} AI Tidak Menghilangkan Sebuah Profesi - Bambang Irwanto Ripto

AI Tidak Menghilangkan Sebuah Profesi

 Kehadiaran kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) sedang marak saat ini. Berbagai pendapat pun bermunculan. Ada yang pro dengan mengatakan kalau AI itu bagus dan sangat membantu, namun ada juga yang mengatakan AI akan menganggantikan pekerjaan manusia. 


Desain Canva

Lalu sebenarnya seperti apa kita menyikapi kehadiran AI ini, terutama bila dikaitkan dengan sebuah profesi. Pastinya kita tidak mau kehilangan pekerjaan karena AI


Kehadiran AI dalam Kehidupan Digital

Sekarang ini, keseharian masyarakat sudah tidak bisa dilepaskan dari digital. Contoh sederhana, kalau dulu orang bangun tidur langsung ke kamar mandi, tapi sekarang orang langsung membuka ponsel. Saya pun begitu hehehe. Pastinya saya ingin tahu, apa saja yang terjadi di media sosial atau notif-notif apa saja yang masuk ke hape saya, selama saya tidur.

Makanya dengan sendirinya, orang semakin terlibat dan terhubung secara digital. AI dan algoritma pun menjadi bagian penting dari berbagai industri. Informasi yang sampai ke masyarakat, ditentukan oleh kerja mesin. Mulai dari isu yang sedang berkembang, sampai dengan hal-hal yang sedang viral.

Sebenarnya, kehadiran AI ini banyak membawa manfaat. Terutama dalam membantu pekerjaan. Mulai efisien waktu dan tenaga, analisis data yang akurat, sampai dengan  jangkauan audiens yang lebih luas.

Namun pastinya kehadiran AI ini, ada tantangan juga yang mengintai. Berbagai profesi, nantinya akan terkait dengan  AI ini. Termasuk pekerjaan Hubungan masyarakat atau Humas. Lalu bagaimana cara menyikapinya ya? Apakah nanti masyarakat lebih percaya pada Mesin atau humas


Publik Relations vs Algoritma digital

Hari Selasa, 30 Juli 2024, saya senang sekali karena mendapat kesempatan hadir di acara GOODTALK OFF-AIR. Acara keren ini diadakan  di Pingoo Restaurant by Jakarta Aquarium, Neo Soho Podomoro Jakarta Barat, terselenggara atas kerjasama Good News From Indonesia (GNFI) dan perhimpunan Humas Indonesia (perhumas). Tema yang diangkat juga sangat menarik PR VS Algoritma Digital, ketika mesin semakin menentukan wacana publik dan Agenda Settingan.


Hadir sebagai Pembicara Mas Ismail Fahmi selaku Founder Drone Emprit, Mbak Finky Santika Head Of Media and Digital Taman Safari Indonesia Grup, Mas Jarot Handoko, IAPR selaku wakil ketua umum bidang pegembangan Kampanye Kehumasan Perhumas. Turut hadir juga Mas Wahyu Aji Ceo GNFI dan Mas Boy Kelana Soenroto Ketua Umum Perhumas. Sebagai moderator Mas Dadi Krismatono senor editor GNFI.




Welcoming Speaker

Selepas coffee break, acara GOODTALK pun segera dimulai. Mas Wahyu Aji dan Mas Boy hadir sebagai welcome speaker. Menurut Mas Aji dan Mas Boy, acara ini sebenarnya sudah lama digagas saat pandemik. Dan Akhirnya bisa berlangsung perdana kemarin. 



Dan spesialnya, acara ini tidak ada live streamingnya di media sosial mana pun. Ini agar lebih bisa bertatap muka langsung dan saling sharing. Wah, Alhamdulillah saya bisa hadir langsung.

Ismail Fahmi

Mas Fahmi tampil pertama. Mas Fahmi bercerita, dulu itu, patokan orang untuk mendapatkan berita terbaru dan teraktual dari koran pagi. Namun sekarang, saat orang ingin mengetahui sesuatu, maka tinggal buka hape saja. Segala informasi hadir. Tidak hanya terbaru dan teraktual, tapi juga yang sedang viral. 

Berita-berita ini hadir, karena terkait pengaruh algoritma digital yang merupaan formula matematika untuk memproses data serta membuat keputusan secara otomatis. Makanya sekarang ini, dengan sendirinya, sebuah tulisan harus memperhatikan algoritma digital juga  yang sangat tidak lepas dari teknologi. 


Fahmi Ismail 

Mas Fahmi memberi contoh. Dulu itu, buku ditulis dengan tangan. Jadi penyebaran tidak luas. Dan disinilah ada revolusi penulisan. Dari ditulis tangan, lalu pakai mesin tik, lanjut pakai komputer, sampai akhirnya pakai laptop.

Perkembangan menulis pun semakin cepat menyebar, termasuk membuat website dan sosial media, influencer media sosial pun menjadi penting.

Nah, menurut Mas Fahmi, kehadiran AI, tidak akan menghilangkan pekerjaan atau sebuah profesi. Kita harus menyesuaikan diri dengan teknologi AI. Karena kalau tidak, nantinya kita yang akan digantikan oleh teman yang menggunakan AI. Contohnya jas ketik. Dari zaman dulu, jasa ketik sudah ada, dan sekarang pun masih ada. Bahkan bisa lebih terbantukan dengan teknologi AI.


Pinky Santika

Setelah mendapat pencerahan dari Mas Fahmi tentang pengaruh AI pada di setiap positngan, baik di medsos ataupun di website juga Blog, selanjutnya Mbak Finky menjelaskan bagaimana AI digunakan oleh Taman Safari. Dan saya baru tahu, ternyata taman safari itu bukan hanya yang ada di Bogor saja, tapi banyak, termasuk yang di aquariun indonesia Neo Soho. 

Dengan 4 pilar yang dimiliki yaitu riset atau penelitian, konservasi, edukasi dan rekreasi, Taman Safari Indonesia berusaha memberikan yang terbaik. Apalagi Taman Safari Indonesia merupakan tempat yang penuh historis bagi sebuah keluarga. Misalnya dulu orang saat muda datang ke Taman Safari. Lalu saat menikah dan punya anak, ia ke taman safari lagi. Selanjutnya saat sudah punya cucu, ia ketaman safari lafi bersama keluarga. Walau begitu, Taman Safari tidak ingin menjadi old atau tua. Makanya Taman Safari terus mengikuti perkembangan, termasuk memanfaatkan kehadiran AI. 

Pinky Santika

Makanya menurut Mbak Pinky, Taman Safari terus membuat konten-konten menarik dan pembaharuan di segala hal. Sekarang sudah ada map printing, jadi pengunjung tidak perlu membawa peta besar untuk tahu letak kandang hewan-hewan. Bila pengunjung ingin mengetahui jadwal aktraksi bintang, maka tinggal scan barcode saja. Dan ini sangat meningkatkan pengalaman pengunjung.

Bila pengunjung nyaman, puas, dan senang selama berkunjung ke Taman Safari Indonesia, maka pengunjung tidak akan segan untuk membuat konten, lalu dishare. Nah, dari share inilah, maka akan meningkatkan enggamen juga.  Selain itu, Taman safari juga mengandeng komunitas-komunitas dan mengadakan lomba untuk menaingatkan followers. Sala satunya dengan kompetisi foto yang sudha berjalan selama 33 tahun

Jarot Handoko

Mas Jarot tampil berikutnya tentang kaitannya humas dengan AI. Dan ternyata, AI bisa sangat membantu pekerjaan humas. Misalnya AI memecahkan masalah dari input-input yang dimasukkan, Ai bisa memuat perencanaan ke depan. Mas Jarot menegaskan, kalau kita tidak mengenal AI, maka kita akan bersaing dengan orang yang tidak bisa komputer. Maka jadilah sosok yang tidak bisa digantikan AI.


Jarot Handoko

Senada dengan Mas Fahmi, Mas Jarot juga mempertegas, bahkan menggunakan Ai tetap harus ada sentuhan dari orang pemakainya. Jadi tidak bisa plek keteplek mengandalkan AI. Karena AI juga kadang salah dan tidak akurat. 


Jadi kesimpulan, kehadiran AI bukan sebuah ancaman. AI tidak akan menghilangkan sebuah profesi atau pekerjaan. Justru teknologi akan sangat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Asalkan kita yang menguasai AI dan menfaatkan dengan sebaik mungkin. Termasuk mempersiapkan anak untuk siap menghadapi tantangan AI, agar nantinya bisa memanfaatkan AI sesuai dengan profesinya.

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

7 Responses to "AI Tidak Menghilangkan Sebuah Profesi"

  1. setuju sih, paling tidak AI akan mempermudah pekerjaan kita jadi kita sebagai human resource ya harus pintar2 memanfaatkan teknologi lah yaa

    ReplyDelete
  2. Benar juga ya. Toh AI kan buatan manusia juga. Nggak mungkin AI akan selalu benar. Kita sebagai pengguna juga harus memberikan sentuhan, kayak riset lebih banyak agar tulisan kita makin bernas dan lain-lain.
    Awalnya, aku juga punya pemikiran bahwa mungkin akan ada profesi-profesi yang tergantikan oleh AI. Tapi, lama-kelamaan nggak lagi.
    Selagi, kita bisa menggunakan AI dengan bijak. Maka, AI bisa menjadi teman kerja yang sangat asyik.

    ReplyDelete
  3. Wow daging semua materinya
    Andai di Bandung, bakal saya samperin nih
    Apalagi banyak pakar yang selama ini cuma saya lihat di TV

    Setuju banget, perkembangan digital dan akhirnya sampai AI, adalah keniscayaan
    Bahkan bakal lebih berkembang pesat
    Tapi jangan takut, setiap konten berkualitas butuh "nyawa" yang hanya bisa dilakukan manusia

    ReplyDelete
  4. Pemanfaatan AI yang tepat, memang seharusnya bukan menggantikan peran manusia ya, karena pastinya unsur humanis diperlukan biar nggak kaku. Sehingga, memang perlu kitanya juga yang bisa luwes dalam memanfaatkan AI ini secara bijak

    ReplyDelete
  5. Duluuuu banget pernah ngobrol dengan teman yang orang IT tentang ini. Tepatnya dia yang ngajak ngobrol. Pas sekarang AI ini ramai, mau tak mau teringat lagi dengan obrolan dulu. "Bayangkan, suatu hari nanti, orang tak perlu repot-repot lagi membuat karangan seperti yang kamu lakukan. Semua bisa dilakukan dengan teknologi."

    Dan itu terjadi sekarang.

    ReplyDelete
  6. Teknologi AI bisa banget membantu pejerjaan kita kalau digunakan tetapi gak mugkin akan mengantikan skill yg kita punya ya mas

    ReplyDelete
  7. Yes AI menurutku juga nggak akan menggantikan melainkan memudahkan tugas kita sih ya kan kak

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Bila berkenan, silakan meninggal jejak manisnya di komentar. Dilarang copas seluruh isi tulisan di blog ini tanpa seizin saya. Bila ingin dishare atau diposting kembali, harap mencantumkan sumbernya. Diharap tidak memasukan link hidup di komentar, ya. Maaf sekali akan saya hapus. Terima kasih dan salam semangat menulis.