Menulis Cerita Anak Bagusnya Mulai Dari Mana, Ya? Nah, saya banyak sekali mendapat pertanyaan seperti ini. Banyak teman-teman yang masih bingung muali darimana. Apakah dari ide, dari tema atau dari konflik?
Sebenarnya, menulis cerita anak itu, bisa mulai darimana saja.Mulai dari ide bisa. Pesan moral bisa, bahkan dari judul juga bisa. Jadi tidak terpaku harus dari ide terus... Dari tema terus... Kembangkan saja imajinasi. Seperti kata pepatah.. sangat banyak jalan menuju Roma.
Nah, biar jelas, kita sharing saja yuk, menulis cerita anak itu bagusnya mulai dari mana? Seperti biasanya ya, tulisan ini saya susun berdasar pengalaman menulis saya yang masih seuprit, dan karena itulah saya harus terus belajar.
Pastinya, setelah dapat ide, saya langsung menentukan konflik ceritanya. Selanjutnya saya menentukan tokohnya, terus ending, baru terakhirmenyusun alur cerita sesuai endingnya. Nah, catatannya, begitu dapat ide, langsung dicatat dulu. Begitu ada waktu, segera eksekusi jadi cerita. Jangan menunggu lama, nanti ide akan menguap.
Misalnya temanya persahabatan. Kembangkan imajinasi seputar tema persahabatan. Dan persahabatan itu kan luas. Bisa persahabatan antar teman, dengan hewan peliharaan, dan lainnya. Kembali fokus ya. Jangan temanya persahabatan, malah memikirkan tema keberanian hehehe.
Misalnya, saya melihat ilustarsi teman saya Lily Zhai. Jadi ilustrasinya sosok anak perempuan, rambutnya kriting dikuncir dua, dengan giginya ompongnya. Maka, saya langsung terpikirkan namanya Pelipe. Setelah itu saya buat cerita yang sesuai.
Pernah juga, saya tidak sengaja berucap, Peri Periko atau Cici Paricci. Lalu terbayang sosok anak sesuai dengan nama itu. Maka saya lahirkan tokoh Riko Kurcaci yang ingin seperti Peri bisa menolong Atau Cici Paricci anak perempuan lincah tapi kritis.
Misalnya, konflik saat ini harus di rumah saja. Nah, bisa tarik konfliknya menjadi seorang Kurcaci yang tidak mau tinggal di rumah, padahal musim hujan sudah tiba. Dia ngeyel mau pergi ke kota. Akhirnya di perjalanan dia menemui banyak masalah dan sampai di kota, ternyata acaranya dibatalkan.
Misalnya, seorang anak mendapatkan apa yang dia inginkan. Nah, setelah dapat ending, tinggal masukkan konflik, lalu menentukan alur cerita yang sesuai ending. Jangan lupa lahirkan tokoh yang sesuai dengan kebutuhan cerita.
Nah, kalau awalnya saya dapat judul dulu, maka saya pertahankan judulnya. Saya menyesuaikan semua elemen dari tokoh, konflik, alur, sampai ending dengan judul tadi. Pokoknya judul itu jadi patokan.
Misalnya judulnya Toko Roti 3 + 3. Nah saya fokus cari, apa saja 3 hal yang istinewa seputar 3 roti istinewa. Setekah saya utak atik, maka 3 hal istimewa di toko roti itu adalah hanya 3 model roti yang dijual, hanya 3 orang yang melayani, atau hanya nama unik saja? Ternyata 3 makna itu adalah kecepatan melayani, keramahan melayani, dan kebaikan pemiliknya.
Baca Juga : Menulis Itu Gampang, Lalu yang Susah Apanya, Ya?
Saya pernah menulis cerita tentang seorang anak yang ingin menyampaikan kepada temannya, kalau anak-anak itu tidak bagus rambutnya dilurusin. Hanya cara penyampaiannya kurang pas, jadi temannya marah. padahal maksunya baik. Maka katakan dengan indah, agar temannya senang menerima masukan dari dia.
Misalnya laiinnya, pesan moralnya, seorang anak harus berbakti pada ibunya. Nah, fokus mencari ide seputar pesan moral itu. Soalnya cara berbakti seorang anak pada ibunya kan sangat banyak.
Baca juga : Tips Menulis Cerita Realis Anak Ala Bambang Irwanto
Misalnya sebuah dongeng tentang seorang Ibu yang mempunyai 3 orang anak. Nah, sebentar lagi ibunya akan berulang tahun. Ana pertama dan kedua memberi hadiah ibunya hadiah mahal. Nah, anak ketiga tidak bisa memberikan hadiah berupa barang mahal. Dia pun sedih. Tenryata justru selama ini dia sudah memberikan hadiah paling istimewa untuk ibunya, yaitu merawat dan menjaga ibunya dengan baik.
Nah, itu dia menulis cerita anak darimana saja. Dan yang mau membaca semua cerita-cerita di atas, bisa mampir ke koleksi cerita anak yang saya tulis, ya. Hanya... Semua itu butuh proses ya. Jadi semakin terus semangat menulis, maka proses menulis cerita anak bisa darimana saja. Proses menulis akan semakin mudah, cepat, dan menyenangkan.
Salam semangat menulis....
Bambang Irwanto
Sebenarnya, menulis cerita anak itu, bisa mulai darimana saja.Mulai dari ide bisa. Pesan moral bisa, bahkan dari judul juga bisa. Jadi tidak terpaku harus dari ide terus... Dari tema terus... Kembangkan saja imajinasi. Seperti kata pepatah.. sangat banyak jalan menuju Roma.
Nah, biar jelas, kita sharing saja yuk, menulis cerita anak itu bagusnya mulai dari mana? Seperti biasanya ya, tulisan ini saya susun berdasar pengalaman menulis saya yang masih seuprit, dan karena itulah saya harus terus belajar.
Dari Ide
Ide ini adalah cara utama untuk menulis cerita anak.Bahkan saya pun menerapkan saat awal menulis. Dan karena ide itu bisa didapatkan darimana saja, dari membaca, menonton, dan sebagainya, maka banyak sekal ide-ide yang bisa saya dapatkan.Pastinya, setelah dapat ide, saya langsung menentukan konflik ceritanya. Selanjutnya saya menentukan tokohnya, terus ending, baru terakhirmenyusun alur cerita sesuai endingnya. Nah, catatannya, begitu dapat ide, langsung dicatat dulu. Begitu ada waktu, segera eksekusi jadi cerita. Jangan menunggu lama, nanti ide akan menguap.
Dari Tema
Cara memulai cerita anak itu sebagian besar juga diawali dari tema. Karena tema sudah ditentukan, maka kita akan fokus mencari ide cerita seputar tema. Ibaratnya akan melakukan perjalanan, kita sudah pegang petanya.Misalnya temanya persahabatan. Kembangkan imajinasi seputar tema persahabatan. Dan persahabatan itu kan luas. Bisa persahabatan antar teman, dengan hewan peliharaan, dan lainnya. Kembali fokus ya. Jangan temanya persahabatan, malah memikirkan tema keberanian hehehe.
Dari Tokoh
Mengawali cerita anak juga bisa diawali dari tokoh. Misalnya tidak sengaja kita melihat anak dengan karakter unik. Lalu kepikiran juga untuk menulis ceritanya. Tapi soa sosok tokoh ini tidak selamanya dari dunia nyata, ya. Bisa kok sosok imajinasi kita. Termasuk saat melihat sebuah gambar juga atau sebuah nama spontan terucap.Misalnya, saya melihat ilustarsi teman saya Lily Zhai. Jadi ilustrasinya sosok anak perempuan, rambutnya kriting dikuncir dua, dengan giginya ompongnya. Maka, saya langsung terpikirkan namanya Pelipe. Setelah itu saya buat cerita yang sesuai.
Tokoh Pelipe dari Ilustrasi Lily Zhay |
Pernah juga, saya tidak sengaja berucap, Peri Periko atau Cici Paricci. Lalu terbayang sosok anak sesuai dengan nama itu. Maka saya lahirkan tokoh Riko Kurcaci yang ingin seperti Peri bisa menolong Atau Cici Paricci anak perempuan lincah tapi kritis.
Dari Konflik
Konflik bisa jadi cara jitu kita mengawali cerita. Jadi saat dapat konflik, segera cari dulu endingnya, lalu susun jalan ceritanya. Baru tentukan alur ceritanya.Misalnya, konflik saat ini harus di rumah saja. Nah, bisa tarik konfliknya menjadi seorang Kurcaci yang tidak mau tinggal di rumah, padahal musim hujan sudah tiba. Dia ngeyel mau pergi ke kota. Akhirnya di perjalanan dia menemui banyak masalah dan sampai di kota, ternyata acaranya dibatalkan.
Dari Ending
Ending cerita sangat bisa dijadikan awal saat menulis cerita. Soalnya terkadang, kita malah menemukan endingnya dulu. Sama saat kita langsung menentukan akan liburan ke Bali. Setelah itu baru dilanjutkan dengan hal lainnya. Mulai dari persiapan liburan ke Bali, mau naik apa saja, sampai tempat wisata mana saja yang akan dikunjungi.Misalnya, seorang anak mendapatkan apa yang dia inginkan. Nah, setelah dapat ending, tinggal masukkan konflik, lalu menentukan alur cerita yang sesuai ending. Jangan lupa lahirkan tokoh yang sesuai dengan kebutuhan cerita.
Dari Judul Cerita
Beberapa cerita anak yang saya tulis, lahir dari judul dulu. Misalnya sepeda 2in1, Toko Mata Jeli, Toko Roti 3 + 3 dan lainnya.Nah, kalau awalnya saya dapat judul dulu, maka saya pertahankan judulnya. Saya menyesuaikan semua elemen dari tokoh, konflik, alur, sampai ending dengan judul tadi. Pokoknya judul itu jadi patokan.
Misalnya judulnya Toko Roti 3 + 3. Nah saya fokus cari, apa saja 3 hal yang istinewa seputar 3 roti istinewa. Setekah saya utak atik, maka 3 hal istimewa di toko roti itu adalah hanya 3 model roti yang dijual, hanya 3 orang yang melayani, atau hanya nama unik saja? Ternyata 3 makna itu adalah kecepatan melayani, keramahan melayani, dan kebaikan pemiliknya.
Dari Pesan Moral
Yang tidak ketinggalan adalah kita bisa mulai menulis cerita anak dari pesan moralnya dulu. Misalnya pesan moralnya adalah seorang anak harus berkata dengan baik. nah, fokus pada pesan moral itu. Ucapan-ucapan apa saja yang baik, dan ditujukan kepada siapa.Baca Juga : Menulis Itu Gampang, Lalu yang Susah Apanya, Ya?
Saya pernah menulis cerita tentang seorang anak yang ingin menyampaikan kepada temannya, kalau anak-anak itu tidak bagus rambutnya dilurusin. Hanya cara penyampaiannya kurang pas, jadi temannya marah. padahal maksunya baik. Maka katakan dengan indah, agar temannya senang menerima masukan dari dia.
Misalnya laiinnya, pesan moralnya, seorang anak harus berbakti pada ibunya. Nah, fokus mencari ide seputar pesan moral itu. Soalnya cara berbakti seorang anak pada ibunya kan sangat banyak.
Baca juga : Tips Menulis Cerita Realis Anak Ala Bambang Irwanto
Misalnya sebuah dongeng tentang seorang Ibu yang mempunyai 3 orang anak. Nah, sebentar lagi ibunya akan berulang tahun. Ana pertama dan kedua memberi hadiah ibunya hadiah mahal. Nah, anak ketiga tidak bisa memberikan hadiah berupa barang mahal. Dia pun sedih. Tenryata justru selama ini dia sudah memberikan hadiah paling istimewa untuk ibunya, yaitu merawat dan menjaga ibunya dengan baik.
Nah, itu dia menulis cerita anak darimana saja. Dan yang mau membaca semua cerita-cerita di atas, bisa mampir ke koleksi cerita anak yang saya tulis, ya. Hanya... Semua itu butuh proses ya. Jadi semakin terus semangat menulis, maka proses menulis cerita anak bisa darimana saja. Proses menulis akan semakin mudah, cepat, dan menyenangkan.
Salam semangat menulis....
Bambang Irwanto
info yang sangat menarik mas
ReplyDeleteTerima kasih. Semoga bermanfaat.
Delete