Begitu Banyak Cerita di Roemah Martha Tilaar Gombong Kebumen - Ternyata banyak yang belum tahu, kalau di kecamatan Gombong Kebumen Jawa Tengah ini, terdapat rumah masa kecil Ibu Martha Tilaar, salah satu [akar kosmetik indonesia. Termasuk Mas Rizki atau biasa saya sapa Bang Doel. Dia terkejut, ketika saya akan mengajaknya ke sana. Bang Doel mengira, Ibu Martha Tilaar itu dari Solo.
Setelah dari Benteng Van Der Wijck, saya pun mengajak Bang Doel ke jalan Sempor Lama. Jarak dari Benteng ke Roemah Martha Tilaar sangat dekat. Mungkin hanya 10 menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 wib, dan kami harus bergegas. Soalnya Bang Doel harus ke terminal Gombong sebelum pukul 16.00 wib untuk meneruskan kembali perjalanan ke Jakarta.
Dari luar, tampak halaman Roemah Martha Tilaar yang beralamat di jalan Sempor Lama No. 28 Gombong ini cukup ramai. Mungkin karena hari sabtu. Saya pun membelokkan motor menuju tempat parkiran. Ternyata, selain pengunjung, ada anak-anak sekolah yan sedang berlatih tari untuk sebuah pementasan.
Setelah parkir motor, saya dan Bang Doel menuju bangunan paling depan di sisi kiri. Nah, selain tempat ini untuk shop produk dari Sari Ayu Martha Tilaaar, juga di salah satu sudut dijual produk khas kebumen. Seperti produk anyaman pandan, sampai sate ambal dalam kemasan.
Kami pun membeli tiket seharga 15 ribu dan dapat kartu pos Roemah Martha Tilaar. Mbak Alona menawarkan apa mau dipandu? Eh, dengan pedenya saya bilang tidak usah, Mbak. Tapi Mbak Alona tetap mengingatkan, Siap, Kakak!
Saya dan Bang Doel pun mulai berjalan menyusuri Roemah Martha Tilaar yang dibangun tahun 1920 ini. Jadi rumah ini, adalah rumah kakek dari Ibu Martha Tilaar yaitu Liem Siauw Lam yang dulunya adalah pengusaha susu. Jadi zaman dulu, halaman depan itu adalah kandang sapi, lalu bagian belakang produk susu.
Kami pun mulai dari rumah induk di bagian depan dulu. Dari depan, tampak beranda yang sangat menawan dengan keramik bernuansa cokelat.Ada tangga di tengah, lalu sisi kanan dan kiri. Di tengah ruangan ada meja kayu bulat dengan hiasan bunga berwarna merah, lalu di sisi kiri, ada seperangkat meja kursi. Pastinya nyaman sekali untuk bersantai. Tidak ketinggalan lampu gantungnya yang memikat.
Selanjutnya, saya dan Bang Doel memasuk ruang tamu. Nah, dari beranda depan, ada tiga pintu yang bentuknya sama. Sangat simetris. Tapi hanya pintu sisi kanan dan kiri yang terbuka, sedangkan pintu tengah tertutup.
Begitu masuk, kami langsung disuguhkan suasana ruang tamu yang nyaman. Saya suka sekali. Mungkin karena memang pada dasarnya, saya menyukai barang-barang tempo doloe.
Tampak lemari kayu dengan desain vintage. Tidak ketinggal satu set sofa yang nyaman berarna cokelat. Di dalam rumah, motif keramik berbeda dengan motif keramik di beranda depan tadi. Yang termasuk saya suka, lampu gantungnya. Eh, ada gramophone juga. Jadi penasaran ingin mendengarkan alunan musik dari alat musik itu.
Dari ruang tamu ternyata adalah ruang tidur. Di ruangan ini, ada 4 kamar yang terdiri dari ruang tidur, dan satu ruang kerja. Lagi-lagi saya disuguhkan konsep yang simetris. Mungkin ini termasuk filosofi ya, yaitu kesimbangan dalam berbagai hal, termasuk keseimbangan hidup.
Saya dan Bang Doel muai menyusuri kamar di sisi kanan dulu. Kamar pertama paling depan adalah Paman dari Ibu Martha Tilaar, Jadi Kakek Ibu Martha Tilaar mempunya 3 anak yaitu Liem Tiong Ing, Liem Bok Lan atau Liem Herna, dan Liem Trina Nio.
Lanjut ke kamar berikutnya yang merupakan ruang kerja atau mungkin kantor ya. dari luar saja, sofa santainya yang berwarna merah dan bermotif tinghoa sangat memikat. Lalu ada dua kursi plus mejanya yang di atasnya ada mesin tik.
Saatnya kami beralih ke kamar di sisi kiri. Kamar paling depan ini adalah kamar tidur semasa kecil Liem Pwee Kiet dan Liem Pwee Lan.. Tampak dari luar, sebuah lemari besar memanjang dengan 3 cermin. Sebuah tempat tidur dengan meja rias juga ada. Sangat terkesan sebagai kamar anak perempuan memang.
Lanjut ke kamar lain, ternyata ini kamar semasa kecil Liem Han Liang dan Liem Han Gwan. Lalu kemudian ditempati oleh Liem Kang Haij dan Oeij In Nio. Yang menarik adalah, di sini ada closet duduk tempo doeloe yang terbuat dari kayu. Jadi untuk bilasnya, airnya itu dari botol-botol berisi air yang berada di sisi kanan closet-nya.
Nah, di dinding dua kamar sebelah sisi kiri ini, ada silsilah keluarga Bu Matha Tilaar. Apalagi dilengkapi dengan foto-foto juga. Jadi mengunjung bisa mengetahui keluarga besar dari Ibu Martha Tilaar.
Selesai menjelajah 4 kamar utama di rumah induk, saya dan Bang Doel keluar lewat satu pintu. Taraaa... kami sampai di beranda yang sepertinya sama seperti beranda depan. Ehm, lagi-lagi simetris ya. jadi bukan hanya kanan dan kiri yang simetris, tapi depan belakang pun simetris.
Beranda belakang ini sangat nyaman, karena menhadap langsung ke taman. Dua set meja kursi terdapat di sisi kanan dan kiri. Pastinya sangat nyaman berkumpul seluruh anggota keluarga sambil minum teh ya.
Selesai menjelajah 4 kamar utama di rumah induk, saya dan Bang Doel keluar lewat satu pintu. Taraaa... kami sampai di beranda yang sepertinya sama seperti beranda depan. Ehm, lagi-lagi simetris ya. jadi bukan hanya kanan dan kiri yang simetris, tapi depan belakang pun simetris.
Beranda belakang ini sangat nyaman, karena menhadap langsung ke taman. Dua set meja kursi terdapat di sisi kanan dan kiri. Pastinya sangat nyaman berkumpul seluruh anggota keluarga sambil minum teh ya.
Di sisi kiri rumah induk ini, terdapat bangunan juga, berupa ruang serba guna. Biasanya digunakan untuk workshop atau ruang pamer saat ada acara di Roemah Martha Tilaar. Lalu belakangnya itu toilet. Hanya ini merupakan bangungan tambahan dan menyusul dibangun. Jadi aman dulu belum ada.
Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, konsep di rumah Martha Tilaar ini benar-benar simtris. Bahkan sampai soal penempatan hiasan dinding. Makanya, pas acara pesta dolanan anak 2019, saya pun tertarik berfoto di antara hiasan di dinding di banguna sisi kiri ini hehehe.
Saya pun mengajak Bang Doel bersantai dulu di taman belakang. Nyaman sekali. Apalagi udara lagi panas. Jadi semilir angin nyan menerpa wajah, membuat saya jadi pengin tidur hahaha.
Lanjut lagi ke bangunan di sisi kanan rumah induk. Di sini ada toilet khusus untuk keluarga. Lalu seiring kebutuhan pengunjung Roemah Martha Tilaar, disediakan juga ruang musala. Yang menarik adalah, sebuah cermin antik.
Bangunan luar ini tidak menggunakan keramik bermotif seperti rumah induk atau keramik putih seperti banguan di sisi kiri. bangunan di sisi kanan ini menggunakan tegel biasa komninasi hitam dan merah. Tapi itu bisa langsung teralihkan dengan struktur bangunannya, juga perabotannya yang antik memikat.
Nah, kamar tidur pertama yang tampak dari halaman belakang ini adalah kamar kakek dan nenek Ibu Martha Tilaar, yaitu Liem Siauw Lan dan Bhe Siang Nio atau Pranoto Liem. Tampak dari depan, ada pintu bolak-balik. Jadi walau pintu utama dibuka lebar, tidak akan terlihat langsung keadaan kamar dari luar.
Ternyata tempat tidurnya serupa dengan ranjang di kamar Liem Tiang Ing. Sama-sama bernuansa putih, Kemudian di samping tempat tidur ada lemari kayu plus meja riasnya. Lalu ada juga mesin jahit. Aah.. mesin jahitnya mereknya dan bentuknya hampir sama dengan mesin jahit Ibu saya hahaha.
O, iya dinding terdapat foto yang memajang pigura tentang Pranoto Liem yang merupakan nenek sambung dari Ibu Martha. Jadi Kakek Ibu Martha Tilaar, sudah bercerai saat ketiga anaknya masih balita. Anak sulung dan kedua (Ibunya Ibu Martha Tilaar) ikut ayahnya, sedangkan anak bungsu ikut ibunya tinggal di Magelang.
Walau hanya nenek sambung, tapi Pranoto Liem sangat dekat dengan Ibu Martha Tilaar. Nah, dari Mak Ojo inilah, Ibu Martha Tilaar mulai belajar meramu jamu. Karena Mak Oco ini jago dalam meracik obat. Makanya di depan kamar itu masih tampak peralatan untuk membuat jamu. Selain itu, Ibu Martha Tilaar juga diajarkan berdagang dengan berjualan mangga di depan rumah, juga membuat aksesoris untuk dijual.
O, iya, awalnya panggilan Mak Oco itu, Ibu Martha peruntukkan untuk membahasakan kepada putrinya, Wulan. Tapi akhirnya menjadi panggilan sayang bagi semua keluarga. Saya memperkirakan dulunya itu penyebutannya Mak Oto. Mungkin Mbak Wulan menyebutnya Mak Oco hehehe.
Nah, setelah kamar Kakek dan Nenek Ibu Martha, ada satu ruang terbuka. di sini seperti ruang keluarga untuk berkumpul juga. Bisa juga ruang belajar, ya. Dan sangat nyaman, karena sekarang dijadikan ruang perpustakaan. Jadi bila pengunjung ingin istirahat sambil membaca juga bisa.
Setelah itu, ada kamar orang tua Ibu Martha Tilaar, yaitu Tjhie King Han (Yakob Handana) dan Liem Bok Lan (Herna Lien). Dari pernikahan ini, lahirnya tiga anak, yaitu Tjhie Pwee Giok (Martha Handana), Tjhie Pwee Tjoen (Ratna Handana), dan Tjhie Djun Sing (Bambang Handana. Jadi Bu Martha Tilaar itu putri sulung. Pantas ya, jiwa kepemimpinan dan mandirinya sudah terasa sejak kecil.
Begitu masuk kamar ini, yang paling menonjol adalah ranjang besinya. Dan kalau diperhatikan, hampir sama dengan ranjang yang ada di kamar Kakek dan Nenek Ibu Martha Tilaar tadi. Terus ada meja kecil di samping tempat tidur. Wastafel dengan cermin berbingkai kayu. Lalu di depan tempat tidur ada lemari kayu.
Di samping tempat tidur, ada kursi antik yang terbuat dari kayu juga. Ada tiga foto hitam putih Ibunda Ibu Martha saat masih muda. Ternyata baru bordir dan berenda, sangat hits zaman dulu ya hehehe.
Nah, yang menarik juga di kamar ini, ada baju pengantin dari Ibunda Ibu Martha Tilaar. Gaun penganti bernuansa putih ini masih tampak anggun dalam bingkai, walau usianyya sudah puluhan tahun. Saya jadi teringat gaun-gaun yang dikenakan para waniita di film bersetting tempo doloe.
Kemudian ruang tidur masa kecil Ibu Martha Tilaar dan dua saudaranya. Jadi mereka tidurnya bersama. Berbeda dari dua kamar sebelumnya yang menggunaka ranjang besi, di kamar ini tempat tidurnya dari kayu. tetap dengan kelambu dan seprai bernuansa putih.
Tampak di samping tempat tidur, ada meja dan kursi kayu. Di dinding, tampak pigura bergambar Ibu Martha Tilaar. Nah, di sisi lain, ada foto-foto keluarga Yakop Handana. Pose foto Ibu Martha alal-ala pose siap grak ya hehehe.
Setekah kamar- kamar tidur, saya dan Bang Doel melewati sebuah pintu. Nah, pintu ni termasuk koridor panjang dari kamar Ibu Martha bersama dua saudaranya, sampai terus ke musala. Dan di koridor ini, menurut saya jadi salah satu spot foto yang menarik. Makanya saya pun tidak melewatkan foto di sini.
ada ruang kerja Ayah dari Bu Martha Tilaar. Hanya saya kok kelewatan masuk ya hahaha. Jadi penasaran bentuknya seperti apa. Mungkin waktu saya melewati depan kamar kerja ini, ada dua Mbak-Mbak yang sedang emngovrol di depan pintunya. Jadi kami kelewat hehehe.
Selanjutnya di depannya ada beranda depan yang nyaman. ada seperangkat meja kursi. Pasti seru ya, untuk duduk-duduk di beranda itu.
Sisi menarik juga ada pada sepeda onthel, lalu di dindingnya dipajang doto-foto keluarga. Lalu bergeser sedikit, ada foto-foto Bu Martha Tilaar bersama Suami. jadi nama Tilaar itu didapat Bu Martha dari sang suami yang berasal dari Manado Sulawesi utara.
Nah, saya dan Bang Doel sempat bertanya-tanya, kenapa kamar tidur orang tua, dan Bu Martha bersaudara di luar rumah induk, ya? Padahal kan, Bu Martha juga termasuk cucu dari Liem Siauw, kan?
Makanya untuk menjawab rasa penasaran, kami kembali menemui Mbak Alona di shop Martha Tilaar. Sambil duduk santai sambil minum teh botol, Mbak Alona menjelaskan. Jadi kamar tidur di dalam itu, khusus untuk garis keturunan langsung dari Liem Siauw. Jadi karena Paman Bu Martha Tilaar yaitu Liem Tiong Ing merupakan anak laki-laki, maka nama Liem tetap memlekat pada anak-anaknya.
Sedang Ibunya Bu Martha yaitu Liem Bok Lan atau Liem Herna setelah menikah dan mempunyai anak, otomatis anaknya akan mengikuti nama ayahnya, yaitu Tjhie Makanya nama Bu Martha adalah Tjhie Pwee Giok.
Seru sekali, menyusuri Roemah Martha Tilaar yang penuh cerita ini. Saya pun banyak belajar tentang banyak hal.Misalnya masa kecil Inu Martha Tilaar, soal simetris pada rumah ini, soal garis keturunan, sampai soal tempat tidur. Jadi kalau sudah suami istri, ranjangnya dari besi. Sedangkan kalau masih anak-anak atau belum menikah, tempat tidurnya dari kayu hehehe.
Makanya, saya mengajak Bang Doel, untuk menysuri kembali dari awal, dari rumah induk, sampai paviliun sebelah kanan rumah, Biar kembali saya sinambungkan antara cerita Mbak Alona dengan apa yang saya lihat.
Dan info dari Mbak Alona, bulan Desember tahun ini, Roemah Martha Tilaar akan berusia 100 tahu. Wow.. pastinya nanti akan ada keseruan di sini. Jadi jangan lupa mampir ya, kalau pas main ke Gombong, atau melewati Gombong. Soalnya Roemah Martha Tilaar sangat dekat dari jalan lintas propinsi Yos Sudarso.
Selamat jalan-jalan, teman-teman. Yuk, dolan nang ke kebumen. Nikmati beragam wisata memikat yang sesuai hati dan kantong hehehe.
Bambang Irwanto
wah rumah kuno begitu juga perabotannya, selalu suka dengan aristektur rumah2 kuno
ReplyDeleteSama, Mbak Tira. Saya juga sangat suka bangunan plus perabot tempo doeloe. Rsanya seperti menyusuri lorong waktu. Jadi pengin masuk ke masa itu ya, Mbak hehehe.
DeleteWah kalau k Kebumen harus ke sini nih..
ReplyDeleteKeren usahanya.. Salah satu bentuk menghargai sejarah dan jasa beliau..
Wajin sekali, Mbak Fauziah.
DeletePokoknya akan dapat banyak cerita saat berkunjung ke Roemah Martha Tilaar ini.
Kalo pulang kampung lebaran nanti, saya harus agendakan waktu untuk main ke rumah Bu Martha nih. Pasti banyak cerita dan sejarah menarik dari rumah tersebut. Kebumen I'm coming~
ReplyDeleteHarus diagendakan Mbak Nuna. Soalnya bangunannya sudha termasuk cagar budaya. Tahun ini usianya 100 tahun.
DeleteRumahnya masih sangat terawat. Tempat tidurnya unik. Mirip semua. Beruntung mereka masih menjaga rumah masa lalu itu dengan baik. Sehingga bisa jadi bukti sejarah juga
ReplyDeleteIya, Mas. Sangat tejaga dan terawat. nah, soal tempat tidur itu, jadi yang kamar suami istri ranjang besi, yang anak-anak atau belum menikah tempat tidur dari kayu.
Deletewaw keren banget. aku baru tau kalau rumah ibu martha tilaar dijadikan museum. padahal orangnya masih ada yaa...
ReplyDeletedan keren banger perawatan barang-barangnya oleh orang2 jaman dulu
masih bagus dan kokoh hingga sekarang
sampai dijadikan museum looh
Iya, Mbak Rhos. Rumah masa kecil Bu Martha masih sangat terawat dan terjaga. Makanya jangan lupa mampir ke sini kalau pas ke Gombong kebumen, Mbak.
DeleteYa ampun, saya mupeng pengen ke sini juga dong, meski jujur sedikit seram kalau lihat hal-hal kuno begitu, bawaannya kayak ada hal-hal yang gaib.
ReplyDeleteDasar saya kebanyakan nonton film horor kayaknya.
Ke Roemah Martha Tilaar dijamin tidak ada perasaan kayak itu, Mbak Rey. Malah ingin lama-lama di sana hahaha. Soalnya rumahnya sangat menyenangkan, terang, dan ramai. Banyak pengunjung, Mbak Rey. Kalau malam hari sendirian di sini, mungkin hehehe.
DeleteKeren rumahnya, Berarti bu martha itu udah kaya dari dulu ya. Xixixi.. rumah dan perlengkapan rumahnya aja mewah (untuk ukuran zaman dulu). Dan kerennya walaupun usia rumahnya dah lebih dari 100 tahun tapi bersih dan terawat banget ya pak.
ReplyDeleteOrnag kaya banget, Mbak Dyah. karena Kakeknya Bu Martha pengusaha Susu. Dan zaman itu, sepanjang jalan Sempor Lama ini memang dihuni orang-orang kayanya Gombong, Mbak. Hampir semua pengusaha.
DeleteBacanya serasa saya ada disana lho pak. Serasa ikut masuk ke setiap kamar lalu melihat2 tenpat tidur dsb. Rumahnya rapi terjagaa ya pak, ternyata memang keturunan ibu Martha Tilaar sudah pengusaha yaa pak.
ReplyDeleteTentang ranjang, apa itu budaya Cina ya pak yang klo sudah bersuami besi, klo belum ranjangnya kayu, saya baru tau.
Iya, Mbak Siti. Berada di Roemah Martha Tilaar, serasa masuk ke mesin waktu juga hehehe.
DeleteSoal tempat tidur iru, hanya perkiraan saya saja, Mbak. Soalnya seragam begitu hehehe.
Seru banget Mas ceritanya. Saya tertarik banget mau berkunjung kesini. Semua masih terjaga ya furniture, dan sejarahnya. Ahh jadi pengen ke Kebumen.....
ReplyDeleteWajib mampir ke Roemah Martha Tilaar, Mbak Desy.
DeleteSoalnya rumah ini sudah termasuk cagar budaya. Desember ini sudah 100 tahun.
Wow, klasik banget ya mas. Jangan-jangan ini rumahnya sering dipake buat syuting film. Hehehe.
ReplyDeleteUntuk saat ini setahu saya belum, Mbak Mutia. Tapi sangat memungkinkan. Sekarang banyak dipakai foto Pre wedding dan juga acara penikahan.
DeletePastinya buat acara lain juga bisa. Termasuk kumpul keluarga dan reuni.
Baca postingan Mas Bambang ini saya serasa ikut mengitari ruangan demi ruangan lho... kece banget. Gede ya rumahnya, kira2 ini tipe berapa ya... ranjang tidur yang rapi, ada gaun brokat lagi ya, cantik ala noni Belanda di zamannya. Keren ah keluarga Bu Martha Tilaar.
ReplyDeleteRumah utama saja ada 4 kamar, Mbak Mia. Terus bangunan tambahan banyak kamar juga. Pokoknya tipe besar Mbak hahaha.
DeleteKeluarga Bu Martha Tilaar termasuk orang kaya memang, Mbak.
Wah, rumahnya benar-benar bernuansa tempo dulu. Aku membayangkan ini adalah rumah orang berada pada masanya. Ya nggak sih, Mas? Apalagi bangunannya hampir berumur 100 tahun dan masih dalam keadaan kokoh. Meskipun dari foto, kulihat furnitur juga masih dalam kondisi baik ya, Mas.
ReplyDeleteAda bagian dari bangunan yang sudah pernah direnovasi gitu nggak, sih? Kalau ada, hanya sebatas diperbaiki atau ada yang sudah berubah bentuk dari aslinya?
Benar sekali, Mbak Melina. Keluarga Bu Martha termasuk orang kaya. Kan kakeknya pengusaha susu. Dan rumah ini pernah direnovasi, tapi tetap dipertahankan bentuk aslinya. Bahkan langit-langit yang warna hijau putih itu, masih asli, Mbak.
DeleteDibangun sejak tahun 1920, pasti banyak sejarah didalamnya.
ReplyDeleteSemua figura,sepeda,hingga perabot lain nya masih apik banget hingga sekarang.
hingga koleksi mesin jahitnya,wah kalau sekarang kan udah menggunakan mesin canggih nggak perlu menggunakan kaki tuk menggerakkan nya
Iya, Mbak Elva. Dan Desember ini sudah masuk 100 tahun. Dan syukurnya sangat terjaga dan terawat, jadi sampai sekarang bisa terus kita nikmati.
DeleteSaya baca sambil menunggu fotonya ang Doel muncul, nih.
ReplyDeleteDan jujur, saya iri sekali dengan foto2 di atas. baru menyadari, ternyata kalau mau lihat antiquite, cukup ke museum keluarga semacam ini.
Wah, harus benar2 agendakan jalan2 ke museum privat atau umum kalau datang ke suatu kota!
Bang Doel tidak sempat kayaknya selfie di sini, Mbak Susi. Padahal saya tawarin hahaha.
DeleteIya, Mbak. Saya juga suka museum tipe seperti ini. Makanya saya ingin sekali ke museum Kartini di Jepara itu.
Setelah membaca artikel tentang rumah martha tilaar, saya baru tahu kalau keluarganya merupakan orang Tionghoa. Menarik sekali, ruangan dan barang-barang nya masih tertata rapi. Walaupun saya jarang sekali mendengar ini menjadikan tempat wisata, tapi cukup menarik. Thanks for sharing bang :D
ReplyDeleteRoemah Martha Tilaar ini jadi tempat wisata wajib pas ke Gombong, Mbak. Barang-barang keluarga besarnya sangat memikat, juga banyak cerita di sini.
DeleteKirain, dari judulnya pada mau perawatan. Gede banget rumahnya. Jadi ini dijadikan museum atau galeri gitu, ya.
ReplyDeleteIya, Mbak. Jadi barang-barang keluarga besar Ibu Martha Tilaar masih bisa dilihat oleh pengunjung.
DeleteSaksi perjalanan marta tilaar banget ini klo bgitu kak. Lengkap dengan nuansa rumah dulu, berasa benar2 menyaksikan bgaimana perjalanan sosok beliau hingga bisa seperti sekarang ya kak
ReplyDeleteBenar sekali, Kak. Saat menyusuri rumah ini, seperti ikut masuk ke lorong waktu juga.
DeleteMembaca postingan ini aku serasa masuk dalam petualangan menjelajahi rumah martha tilaar. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah merupakan hal yang menarik bagiku, apalagi aku suka membaca berbagai penjelasan yang ada. Paling senang bisa jalan-jalan sendiri dan membaca cukup lama untuk meresapi deskripsi, kadang kalau sama rombongan jadinya lama. Eh tapi kalau sendiri serem juga, hehe
ReplyDeleteMakanya wajib ke sini, Mas.
DeleteDan saya setuju. mending jalan sendiri. Jadi bisa berlama-lama di sini. Dan di sini tidak seram kok. Jauh dari kesan rumah tua. Kalau ke sini malam mungkin hehehe.
Rumah Martha Tilaar ternyata banyak barang antik ya kak, unik juga
ReplyDeleteBanyak, Mas Efri, dan semua masih terjaga dan terawat dengan baik.
Deletekalo pulkam ngelewatin kebumen tapi enggak pernah tahu kalo ada museum rumah martha tilaar. makasih infonya mas, lain kali kalo pulkam bisa mampir nih, secara tiap tahun pasti bikin destinasi wisata sekitar jateng.
ReplyDeleteNah, boleh sekali, Mbak Steffi. Dan karena berdekatan dengan Benteng Van Der Wijck dan waduk Sempor, maka wajib mampir juga.
DeleteKukira Martha Tilaar tuh orang Menado. Bukan yah? Ternyata dari Gombong? Rumahnya tahun 1920 masih dirawat banget. Aku suka pola lantainya. Hampir engga ada rumah-rumah sekarang yang lantainya berpola. Hebat banget keluarganya, turunannya masih mau merawat...
ReplyDeleteSuaminya yang orang Manado, Mbak Hani. Makanya BU Martha pakai nama marga keluarganya. nah, rahasia lantainya itu adalah saat dibersihkan lantainya pakai ampas kelapa, Mbak. Makanya kinclong hehehe.
Deletewah rumahnya khas banget ya jaman dulu. mana terawat semua barang-barangnya. baru tahu nih ternyata ada di Kebumen rumah orang tua beliau
ReplyDeleteTepatnya di kecamatan Gombong,Kak. Jadi kalau dari arah Jakarta, Gombong dulu, baru kota Kebumen.
Deletemenuju 100 tahun dan masih terawat sekali, sekilas aku jadi membayangkan kegiatan dan interaksi yang ada di rumah martha ini. next time aku ke kebumen aku mau ke sini ah! :)
ReplyDeleteWajib mampir, Mbak Marfa. Soalnya sagat jarang rumah keluarga yang dipertahan dan bertahan sampai hampir 100 tahun.
DeleteWah, saya jadi tahu kisah Bu Martha Tilaar nih Om. Btw, pas di lorong itu bagus buat foto tapi kenapa malah fotonya menghadap ke belakang, huft, sayang sekali Om.
ReplyDeleteHehehe.. ceritanya sedag menyusuri lorong waktu untuk menikmati cerita-cerita seru yanga da di Roemah Martha Tilaar, Mbak hahaha.
Deletewaaaah ternyata aku baru tau lho mas kalo rumah ibu Martha Tilaar ini ada di Gombong, so wonderful house! Cantik dan juga emang vintage banget, secara udah mau 100 tahun ya, dan masih terawat khususnya barang-barang furniture nya itu. Aku salfok sama bride gown nya mas, anggun bangetttt
ReplyDeleteIya, Mbak Grandys. Semua barang masih terjaga dan terawat, termasuk gaun pengantin itu yang usianya sudah puluhan tahun juga. Makanya wajib mampir ke sini, Mbak.
DeleteMas, sub judul paling atas typo, kurang huruf T, harusnya Begitu :D
ReplyDeleteDan, rumah ini kereeen banget ya, aku baru tau jg klo di Kebumen ada rumah masa kecilnya martha tilaar, kupikir dia dr Solo.
Cakep lg interiornya, khas banget rumah org Indonesia keturunan china. Apalagi perabot2nya itu. Ya ampunn, pengen bgt punya.
Terima kasih banyak sudah diingatkan, Mbak Melly. Saya malah baru ngeh hehehe.
DeleteIya, Mbak. Banyak yag mengira Bu Martha Tilaar itu rumahnya di Solo, atau dari Manado. Padahal leluhurnya asli Gombong Kebumen.
Terawat banget ya rumahnya. Aku selalu suka arsitektur rumah lama. Apalagi yang ada cerita semacam ini. Gak sabar mau ke sana.
ReplyDeleteSangat terawat dan terjaga, Mas. Apalagi usianya hampir 100 tahun bulan desember tahun ini. Yuk, dolan ke Roemah Martha Tilaar.
DeleteMas Bambang Irwanto ini enak banget sih bisa jalan-jalan ke tempat-tempat seru yang bersejarah. Baca tulisannya Mas Bambang ini, aku jadi bisa ikut merasakan lagi berada di roemah martha ini juga lho. Rumah tua nan eksotik ya dan kesan yang kutangkap dari foto, rumah ini dingin ya. Duh, senang pastinya kalau bisa tinggal di rumah seperti ini
ReplyDeleteIya, Mbak Monica. Rumahnya adem, karena bangunannya tinggi. Jendelanya banyak dan besar. Jadi kayaknya tidak perlu AC hehehe.
DeleteKapan kapan harus aku agendakan ke sana. Walaupun harus menyeberangi pulau dan lautan.
ReplyDeleteGunung kan kudaki
Lautan kan kuseberangi
Nah, mantap. Semangat, Mas Firdaus. Pasti akan sampai ke Kebumen hahaha
DeleteBaru tahu kalau Rumah Martha Tilaar ada di Gombong, padahal udah beberapa kali main ke Gombong. Semoga next timenya bisa deh mampir ke Rumah Martha Tilaar, apalagi tahun ini rumah tersebut berusia 100 thn. Mantap jiwa...
ReplyDeleteMemang banyak teman tidak tau, Mbak. mereka mengira malah ada di Solo.
DeleteMakanya next wajib mampir, Mbak.
Nyaman banget baca cerita Bang bang kali ini. Beneran lho, saya sepemikiran sama Bang Doel. Kirain Ibu Martha Tilaar itu dari Solo, eh taunya dari Kebumen dong ternyata. Suasana dan nuansa rumahnya bikin betah. Serasa ke rumah nenek banget nggak sih, Bang?
ReplyDeleteIya, Mbak. Serasa liburan di rumah nenek, ya. Suasananya sangat menyenangkan. Makanya Mbak Cha wajib mampir, Mbak.
DeleteOh udah jadi destinasi wisata ya kak. Jauh gak kalo dari Wonosobo? Pengen kesana akutuh
ReplyDeleteKalo dilihat dari bangunannya, khas jawa kuno banget ya. Liat fotonya aja berada "hidup" rumahnya. Cozy and vintage. Kayak rumah² abdi dalem gitu
Iya, sudah dijadikan tempat wisata.
DeleteKalau Wonosobo- Gombong tidak terlalu jauh ya. Jadi sekalian nanti wisata ke tempat lain yang dekat Roemah Martha Tilaar. Seperti Benteng Van Der Wijck dan waduk Sempor.
MasyaAllah komplit banget pepotoannya mas Bam, aku jadi pengen juga main ke situ
ReplyDeletenunggu indonesia bebas corona aamiin. semoga bisa dolan mrono.
Saya memang suka memajang foto secar rutut, Mbak. Jadi pembaca seakan ikut menysuri Roemah Martha Tilaar. Tapi memang bagusnya langsung ke sini saja, Mbak hehehe.
Deleteoh ternyata ada tiket masuknya ya, kemarin pas ngopi ngopi di kedai kopi nya, lalu kita jalan jalan masuk ke roemah martha tilaar, heuheuheu, enggak dimintain biaya tiket masuk
ReplyDeleteBagus banget mas, jadi pengin ke sana. Kalau perkiraan saya, panggilan Mak Oco itu berasal dari kata "Makco" yang adalah panggilan untuk nenek buyut dalam keluarga Tionghoa.
ReplyDelete