Ada yang bilang, belum sah jadi penulis, kalau belum menerbitkan buku, walaupun hanya 1 buku. Yah, menurut saya sih, anggapan itu ada benarnya juga. Dari sisi positifnya, saya melihat, agar teman-teman semakin bersemangat menulis. Termasuk menulis cerita anak. Jadi nikamti proses menerbitkan buku anak.
Mau Menerbitkan Buku Anak? Ikuti Prosesnya, ya... |
Tapi.. proses menerbitkan buku itu perlu proses. Jadi tidak menulis minggu ini, minggu depan sudah bisa kirim naskah ke penerbit. Banyak tahapan-tahapan yang harus dijalani. Dan itu semua butuh waktu yang tidak sebentar.
Nah, berikut proses menerbitkan buku anak yang saya susun berdasarkan pengalaman menulis saya, ya. Semoga bermanfaat.
Ini dia sebagian buku anak yang saya tulis. Eh.. ada nyelip kumcer remaja hehehe |
Naskah
Yang pertama harus teman-teman persiapkan pastinya naskahnya dulu. Ya iya, dong! Apa yang mau diterbitkan jadi buku kalau tidak ada naskahnya? Jadi inilah pondasi utamanya.
Tulis Naskah
Agar peluang lolos dan diterbitkan lebih besar, maka naskah yang harus ditulis itu bagus, dan sesuai dengan penerbit yang kita tuju. Karena naskah yang ditolak, bukan karena tidak bagus, tapi belum sesuai saja. Misalnya, penerbitnya sudah memberi syarat, tidak menerima naskah dongeng dengan tema peri atau kurcaci, eh masih nekat kirim juga. Ibaratnya, orang tidak suka makan bakso, masih dipaksa juga. Ya, otomatis ditolak. Makanya rambu-rambu syarat naskah harus diperhatikan.
Biar sesuai, teman-teman bisa mempelajari buku-buku yang sudah diterbitkan oleh penerbit itu. Bagusnya beli buku terbitan terbaru, agar bisa update mempelajari ceritanya. Selain itu, teman-teman juga update alamat plus email penerbit itu.
Kirim Naskah
Kirim naskah ke penerbit anak itu ada beberapa jalur :
1. Kirim Naskah Sendiri
Pertama, teman-teman bisa lewat jalur indenpenden. Maksudnya, teman-teman langsung sendiri yang mengirim naskah ke penerbit. Nanti tinggal ditunggu responnya. Kalau diterima, Alhamdulillah. Kalau belum pas, tulis naskah baru dan kirim lagi.
Ingat, naskah ditolak, bukan karena tidak bagus, tapi mungkin belum sesuai saja dengan penerbitnya. Jadi terus pelajari apa yang belum pas. Apalagi kadang penerbit memberikan sedikit ulasan, kenapa naskah kita ditolak.
Teman-teman jangan lupa perhatikan syarat dan ketentuannya, ya. Termasuk naskah dikirim via apa? Apa via email dan bentuk soft copy, atau via pos dalam bentuk print. Karena sebagai penulis, kita harus fleksibel mengikuti apa kemauan atau permintaan penerbit.
2. Jalur Audisi
Secara berkala, ada penerbit yang mengadakan audisi naskah. Tujuannya untuk menjaring naskah-naskah baru yang akan ditebitkan. Dan ini tidak boleh teman-teman lewatkan, karena peluang emas.
Nah, untuk audisi ini, penerbit akan memberikan tema-tema yang dibutuhkan, dan harus disetor dengan rentang waktu yang sudah ditentukan. Seleksinya pun pasti, karena jadwal pengumuman naskah yang terpilih sudah ditentukan.
Untuk audisi naskah ini sendiri, ada 2 jalurnya :
a. Kirim via email
Naskah audisi pastinya dikirim via email. Sebelum send, perhatikan kembali, apa alamat email seudah benar, subjek sudah benar, file yang dimasukkan sudah benar, dan sebagainya. Terus besoknya cek lagi, apa email itu masuk atau malah mental. Karena namanya audisi naskah, pasti yang kirim naskah sangat banyak. Bisa saja email penerbit itu penuh.
b. Audisi Langsung Saat Pameran Buku
Terkadang juga, penerbit mengadakan audisi naskah saat sedang berlangsung pameran buku. Jadi teman-teman membawa naskah cerita yang sudah diprint ke stand penerbit buku yang sedang mengikuti pameran. Tapi tetap ya, sebelumnya ada pengumuman kalau penerbit yang bersangkutan mengadakan audisi naskah. Jadi jangan main setor-setor naskah saja hehehe.
Biasanya, teman-teman akan bertemu langsung dengan salah satu editor penerbit itu. Naskah teman-teman akan dicek dan diseleksi. Bahkan kadang hasilnya langsung bisa ketahui, apakah naskah kita ditolak atau diterima.
3. Ditawarin Langsung
Ditawarin langsung oleh editor, dan dijamin bukunya akan terbit. Wow.. siapa sih, yang tidak mau. Tidak perlu capek kirim sendiri atau audisi langsung. Dan Alhamdulillah saya sudah sering mengalami hehehe.
Tapi jalur ini memang ada seiring proses menulis teman-teman, ya. Misalnya teman-teman sudah banyak menulis buku anak, dan bagus. Maka peluang ditawari langsung menulis buku anak akan terbuka lebar.
Contoh lain, misalnya teman-teman sudah menulis beberapa buku di penerbit A, maka saat penerbit A membutuhkan naskah buku baru, mereka tidak mencari penulis baru atau mengadakan audisi. Tinggal minta editor mengontak penulis yang sesuai.
Maknya, konsisten menulis itu perlu. Rajin promo buku dan diri sebagai penulis cerita anak sangat penting. Jadi semakin membuka peluang menulis cerita anak. Dan membranding diri sendiri sebagai penulis cerita anak sangat perlu sekali.
Proses Naskah
Setelah naskah diterima penerbit, pastinya senang dong? Yesss... senang boleh, tapi jangan terlena, karena proses selanjutnya akan segera dimulai. Dan ini salah satu proses yang berat dan harus dilewati dengan penuh semangat hehehe.
Saat naskah sudah di-ACC penerbit, maka teman-teman akan mulai berinteraksi dengan seorang editor dari penerbit. Istilah, editor ini adalah bidan, yang akan membantu kita dari masa kehamilan, sambil melahirkan. Editor ini juga jembatan penulis dengan pembaca buku kita nanti. Editor tahu seperti apa buku yang disukai pembaca.
Makanya dalam masa ini, teman-teman memang wajib menyiapkan waktu. Mulai dari waktu saling chat-chit dengan editor, sampai menyediakan waktu spesial buat merevisi naskah, sesuai arahan editor.
Proses Ilustrasi
Setiap buku anak, pasti membutuhkan ilustrasi. Nah, proses ini juga melibatkan penulis, dan ada interaksi penulis dengan ilustrator. Bahkan terkadang sebelumnya, editor meminta penulis untuk merekomendasikan siapa-siapa saja ilustrator yang kira-kira cocok untuk mengilustrasi naskahnya nanti.
Kalau saya, saya akan merekomendasikan teman-teman ilustrator yang gambarnya keren, tapi kerjanya juga cepat. Karena sesuai pengalaman saya, buku saya banyak terhambat di masalah ilustrasi. Ada yang gambarnya bagus, tapi progresnya lama. Akhirnya buku yang direncanakan terbit sekian waktu, jadi molor. Bahkan molor jauh, kerena harus ganti ilustrator.
Jadi teman-teman harus memperhatikan tahapan-tahapan bekerjasama dengan ilustrator. Termasuk nanti pembagian royaltinya bagaimana.
Proses Surat Perjanjian Penerbitan
Saat masa proses naskah dan ilustrasi, bersamaan juga ada proses SSurat Perjanjian Penerbitan atau SPP. Jadi teman-teman akan dikirimkan SPP ke alamat. Teman-teman harus membaca dulu, sebelum menandatangi. Karena bila sudah tandatangan, maka berarti teman-teman sudah setuju.
Setelah setuju, teman-teman menempelkan materai 6 ribu untuk surat buat penerbit. Tandatangan, lalu kirimkan lagi ke penerbit segera.
Proses Cetak Buku
Setelah naskah oke, ilustarsi lengkap, maka selanjutnya proses proses cetak. Banyaknya eksemplar yang cetak pertama ini, sesuai dengan yang tercantum di SPT. Misalnya 3000 eksemplar. Biasanya saat cetakan pertama habis, dan permintaan banyak, maka akan dicetak lagi
Buku Bukti Terbit
Setelah buku dicetak, maka teman-teman akan mendapatkan buku bukti terbit. Pastinya jumlahnya sesuai penerbit masing-masing. Sesuai pengalaman saya, saya mendapatkan 5 sampai 10 bukti terbit. Biasanya, buku itu untuk koleksi pribadi saya, sebagian saya buat kuis untuk promo buku.
Promo Buku
Buku sudah terbit, hati senang dong, ya. Horeeee.. akhirnya punya buku juga. Sudah sah jadi penulis hehehe. Senang boleh, tapi sebentar saja. Karena proses menulis harus terus berjalan. Tulis naskah baru lagi, sambil terus promosi buku yang sudah ada. Termasuk buku yang baru terbit.
Makanya, manfaatkan media sosial, Semangat promo buku di semua akun media sosial yang kita punya. karena semakin banyak orang tahu, semakin banyak buku terjual, semakin banyak royalti yang didapat. HKmbaskan orang-orang yang bilang promo buku itu adalah pamer atau riya.
Royalti
Seiring dengan proses penjualan buku, maka royalti pun akan dihitung. Royalti ini sesuai pengalaman saya, dibayarkan per 6 bulan. Jadi setahun akan ada 2 kali. Biasanya laporannya akan diemailkan. Dari situ, teman-teman bisa tahu, berapa jumlah buku terjual, dan berapa royalti yang didapat.
O, iya. Royalti ini kena pajak penghasilan, ya. Jadi teman-teman usahakan punya Nomor Pokok Wajib pajak atau NPWP. Karena kalau tidak ada, maka potonganya juga akan besar. Saya saat tidak pakai NPWP, kena potongan sampai 30 % hehehe. Makanya penulis itu, termasuk penulis cerita anak, memberi sumbangan pajak juga yang besar. Makanya kalian yang julid pada penulis cerita anak, ke laut saja hahaha.
Nah, itu dia proses menerbitkan buku cerita anak. Sangat panjang prosesnya kan.. Makanya, penulis punya buku itu perlu, tapi jangan buru-buru menerbitkan buku. Nikmati semua proses menulis dengan senang hati, dan biarkan semuanya indah, pada waktunya. Salam semangat menulis.
Bambang Irwanto
Wah, bermanfaat sekali tulisan ini. Makasih Mas.
ReplyDeleteWah, imformatif bermanfaat sekali tulisan ini. Makasih Mas.
ReplyDeleteSama-sama, Mbak. Ayo, terus bersemangat menulis.
DeleteJangan jangan dulu aku juga sering baca cerpennya pak bambang, aku pas SD langganan majalah bobo soalnya haha
ReplyDeleteBisa jadi, Mas Aldhi.
DeleteHanya mungkin belum ngeh saja ya hehehe.
Untuk adik-adik yang mengirimkan naskahnya ke penerbit, jangan putus asa jika naskahnya belum diterima, coba terus suatu saat naskah tersebut akan diterima karena semakin adik-adik rajin menulis maka kemampuan muenulis naskahnya akan memingkat secara alami. Selamat menulis naskah.
ReplyDelete