Mas Baim, Bagaimana Tips Cara membranding diri sebagai penulis cerita anak? Nah, ini salah satu pertanyaan yang diajukan kepada saya saat saya membuka sesi postingan tanya jawab di facebook. Seberapa pentingnya ya membranding diri sebagai penulis cerita anak?
Jadi waktu itu, saya memposting di facebook, siapa saja boleh bertanya seputar dunia menulis cerita anak. Rangkuman sudah saya susun di postingan 33 Pertanyaan Seputar Dunia Menulis Cerita Anak. Nah salah satunya soal branding sebagai penulis cerita anak.
Melakukan branding sebagai penulis cerita anak itu menurut saya sangat perlu. Tapi tentu saja butuh proses. Ada tahapan-tahan juga yang harus dilakukan. Nah, berikut saya susun sesuai pengalaman menulis saya.
Banyak Menulis Cerita Anak
Kunci pertama yang harus dilakukan untuk bisa di kenal orang sebagai penulis cerita anak adalah mempunyai banyak tulisan. Ini untuk pembuktian, kalau kita punya kemampuan atau bisa menulis cerita anak. Ibaratnya seorang penyanyi, pasti harus menunjukkan suaranya yang bagus kepada orang lain.
Nah untuk menghasilkan banyak cerita anak, dan pas untuk anak-anak, maka butuh proses. Karena menulis kan tidak seperti membalikkan telapak tangan, sim salabim atau abrakadabra. Semua butuh waktu yang panjang. Termasuk Tidak Melakukan Hal-Hal yang Dilarang di Dunia Menulis.
Sesuai pengalaman menulis saya, maka saya melakukan tahapan pertama sebagai berikut :
Rajin Menulis
Rajin menulis harus. Itu kuncinya untuk mencapai hasil bisa dikenal banyak orang sebagai penulis cerita anak. Saya itu dikenal orang, karena mereka membaca banyak cerita-cerita anak yang saya tulis. Karena 1-2 cerita saja, orang akan cepat lupa hehehe.
Jadi teman-teman harus punya target sendiri. Misalnya, awalnya target seminggu menulis 1 cerita anak. Lalu lama-lama dinaikkan seminggu menjadi menulis 2 cerita anak, seminggu 3 menulis cerita anak, sampai akhirnya sehari menulis 1 cerita anak. Begitu terus, grafiknya naik, sampai akhirnya bisa sehari menulis beberapa cerita anak.
Waktu Menulis
Setiap penulis cerita anak punya waktu-waktu favorit menulis cerita. Makanya sesuaikan saja masing-masing. Tidak perlu terpatok dengan penulis lain. Saat ditanya oleh teman lain, saya pun menjawab seperti itu. Jangan mengikuti waktu menulis saya.
Misalnya kalau saya, paling suka menulis itu di pagi hari sampai sore. Jadi saat malam hari, waktunya istirahat. Kecuali ada deadline tulisan yang harus disetor.
Tapi saya tidak menulis terus.... Ada jedanya juga. Misalnya setiap 2 jam break menulis lalu lanjut lagi. Intinya saya menulis seenjoynya saya saja. Kalau saya jenuh, saya tidak menulis dulu, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Tempat Menulis
Seperti halnya waktu menulis, setiap penulis punya tempat favorit masing-masing. Jadi teman-teman cari tahu sendiri, tempat menulis favortinya di mana. Di rumah, di perpustakaan, di cafe, dan lainnya. Termasuk mencari tempat yang sunyi dan tenang.
Kalau saya, tempat favorit menulis saya di rumah. Saya pernah coba nulis di perpustakaan, tempat nongkrong dan lainnya, itu tidak bisa hahaha. Tapi yang bagusnya, saya bisa menulis dalam keadaan apa saja. Mau sunyi atau berisik sekitar rumah, tetap enjoy saja hahaha.
Semangat Menulis
Nah semangat menulis ini erat kaitannya dengan poin-poin di atas. Semua tidak akan tercapai kalau tidak ada semangat. Dan semangat menulis terbesar itu 99 persen dari diri sendiri. Sedangkan 1 persen saja dari orang lain.
Jadi sangatlah penting mengobarkan semangat menulis. Percuma sekeliling berkoar-koar kasih semangat, kalau dalam diri sendiri malam menulis. Semakin semangat menulis, maka semakin karya yang dihasilkan. Apalagi kan, sudah menentukan sendiri waktu dan tempat favorit menulis.
Sebar Cerita Anak
Sudah banyak menulis cerita anak, tapi kok hanya disimpan sendiri? Hanya memenuhi folder laptop? Bagaimana mau dikenal orang sebagai penulis cerita anak?
Saya ingat sekali teman STM saya. namanya Erfah Basmar. Dia bilang, kalau kelebihan kita mau diketahui orang, maka harus kita tunjukkan. Dan benar juga. Saya tidak akan dikenal orang bisa menulis cerita anak, kalau orang lain tidak pernah membaca cerita-cerita anak yang saya tulis.
Dan jujur saja, orang lain mengenal saya, karena membaca cerita-cerita saya yang tersebar di majalah Bobo, Kompas Anak Minggu, Girls, Soca, Nusantara Bertutur, Mombi dan lainnya. Orang juga mengenal saya, karena membaca buku anak yang saya tulis.
Makanya teman-teman harus percaya diri dan berani mengirim cerita anak yang sudah ditulis di media dan penerbit. Agar nantinya dimuat atau diterbitkan dan akhirnya dikenal orang. Buat apa membuang energi, uang, dan waktu, tapi ceritanya hanya disimpan sendiri. Jangan pernah takut gagal. Ditolak itu hal biasa. Justru dalam penolakan kita belajar lagi.
Saya pun sudah pernah menulis Cara mengirim Naskah ke Penerbit. Intinya semua proses akan mudah, kalau kita enjoy dan semangat melakukan. Pastinya menikmati proses dan barkan semuanya indah pada waktunya.
Promosi Karya Anak
Nah, setelah karya dimuat atau diterbitkan, mulailah langkah selanjutnya yaitu rajin mempromosikan cerita anak yang ditulis. Jangan takut dibilang riya atau pamer. Karena inilah langkah awal membranding diri sebagai penulis cerita anak. Bukan hanya sekedar promosi karya saja.
Misalnya cerita saya baru saja dimuat. Selain promosi cerita baru saya, saya secara tidak langsung nmeperkenalkan diri saya sebagai penulis cerita anak. Jadi orang yang belum kenal saya bisa mulai tahu. Oh, Mas Bambang itu selain mantan kaver boy dan model majalah remaja, juga penulis cerita anak hahaha
Apalagi zaman now, promosi karya itu sangat mudah. Tenan-teman bisa mempromosikan di berbagai tempat. Gratis lagi. Dan berikut di mana saja teman-teman bisa memperkuat branding diri sebagai penulis cerita anak.
1. Media sosial
Kehadiran sosial, menurut saya sangat membantu. Bukan saja mencari pertemanan tapi juga buat promosi, termasuk menunjukkan karya cerita anak kita. Berbagai media sosial bisa kita gunakan.
A. Facebook
Facebook adalah media sosial pertama yang saya gunakan untuk mempromosi cerita-cerita anak yang saya tulis. Walau telat baru buat akun sekitar tahun 2009 (itu pun dibuatkan adik saya), tapi pastinya tidak mengurangi semangat saya.
Lewat facebook, Alhamdulillah orang-orang mulai mengenal saya. Yang awalnya hanya membaca cerita saya di majalah anak, sekarang bisa mengenal personal saya. Oh.. ini Mas Bambang yang ceritanya sering dimuat di Majalah Bobo, ya?
Walau saat itu saya belum menampilkan foto wajah saya, tapi setidaknya orang sudah mengenal saya. Dan Alhamdulillah, job-job menulis mulai berdatangan, karena mereka melihat postingan saya di facebook. Salah satunya tawaran dari Pak Iwan Darmawan, salah satu ilustrator cerita anak-anak. Beliau mengajak saya untuk menulis di penerbit Ana Muslim Malaysia. Alhamdulillah. Haturnuhun Pak Iwan. Terima kasih Ana muslim.
Nah, untuk facebook, teman-teman bisa memamerkan karya :
# Beranda
Beranda ini ibaratnya iklan, adalah halaman iklan terbesar. Jadi teman-teman harus rajin posting di feed. Terus settingan postingan jangan diprivat atau hanya teman saja yang bisa melihat. Buar settingan global atau publik. Jadi yang belum berteman pun, bisa melihat postingan kita.
# Cerita Facebook
Jangan lupa manfaatkan ruang cerita kita di Facebook. Posting cerita yang dimuat di media dan buku yang sudah diterbitkan di sana. Apalagi banyak pernak-pernik yang mempercantik postingan kita.
# Halaman
Dengan kehadiran halaman facebook, kita bisa fokus memposting khusus cerita-cerita anak saja. Teman-teman akan mudah melihat, karena tidak bercampur dengan postingan lainnya dari kita yanh beda niche.
B. Instagram
Kehadiran instagram, membuka peluang penulis cerita anak lebih mudah membranding diri. Apalagi Instgram juga menyediakan banyak ruang yang harus kita maksimalkan.
#Feed
Feed ini sama dengan beranda Facebook. Makanya harus kita manfaatkan. Apalagi bisa posting mulai dari 1 foto sampai 10 foto. Ruang menulis caption yang lumayan panjang, bisa membuat kita menulis isi postingan sesuai foto.
Jangan lupa postingan disetting global atau publik. Biar semakin luas jangkauan, gunakan hastek yang relevan. Boleh kok tag akun yang berkaitan. Misalnya cerita saya baru dimuat di majalah Bobo, maka saya akan tag dan mention akun majalah Bobo.
# Insta Story
Walau hanya 15 detik durasinya, jangan lupa buat video lalu posting di insta story. Apalagi kalau teman-teman followersnya sudah 10K, bisa swipe link yang ditautkan ke blog juga. Apalagi kan, instagram juga menyediakan highlitg. Jadi insta story seputar cerita anak bisa disatukan.
# IG TV
Kehadiran IG TV jangan sampai teman-teman tidak manfaatkan. Soalnya tidak semua para pemirsa suka membaca, tapi lebih suka menonton sesuatu. Jadi kalau durasi videonya lebih 1 menit, langsung pakai IG TV saja. Nantinya Selain promo buku, teman-teman sekalian berlatih berbicara depan kamera hehehe.
C. Twitter
Walau jatah caption terbatas, tapi twitter tetap jadi andalan promosi termasuk membranding diri sebagai penulis cerita anak. Tapi ini justu bagus, karena kita melatih diri untuk memilih kata yang tepat dan pas, tapi usahakan tidak menyingkat kata, terus infonya sampai. Dan ini bagus lho, sebagai latihan menulis pictbook atau cerita bergambar.
Nah, kalau memang twitnya agak panjang, buat diutas saja. Jadi antara 1 twit dengan twit lainnya nyambung. Orang pun akan lebih mudah menyerap apa yang kita twit.
2. Blog
Selain Media Sosial, saya juga memanfaatkan blog sebagai ajang promosi dan membranding diri. Selain itu, blog bisa jadi arsip yang aman. Jadi kapan butuh arsip, tingga; buka blog.
Makanya saya secara rutin pun memposting cerita-cerita anak saya di blog. Pastinya setelah itu saya promosi lagi di media sosial. Jadi tetap berkaitan antara media sosial dan blog.
3. Dunia Nyata
Memperkenal sebagai penulis cerita anak di dunia nyata itu sangat penting. Kembali ke ucapan teman saya di atas, bagaimana orang lain mau tau diri kita, kalau kita tidak memperkenalkan.
Soalnya dulu, banyak orang sekitar yang bertanya-tanya. Kok Mas Bambang sering belanja-belanja ya? Kan di rumah terus, tidak kerja? Kok tiba-tiba bisa beli motor? Jangan-jangan... pelihara tuyul hahaha...
Nah, ini perlu dijelaskan kepada mereka. Karena kan para tetangga belum tentu punya media sosial dan melihat semua postingan saya. Selain mencegah agar tak ada dusta di antara saya dan tetangga, siapa tahu dengan mereka tahu saya sebagai penulis cerita anak, ada job mengajar menulis cerita anak hahaha.
Konsisten Menulis Cerita Anak
Poin ini sangat penting. Dunia menulis itu, termasuk menulis cerita anak, progresnya sangat cepat. Terlena sedikit saja, maka akan tersalip dengan yang lainnya. Tidak berusaha segera bangkit dan mengejar, maka akan tenggelam dan dilupakan.
Saya pernah membaca di mana, ibarat seorang seleb, itu kalau mau terus diingat orang, maka harus terus tampil di televisi. Ini sama saja penerapanya pada penulis cerita anak. Kalau tidak terus konsisten menulis cerita anak, maka ceritanya tidak akan pernah dibaca orang. Makanya, terus lakukan poin-poin di atas.
Tips Saat Proses Membranding Sebagai Penulis Cerita Anak
seperti yang saya tuliskan di atas, proses membranding diri sebagai penulis cerita anak itu lama dan panjang. Tapi kuncinya enjoy menikmati setiap proses. Nah, ini ada 3 kunci tambahan :
Terus Belajar Menulis Cerita Anak
Pada dasarnya, menulis, termasuk menulis cerita anak adalah belajar. Dan saya pun sampai saat ini masih terus belajar. Karena kan dunia menulis cerita anak terus berkembang.
Tetap Rendah Hati
Saat mencapai atau berhasil melalui tahap, maka tidak langsung berpuas diri. Tetap rendah hati. Selalu emrasa belum hebat. jadi kemauan untuk terus belajar dan belajar akan selalu ada.
Berbagi Cerita dan Ceria
Sebagai penulis cerita anak, jangan pelit berbagi ilmu menulis. Jangan menganggap sesama penulis cerita anak adalah saingan, tapi teman sejalan. Akhirnya saling mengisi. Dan saya jujur saja banyak belajar dari teman-teman lainnya. Termasuk banyak menerima info dan tawaran menulis dari teman-teman
Nah, itu dia tips cara membranding diri sebagai penulis cerita anak. Sekali lagi ya, ini saya susun berdasarkan pengalaman pribadi saya. Jadi kalau ada perbedaan, anggap saja warna-warni menulis dunia menulis cerita anak. Terus semangat menulis....
Bambang Irwanto
Yesss mantap tips branding nya...yang penting itu semangat nya dulu ya kak jangan sampai kendor, biar bisa menyelesaikan tulisan yang idenya sudah ada dikepala. Sepertinya aku ini yang sering kurang sharenya ke medsos, baca ini jadi semangat lagi deh ngeshare tulisan yang udah dibuat
ReplyDeleteNah, benar sekali, Mbak Sarah. Karena semangat terbesar itu dari dalam diri sendiri. Kalau sudah semangat menulis, kan semua ide-ide di kepala bisa dituangkan dalam tulisan.
DeleteRajin nulis, ya pak?
ReplyDeleteIya sih kalo dipikir-pikir. Gimana mau branding kalau karyanya aja seupil. Orang mana tahu kan ya?
Tapi ya itu, masalah utama penulis kan sering writers block. Jadi harus punya banyak stok ide ��
Harus rajin nulis, dan rajin share juga, Mbak Nia. Jadi orang-orang mengenal kita juga. Kalau writers block, tinggalkan sejenak menulis, lalu lakukan hal-hal yang menyenangkan. Setelah itu, kembali lagi semangat menulis.
DeleteTetap semangat membagikan cerita anak baik itu melalui platform blog ataupun media sosial (facebook, instagram, twitter dsb) agar banyak anak Indonesia terinspirasi ceritanya.
ReplyDeleteInsya Allah terus semangat, Mas Didik. Semoga cerita yang saya bagikan disukai dan bermanfaat. Aamin.
DeleteSoal branding ini juga salah satu penyebab aku vakum nulis buku beberapa tahun ini. Buku-bukuku beragam jenis dan segmen. Akibatnya, sering nemu di toko buku novel anak karyaku ditaruh di rak novel remaja. Rupanya sistem membaca namaku sebegai penulis novel remaja :D.
ReplyDeleteKecuali kalau buku anak itu terbitan Grup Mizan. Nggak bakal salah tempat karena (sebelum pandemi) menguasai area khusus untuk buku anak.
Padahal walau Mbak Eno vakum nulis buku beberapa tahum, kan bisa dari jenis bukunya dibedakan ya, Mbak. jadi ya novel anak, ditaruh di rak novel anak juga. Dan saya rasa perlu ini diberi tahu kepada pihak toko buku.
DeleteSemoga pandemi segera berakhir ya, Mbak Eno. Biar dunia penulisan dan buku anak mengeliat lagi. Aamin.
Rasanya kalo nulis di tempat nongkrong, kayak cafe, perpustakaan atau kuburan, kurang fokus Mas, apalagi kalo bareng teman, yang ada malah ngobrol. Saya juga lebih nyaman nulis di rumah, bisa lebih fokus ditambah camilan plus kopi.
ReplyDeleteSepakat Mas, saya juga biasa nulis pagi atau sore, suasana lebih adem dan tenang. Malam buat nonton YouTube sambil rebahan, hehehe..
Saya juga ngandelin sosmed buat ajang promosi artikel sekaligus branding. Pinterest juga loh Mas, keren itu.
BTW, makasih buat sarannya, akan saya terapin di kemudian hari.
Kalau nulis di kuburan, memang jangan, Mas. Apalagi malam hari. Takutnya malah ada makhluk dunia lain yang menemani hahaha.
DeleteSama-sama, Mas. terus semangat menulis.
Wahhh pencerahan yang panjang. Mas Baim, saya 2 tahun ini udah merambah dunia menulis buku dengan tema kisah inspiratif. Tapi saya masih belum berani ikutan kalo ada proyek nulis cerita anak. Supaya berani, sepertinya saya harus banyak membaca cerita anak-anak ya..? Jujur aja selama ini bacaan saya kebanyakan tentang biografi atau kisah nyata/sukses. Anyway sekali lagi makasih banget atas pencerahannya. Sangat bermanfaat buat saya.
ReplyDeleteAyo, mulai nulis cerita anak, Mbak Wiwin. karena semua bisa dipelajari. Dan memang langkah awal adalah banyak membaca cerita anak, agar rohnya dapat. Jadi saat menulis cerita anak, usahakan menempatkan diri sebagai anak-anak yang sedang bercerita kepada teman-temannya.
DeleteSenang sekali membaca tulisan kali ini dari Mas Bam. Saya nih masih agak agak deregdeg kalau promosi secara langsung. Makanya kadang saya dibilang nggak kerja tapi kok bisa jajan online melulu.
ReplyDeleteTips ini rasanya bisa banget diterapkan untuk bloger atau penulis lainnya. Makasih banyak atas semangatnya Mas Bam. Dan yes, semangat dari dalam diri sendiri lebih penting daripada semangat dari orang lain.
Ayo.. terus semangat promo, Mbak. Dan memang, ini bisa diterapkan di mana saja, tidak mutlak pada penulis cerita anak saja. hanya kebetulan, saya bergelut di dunia penulis cerita anak.
DeleteKOnsistensi adalah kata penting yang bisa saya rasakan sampe sekarang sih Pak, dengan begitu, rasanya lebih matep sih personal brandingnya.
ReplyDeleteBenar sekali, Mas.
DeleteKonsisten dengan apa yang kita kerjakan. Dan otomatis anak konsisten dengan branding diri juga. Apalagi zaman now, lengah sedikit, maka akan tenggelam.
Kiatnya sangat bermanfaat, Mas. Aku akui jadi penulis anak itu ga gampang, malah butuh kecakapan luar biasa karena pembaca anak beda dengan target pembaca dewasa. Bahasanya kudu rapi tapi luwes dan ga menggurui. Aku pernah nulis cerita anak tapi kayaknya enggak mantab. Pernah kirim ke Bobo juga ga dimuat, haha. Baru sekali atau dua kali gitu. Ingat pesan Mas Benny Rhamdani buat mengunggah progres naskah dan bahkan rencana menulis biar teman-teman di medsos tahu kita ngaain. Pas banget sama saran Mas Bam's buat di medsos, salah satunya FB.
ReplyDeleteMenulis cerita anak memang prosesnya memang beda, Mas. Bagaimana dalam satu cerita, harus masuk semua muatan. Tanpa menggurui, tanpa meminjam mulut orang tua dan lainnya. Tapi tetap semau bisa dipelajari. Dan kuncinya terus menulis.
DeleteHarusnya, Mas Rudi terus menulis cerita anak dan terus mengirim ke Bobo. Saya prosesnya seperti itu, sampai akhirnya dimuat.
Kalau satu cerita sudha dimuat, maka naskah lainnya akan menyusul dimuat, Mas.
Menulis cerita anak perlu branding dulu ya supaya lebih dikenal. Mellaui target yang jelas jadi makin konsisten nantinya untuk menulis cerita anak. Masih dibutuhkan cerita-cerita anak di zaman sekarang nih. Aku perlu belajar banyak nih sama Pak Bambang
ReplyDeleteMenulis cerita anak, proses awalnya harus terus konsisten menulis dulu, Mbak. Kalau sudah banyak karya, rajin promo dan itulah jadi branding.
DeleteApalagi zaman now, kita sangat terbantu dengan kehadiran media sosial.
Lengkap banget ulasannya pak.
ReplyDeleteAKu pernah beberapa kali nulis cerita anak tapi masih buku antologi gitu. TErakhir tahun 2019 dan sampai sekarang belum berkarya lagi.
Padahal mau banget bisa nulis buku anak lagi. KArena kayaknya lebih bisa "dapat feel-nya". Oh iya, menurut aku tambahan untuk branding (diri) = sering main bareng anak jadi lebih bisa update perkembangan tentang anak. Hehehe
Mau belajar lagi nulis cerita anak nih, izin berguru pak. wkwkw
Ayo, nulis cerita anak lagi, Mbak Niken.
Deletekarena kalau kelamaan vakum, mau mulainya akan susah. Terus semangat, Mbak.
Cukup komplit penjelasannya. Untuk mulai belajar menulis cerita anak, tentu bukan hal yg simpel ya. Ini terkait dengan cara bertutur atau gaya bahasa yg ngga bisa disamakan dengan menulis cerita pada umumnya (untuk konsumsi remaja atau dewasa)
ReplyDeletemas bambang nih salah satu orang yang menurut aku brandingnya sukses banget nih dengan keceriaan dan jajan baksonyaaaa.. Hihihiii. Cocok banget sama profesi penulis anak. hehehe
ReplyDeletejujur aku selalu iri sama temen2 blogger yang selangkah lebih maju dari pada aku
ReplyDeleteapalagi untuk kak bambang ini. panutan ku sekalii untuk urusan cerita anak
tp ya cerita anak ini sebenernya lebih kompleks banget, karena ada unsur psikologi anak di dalam. bener gk kak?
Kunci di awal, diniatkan untuk jadi penulis buku ya mas. Kemudian lanjut eksekusi setiap jalan utk bisa menjadi penulis cerita anak. KArena ga cukup satu atau dua lngkah, tapi banyak langkah yang kemudian dapat tercipta branding penulis anak tersebut
ReplyDeleteTerima kasih untuk informasi dan pencerahannya mas. Keep writing
Dengan aktif menulis bisa di pastikan bahwa kita memiiliki kapasitas yaitu menulis tentang cerita anak... karena saya yakin dengan memiliki sifat selalu rendah hati dan konsisten menulis pasti bisa menjadi penulis cerita anak
ReplyDeleteinspiratif, sementara ini nulis buku itu masih dalam tahap niat dan keinginan mas baim, kalau saya ^_^ sementara masih rajin belajar nulis di blog dulu, semoga suatu saat bisa punya buku terbitan sendiri kaya mas baim :)
ReplyDeleteYes suka sekali dengan tulisan ini. Konsistensi sangat penting, yang kedua adalah jaringan pada hal yang sebidang. Sebetulnya bisa diterapkan dimana saja, tips dari mas Baim ini. Keren mas
ReplyDeleteWuahh...para penulis anak lainnya mesti baca artikel ini nih. Biar bisa belajar gimana mulai personal branding sebagai penulis cerita anak, dengan memanfaatkan media sosial yang sudah ada tentunya :)
ReplyDeleteDari semua karya tulis yang pernah aku pelajari dan aku coba tulis, menulis cerita anak paling berat buatku, Mas. Entah kenapa. Makanya suka salut sama teman-teman penulis buku anak. Kalian mah luar biasa.
ReplyDeleteBranding itu emang butuh kerajinan dan konsistensi, ya Mas. Harus rajin berkarya, terus rajin nunjukin karyanya seperti yg disebutkan, salah satunya via media sosial. Sekalian branding sekaligus promosi, hehe.
ReplyDeleteSelalu kagum sama penulis yg produktif kayak Mas Baim. Apalagi nulis cerita anak gak mudah, kudu nyesuaikan sama segmen pembaca anak2.
Pernah mendapat mata kuliah khusus cerita anak ini dan bikinnya lebih susah daripada fiksi atau cerita biasa, karena kita kudu menyelami dunia anak2 kan biar ceritanya pas. Salut dg Pak Bams yg konsisten dan branding cerita anak ini melalui banyak cara pasti dilakukan bertahap ya
ReplyDelete