Penulis kutu loncat? Apaan tuh... Mengucapkannya ala-ala Pak Jaja Mirharja, ya! Hahaha. Dan sampai saat ini, penulis kutu loncat masih banyak. Kalau dibiarkan... bahaya. Makanya, jangan mau jadi penulis kutu loncat.
Nah, biar tidak semakin penasaran, saya jelaskan saja, ya. Jadi "Penulis Kutu Loncat" dari versi saya, adalah orang yang saat menulis cerita itu tidak konsisten. Belum selesai satu cerita, tergoda pindah ke lain hati menulis cerita lain. Eh.. baru setengah jalan menulis cerita,pas dapat ide baru, tergoda lagi menulis cerita baru. Begitu seterusnya, sampai akhirnya tidak ada cerita yang selesai.
Beikut saya bagi tips singkatnya ya, yang saya susun sesesuai pengalaman saya yang masih seuprit. Semoga setelah membacanya, teman-teman tidak mau lagi jadi penulis kutu loncat. Soalnya rugi.. hehehe
Jadi penulis kutu loncat itu menurut saya banyak ruginya. Makanya harus segera ditinggalkan. Kerugian Pertama itu tadi, tidak ada cerita yang selesai. Selain itu sayang ide-ide bagus terbuang percuma. Nanti giliran ada teman yang dapat ide belakangan, tapi segera ditulis, barulah nangis mombay sambil berucap, wah.. itu kan ide saya...
Bukan hanya itu, kamu akan rugi waktu dan tenaga juga. Sejatinya, menulis itu untuk menghasilkan tulisan. Kalau pindah sana sini tulisannya, tidak akan ada cerita yang dihasilkan. Akhirnya hasilnya zonk.
Kerugian lain, progres menulismu akan jalan di tempat. Orang sudah berhasil menulis 10 cerita, kamu masih sibuk loncat sana loncat sini pindah cerita. Seperti yang selalu saya tuliskan, dunia menulis progresnya sangat cepat. Jadi terlena dan lambat sedikit saja, bakal dilampaui teman lain.
Jadi cara melepas gelar Penulis Kutu Loncat sangat mudah kok. Ya.. mudah bagi yang semangat melakukan tahap demi tahap. Sebaliknya akan susah yang tak mau menikmati proses. Jadi pilihan ada di tangan kamu. Mau jadi penulis kutu loncat selamanya, silakan. Menulis adaah sebuah proses, jadi nikmati semua proses menulis dengan senang hati, dan biarkan semuanya indah pada waktunya.
Nah, saat menulis satu cerita, lalu kemudian muncul ada ide baru, maka simpan saja ide baru untuk cerita selanjutnya. Bisa kok ditulis garis besarnya dulu di buku atau di hape. Jadi jangan malah tergoda menulis ide baru itu. Maka kelar semuanya.
Kalau ide itu berhubungan dan ada kaitannya dengan cerita yang sedang ditulis, maka masukkan dalam cerita. Pengalaman saya, setiap ada ide yang terkait cerita yang sedang saya tulis, pasti akan menambah bagus cerita saya.
Selanjutnya, lakukan tahapan di atas secara terus menerus. Akhirnya nanti akan jadi terbiasa dan konsisten. Kamu akan lebih fokus saat menulis satu cerita. Tidak akan tergoda pindah ke lain hati. Akhirnya, akan banyak cerita yang kamu hasilkan.
Bagaimana? Sangat simpel kan? Iya mudah kalau dipraktekkan. Kalau cuma jadi wacana, maka jadi penulis kutu lomcat akan jadi angan-angan belaka. Dan kalau terus seperti ini, sebenarnya, kau sudah gagal jadi seoran penulis.
Ayo, terus semangat menulis.
Bambang Irwanto
Nah, biar tidak semakin penasaran, saya jelaskan saja, ya. Jadi "Penulis Kutu Loncat" dari versi saya, adalah orang yang saat menulis cerita itu tidak konsisten. Belum selesai satu cerita, tergoda pindah ke lain hati menulis cerita lain. Eh.. baru setengah jalan menulis cerita,pas dapat ide baru, tergoda lagi menulis cerita baru. Begitu seterusnya, sampai akhirnya tidak ada cerita yang selesai.
Beikut saya bagi tips singkatnya ya, yang saya susun sesesuai pengalaman saya yang masih seuprit. Semoga setelah membacanya, teman-teman tidak mau lagi jadi penulis kutu loncat. Soalnya rugi.. hehehe
Jangan Mau Jadi Penulis Kutu Loncat
Ayo, ngaku, siapa yang masih menulis ala-ala kutu loncat? Pindah sana, pindah sini. Kalau mau dinyanyiin.. kamu suka pindah ke lain hati.. tak setia hahaha... Akhirnya ujungnya tidak dapat si A, tidak dapat si B. Sama dengan naskah. Naskah A, B, C dan seterusnya tidak ada yang selesai. Akhirnya gigit jari.Jadi penulis kutu loncat itu menurut saya banyak ruginya. Makanya harus segera ditinggalkan. Kerugian Pertama itu tadi, tidak ada cerita yang selesai. Selain itu sayang ide-ide bagus terbuang percuma. Nanti giliran ada teman yang dapat ide belakangan, tapi segera ditulis, barulah nangis mombay sambil berucap, wah.. itu kan ide saya...
Bukan hanya itu, kamu akan rugi waktu dan tenaga juga. Sejatinya, menulis itu untuk menghasilkan tulisan. Kalau pindah sana sini tulisannya, tidak akan ada cerita yang dihasilkan. Akhirnya hasilnya zonk.
Kerugian lain, progres menulismu akan jalan di tempat. Orang sudah berhasil menulis 10 cerita, kamu masih sibuk loncat sana loncat sini pindah cerita. Seperti yang selalu saya tuliskan, dunia menulis progresnya sangat cepat. Jadi terlena dan lambat sedikit saja, bakal dilampaui teman lain.
Selamat Tinggal Penulis Kutu Loncat
Sudah saatnya kamu melepas status Penulis Kutu Loncat. Tidak ada istilah sudah terlambat. Lebih bagus segera melangkah ke tahap yang lebih baik, dari pada hanya berada dalam lingkaran tak berujung.Jadi cara melepas gelar Penulis Kutu Loncat sangat mudah kok. Ya.. mudah bagi yang semangat melakukan tahap demi tahap. Sebaliknya akan susah yang tak mau menikmati proses. Jadi pilihan ada di tangan kamu. Mau jadi penulis kutu loncat selamanya, silakan. Menulis adaah sebuah proses, jadi nikmati semua proses menulis dengan senang hati, dan biarkan semuanya indah pada waktunya.
Mudah Melepaskan Gelar Penulis Kutu Loncat
Nah, tahapan melepas gelar penulis kutu loncat itu sangat mudah. Jadi saat sedang menulis satu cerita, tekadkan untuk menyelesaikan dulu naskah itu.fokus.. Ibaratnya sejak aal sudah punya satu tujuan. Soal bagus atau tidak, urusan belakangan. Nanti kan, ada tahap mengedit lagi. Dari situ cerita masih bisa diolah lebih baik lagi.Nah, saat menulis satu cerita, lalu kemudian muncul ada ide baru, maka simpan saja ide baru untuk cerita selanjutnya. Bisa kok ditulis garis besarnya dulu di buku atau di hape. Jadi jangan malah tergoda menulis ide baru itu. Maka kelar semuanya.
Kalau ide itu berhubungan dan ada kaitannya dengan cerita yang sedang ditulis, maka masukkan dalam cerita. Pengalaman saya, setiap ada ide yang terkait cerita yang sedang saya tulis, pasti akan menambah bagus cerita saya.
Selanjutnya, lakukan tahapan di atas secara terus menerus. Akhirnya nanti akan jadi terbiasa dan konsisten. Kamu akan lebih fokus saat menulis satu cerita. Tidak akan tergoda pindah ke lain hati. Akhirnya, akan banyak cerita yang kamu hasilkan.
Bagaimana? Sangat simpel kan? Iya mudah kalau dipraktekkan. Kalau cuma jadi wacana, maka jadi penulis kutu lomcat akan jadi angan-angan belaka. Dan kalau terus seperti ini, sebenarnya, kau sudah gagal jadi seoran penulis.
Ayo, terus semangat menulis.
Bambang Irwanto
Aku bukan penulis kutu loncat dong.. hehe..
ReplyDeleteya memang sih kadang kalau ada ide baru, bawaannya pengen langsung nulis dan mengesampingkan artikel sebelumnya yang baru setengah jalan. tapi alhamdulillah ku kuat menghadapi godaan tsb.
caranya biasanya ku tulis aja beberapa ide2 di buku catatan. lalu ku jadwalkan kapan harus menulis ide A, kapan ide yang lainnya.
Nah, Mbak THYA ini sudah keren dan jempol.
Deletememang begitu yang harus dilakukan, Mbak. Tidak tergoda pindah ke tulisan baru. Kalau ada ide baru, ya ditulis saja dulu idenya. nanti kelar tulisan satu, baru mengembangkan ide yang baru. Terus semangat menulis, Mbak THYA