begini. Semoga lain kali punya kesempatan mengunjungi benteng ini.
Hahaha.. itu dia tipsnya, Mbak Dian. Soalnya temboknya sudah bercorek secara alami, Mbak Dian.
DeleteDan sebenarnya benteng ini dibiarkan saja seperti apa adanya, Mbak. hanya memang lingkungannya asri dan bersih.
Wah, bagus nih, benteng pendemnya. Spot fotonya juga ciamik. Bisa dikatakan instagramable. Bisa, nih, para pengelola benteng diberi saran tentang bagaimana membranding tempat wisata ini.
ReplyDeleteSekarang trend wisata adalah foto yang bagus dan dibagi di media sosial. Itu dulu, setelah itu buat mereka ketagihan datang dan mencari tahu.
Benar sekali, Mbak Susi. Jadi bukan bentengnya diubah, tapi ada penambahan spot-spot foto kekinian. Karena bentengnya juga sangat mendukung untuk view foto.
DeleteMasyaallah Mas Bambang ini kok selalu ngehits yahh gaya² berfotonya. Perlu diteladani nih. Sekalipun posenya di Benteng Pendem Cilacap lohh. Kl ditarik ratusan tahun yg silam, pastinya suram banget suasananya foto di sana kan. Berkat tulisan Mas Bambang ini saya yg berada nun jauh di Medan jd tau ttg Benteng Pendem Cilacap. Tfs mas
ReplyDeleteKalau mantan model memang gayanya beda, Mbak Mia hahaha. Gaya benar saya ini.
DeleteIya, Mbak. Dan untunglah benteng ini dikelola dengan baik. Jadi nyaman wisata ke sini. Pengetahuan dapat, foto-foto bagus juga dapat.
Wah masih terjaga ya bentengnya bahkan dijadikan objek wisata gtu, walau sayang itu tembokmnya dimakan usia, apakah pernah ada semacam usaha restorasi gtu di sana Pak Bambang? Haha coba beli tripod gedean pak biar bisa ambil angle lbh kece lagi :D
ReplyDeleteMbayangin lokasi itu kalau malam gmn ya heheh
Iya, Mbak April. Bentengnya dibiarkan apa adanya. Hanya lingkungan memang sangat bersih. Jadi nyaman. Kalau ada restorasi bisa, hanya jangan mengubah bangunan aslinya.
DeleteSaya sudah punya tripod gede, Mbak. Hanya ketinggalan, untung ada tripod mungil hehehe
seneng kalo lihat foto jalan2 ke bangunan bersejarah. benteng pendem menarik banget suasananya. mungkin agak horor ya kalo masuk ke dalam penjara.
ReplyDeleteSebenarnya tidak, apalagi masuknya siang hari dan rame-rame.
DeleteTapi wisata ke Benteng memang menyenangkan karena penuh historis.
Kadang aku sukak berpikir kalo wisata tentang bangunan bersejarah apalagi benteng Takut ada honornya hehhe , tapii liat fotonya sangat menarik
ReplyDeleteJustru menyenangkan. karena sambil menyusuri bentengnya, kita juga mengenal sejarah dan jadi tau cerita di balik benteng itu. Apalagi banyak view menarik di sini. Yuk, wisata ke Benteng.
DeleteWah mana benteng pendem kira2 artinya apa yaa? Klo teluk penyu sering dengar, must visit banget kalo or Cilacap
ReplyDeleteBenteng Pendem itu artinya benteng yang dulu terpendam, Mbak Visya. Jadi memang dulunya benteng ini terpendam oleh pasir pantai.
DeleteAku belum pernah kesini, ternyata menarik ya mas :) aku ingatnya penjara nusa kambangan kalo ke Cilacap
ReplyDeleteNah, ini pulau Nusakambangan sudah di depan mata, Mbak Irena. jadi tinggal nyebrang pakai perahu. Dan di sana katanya pantainya lebih indah karena pasir putih.
DeleteTempat sejarah yang menarik buat dikunjungi. Btw sepi amat itu mas, apa gak takut klo sepi gitu hehe.
ReplyDeleteWajib ke sini, Mbak Reni. Memang tidak terlalu ramai, karena saya perginya hari biasa. Tapi tetap ada beberapa pengunjung, Mbak.
DeleteMungkin Mas Bambang datang ke benteng ini ketika sinar mataharinya lagi panas-panasnya, sehingga hasil fotonya memang masih perlu diimprovisasi. Mudah-mudahan tempat ini ada guide-nya ya, tidak hanya sekedar cagar budaya berlumut belaka. :)
ReplyDeleteBetul sekali, Mbak Vicky. Saya tiba tengah hari karena terkendala hujan. Padahal berangkat dari rumah pagi hari hehehe.
DeleteNah, iya, Mbak. jadi kita bisa menyusuri seluk beluk sampai dalam juga dan tahu lebih banyak soal benteng ini.
Saya pas lihat paritnya itu langsung keingetan sama salah satu film. Lupa sih judulnya apa. Tapi, ada benteng yang paritnya diisi buaya. Di sana dulu kayak gitu gak, ya? Trus, ngikik sendiri kalau sekarang jadi tempat wisata perahu bebek :D
ReplyDeleteHehehe.. mungkin juga, Mbak Myra.
DeleteTapi saya membayangkan kalau dulu itu yang mau nyerang benteng harus bersusah payah berenang dulu baru sampai bentengnya atau malah pakai perahu karet ya hahaha.
Instagramable benteng pemdemnya.. E tapi nuansa seram khas benteng jaman belanda tetap ada ya
ReplyDeleteItulah keunikan benteng yang tetap menonjol nuansanya walau dalam foto. Dan sebenarnya tidak ada sesuatu yang dibuat kekinian. hanya memang lokasi bentengnya sudah saat mendukung untuk keperluan foto.
DeleteNuansanya terasa misterius banget. Tapi kayanya agak kurang terawat ya..
ReplyDeletePadahal bangunan benteng Pendem ini bisa jadi situs budaya peninggalan di masa lampau
Iya, dan saya rasa banyak sekali benteng-benteng di Indonesia yang bernasib sama. padahal kehadiran benteng di Indonesia merupaka bagian dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Jadi memang harus dijaga dan dirawat.
DeleteButuh berapa lama menyusuri bentengnya mas?? Aku baca semua krn menarik bgt. Aku suka wisata sejarah dan ke tempat2 kayak gini. Takjubnya, dindingnya masih bagus ya. Gak terlalu lumutan. Tangga2nya juga cakep tuh utk spot foto. Bawa aku ke sini pliiiisss
ReplyDeleteKalau saya kemarin sekitar 2 jam, Mbak Jasmi. Soalnya saya banyak berhenti untuk foto. Apalagi saya hanya pakai bantuan tripod. Dan memang bangunan tua itu justru bagus buat spot foto. Jadi wajib datang ke sini, Mbak.
Deletedengan bermodalkan 10 ribu bisa menikmati semua fasilitas dan keseruan yang unik di benteng cilacap ini wowww keren banget
ReplyDeleteIya, dan wisata di Indonesia itu memang sangat memikat, tapi pas di kantong juga hehehe.
DeleteIni jalan-jalannya sendiri ya, keren euy. Saya kalau mau jalan-jalan apalagi tujuannya ke benteng gitu nggak berani pergi sendiri, hehe biasanya pergi rombongan, hehe..
ReplyDeleteBtw boleh juga nih tipsnya, kalau mau foto di depan benteng bagusnya pake baju polos ya. Kayak foto Mas Bambang di atas. Keliatannya udah kayak model deh😄
Ini kebetulan sendiri, Mbak Siska, karena saya sengaja ingin me time. Jadi lebih sesuai mengatur waktunya selama di tempat wisata. makanya foto-fotonya dengan bantuan tripod saja hehehe.
DeleteBtw btw ini ertama kali si benteng dibuka kapan ya kak? aku cari kok ganemu atau mataku yang siwer hehehe. Soalnya kayaknya inget2 lupa jaman SMP aku pernah ke situ. Tapi kok ragu. Kak Bambang jelong2 muluk bikin ngiri nih, hihihi...
ReplyDeleteAda saya ceritakan, Mbak Wahyu. Jadi di bagian, sebelum saya sampai ke Benteng Pendem. Dan soal itu harus dimasukkan, karena merupakan informasi penting.
DeleteWahhh megah bangettt.. jadi pengen cepet2 kesanaa nihhh
ReplyDeleteWajib segera jadwalkan ke sana, Mas Ichun.
DeleteSudah kehujanan sepanjang jalan, eh sampai lokasi malah terik ya Bang. Hihihi, seni nya jalan jalan memang demikian. Jago banget sih Bang, jalan sendirian dan dipotret pake tripod doang. Kalau saya, selalu butuh teman buat jalan.
ReplyDeleteIya, Mbak. Itulah lika-liku jalan-jalan. dan endingnya tetap sama, dapat foto keceh untuk diposting di media sosial hahaha.
DeleteAiih Ci Abang, cool. Baru tau kalo Cilacap memiliki tempat yang cakep buat wisata ini. Isnya Allah dalam waktu deket mau ke daerah, semoga bisa berkunjung kemari.
ReplyDeleteCilacap banyak wisatanya, Mbak.
DeleteMalah di sekitar sini, saling bedekatan Benteng Pendem, Pantai Teluk Penyu, dan Pantai Nusakambangan.
Kerenn angle pengambian foto-foto selfienya, mas. Jadi terpikir utk selalu menyimpan minimal tongsis di bagasi motor biar gak kelupaan klo mau jalan ke mana-mana :)
ReplyDeleteBtw, wisata ke bangunan kuno sendirian gak takut ya? Siapa tau mendadak ada penampakan gitu yg ngikutin sampai ke rumah hahahaaa...
Oh seperti ini to penampakan benteng pendem Cilacap aslinya. Kemarin aku lihat benteng ini, tapi cuma miniaturnya Aja di Taman Maerakaca hehe. Bagus Juga ya kece buat foto2..
ReplyDeleteindah bener alamnya, jadi pengin ke sini pagi2 juga hehe. lah iya bener juga pakai pakaian polos krn udah ada coraknya, mana kepikiran aku wkwkk
ReplyDeleteIya, enaknya pagi-pagi, Mbak Marfa. Belum terik dan kena black light. Pasti fotonya makin keceh.
DeleteBaru tau tempat ini,benteng pendem. Tempatnya keren2 gitu buat spot foto, keren pak
ReplyDeleteIya, Mbak Eka. karenan bangunannya sudah keren, Mbak. jadi fotonya akan bagus.
DeleteKeren yah pak'e.. Bentengnya masih terjaga ya sampai sekarang. Dijadikan objek wisata gitu pula. Sayangnya perawatannya masih kurang baik ya..
ReplyDeleteCilacap itu perbatasan Jateng-Jabar kan ya? Banyak sungainya apa mas? Kok masih pake awalan Ci ya?
Iya, Mas. jadi harus dijaga, karena benteng bersejarah.
DeleteKalau Cilacap dekat Purwokerto atau Banyumas. Nah, di sinilah pulau Nusakambangan. Dari Benteng Pendem sangat dekat. hanya naik perahu saja.
wah aku ke benteng pendem nih trakhr jaman kelas 1 sd, skrg jauh bgt kondisinya udah dipugar begitu ya mas bam,, dulu aku takut kesana, gelap bgt wwkww
ReplyDeleteSekarang lebih disesuaikan untuk wisata zaman now, Mbak. Jadi mungkin lebih nyaman. salah satunya tidak terlalu gelap.
Delete